“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya,

ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu,

tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.”

(Matius 7:24-25)

Minggu, 27 November 2011

KEKELUARGAAN DALAM KTB


Kekeluargaan dalam KTB
(Oleh: Niken Nababan, disampaikan pada Pertemuan PKTB PMKT – 19 Nopember 2011)

KTB adalah pelayanan pemuridan yang dicontohkan oleh Tuhan Yesus sendiri. KTB merupakan metode yang paling efektif dan masih relevan sampai saat ini dalam dunia pelayanan mahasiswa, untuk membentuk dan menghasilkan alumni yang takut akan Tuhan dan menjadi berkat bagi keluarga, gereja, masyarakat dan negara. KTB tidak hanya efektif bagi pembinaan mahasiswa, tetapi juga efektif untuk bagi pelayanan alumni. Semuanya berawal dari pertobatan individu, lalu berproses menjadikan Kristus sebagai pusat hidup, dan kesediaan menjalani hidup yang diperbarui. Diperlukan perjuangan dan ketekunan dari setiap anggota KTB untuk bertumbuh dengan baik, karena KTB bukanlah sekedar sarana beraktivitas ataupun bersosialisasi.

Setiap murid Kristus mengalami fase pertumbuhan sebagaimana yang digambarkan Petrus dalam 1 Petrus 2:1-17. Petrus memakai lima metafora untuk menggambarkan fase pertumbuhan seorang murid.
1.      Sebagai bayi yang baru lahir kita diberi tanggung jawab pribadi untuk bertumbuh secara individual dan datang mempersembahkan diri kepada Kristus. (ay. 2, 4, 5)
2.      Sebagai batu hidup kita dipanggil untuk bersekutu dengan saudara seiman dan memiliki tanggung jawab bersama-sama dalam pembangunan rumah Tuhan. (ay. 5)
3.      Sebagai umat Allah kita dipanggil untuk bersaksi memberitakan Injil kepada dunia. (ay. 10)
4.      Sebagai pendatang kita dipanggil untuk hidup dalam kekudusan. (ay. 11, 12)
5.      Sebagai hamba Allah kita dipanggil untuk tunduk dan takut kepada Allah. (ay. 15-17)

KTB menjadi sarana pembinaan yang sangat efektif untuk menolong setiap murid Kristus dalam proses melalui fase-fase pertumbuhan tersebut. KTB sendiri merupakan fase kedua dalam pertumbuhan murid. 

KTB sebagai ‘keluarga’
Mengenai “keluarga”, secara Alkitabiah terdapat dua pengertian. Yang pertama adalah keluarga dalam pengertian sekelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan hambanya, sebagaimana yang tertulis dalam kitab Efesus 6:1-9. Yang kedua adalah keluarga Allah, yaitu sekelompok orang percaya yang bersekutu atau hidup bersama yang diikat oleh Roh Kudus.
Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah (Efesus 2:19).
Kesatuan dan kebersamaan orang-orang percaya di dalam Kristus disebut persekutuan. Kata yang dipakai untuk persekutuan dalam bahasa Yunani adalah Koinonia yang berasal dari kata dasar koinos yang berarti ‘lazim’ atau ‘umum’. Artinya berkaitan dengan kebersamaan.
Kedua pengertian keluarga tersebut memang jelas berbeda dalam hal wujud fisiknya, namun dalam hal perwujudan kasih Kristus, segala sesuatu yang ada di dalamnya memiliki kesamaan prinsip. Keduanya dapat diwujudkan dalam sebuah KTB, menjadi prinsip yang seharusnya dipertahankan untuk menjaga kehidupannya.
Kata lainnya yang seringkali dikaitkan dengan koinonia adalah allelous (berarti satu terhadap yang lain) . Kata ini dipakai dengan pengertian hubungan yang timbal balik. Yesus berkata:
Aku memberikan perintah baru kepada kamu yaitu, supaya kamu saling mengasihi sama seperti aku telah mengasihi kamu, demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi. (Yohanes 13:34-35)
Keluarga Allah, menurut Paulus, adalah persekutuan orang-orang percaya karena mereka dipersatukan oleh Kristus.
(19) Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, (20) yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. (21) Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. (22) Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh. (Ef. 2:19-22)
Paulus memberikan gambaran kepada jemaat di Efesus mengenai keluarga Allah sebagai suatu bangunan yang indah dengan Kristus sebagai batu penjuru, yaitu batu yang menjadi fondasi, yang menyangga seluruh beban dalam bangunan. Prinsip ini seharusnya tertanam dalam hati semua anggota KTB di mana setiap orang memiliki iman yang sama sehingga semua mengalami pertumbuhan rohani menurut bagiannya masing-masing.
Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, --yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota--menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih. (Ef. 4:16)
Seorang pemimpin KTB harus menanamkan dasar ini kepada semua anggotanya. KTB sebagai keluarga Allah adalah satu bangunan yang menjadikan Kristus dasar dari kehidupannya. Setiap anggota merupakan bagian yang berhubungan dan terikat dengan yang lainnya. Jika salah satu hilang atau rusak, dapat menyebabkan runtuhnya bangunan itu. Jika visi Paulus ini terpelihara dalam KTB, maka akan tercipta sebuah KTB yang mencerminkan sebuah keluarga di mana masing-masing anggotanya saling berhubungan, bergantung dan mendukung satu sama lain demi terciptanya pertumbuhan, kedamaian, kesejahteraan, dan suka cita dalam KTB.
Cara membangun kekeluargaan KTB
1.         Membangun kebersamaan kelompok
  • ·      Menekankan bahwa Kristus adalah dasar KTB dan Roh Kudus pengikatnya
  • ·      Melatih berkomunikasi yang baik
  • ·      Memotivasi keterbukaan dalam KTB
  • ·      Mau berkorban membagi hidup (menjadi gembala)
  • ·      Membuat perencanaan program KTB bersama
2.         Mendukung pengembangan potensi diri
  • ·      Mendukung pengembangan diri tiap anggota KTB dengan mengenali karunia dan menggunakannya
  • ·      Menjadi teladan bagi adik-adik KTB
3.         Menciptakan pengalaman-pengalaman bersama
  • ·      Mengerjakan suatu proyek bersama
  • ·      Rekreasi
  • ·      Belajar bersama
Hal-hal yang dapat merusak kelanggengan KTB
1.         Hati yang tidak sungguh-sungguh
Anggota KTB yang hatinya tidak sungguh-sungguh menginginkan ber-KTB akan terlihat dari ada atau tidaknya perubahan/pertumbuhan dalam dirinya. Jika ada anggota yang tidak sungguh-sungguh dan tulus ber-KTB suatu hari akan mundur karena tidak akan tahan berpura-pura terus.
2.         Mengingkari janji
Mengingkari janji terhadap kesepakatan bersama dalam hal waktu (menyangkut masalah memberi prioritas) dan menyimpan rahasia (menyangkut kepercayaan) merupakan perbuatan yang dapat melukai anggota KTB. Jika ada seorang yang selalu datang terlambat atau sering membatalkan waktu pertemuan akan menimbulkan rasa jengkel dan lama-kelamaan akan menumbuhkan rasa ketidakpercayaan. Hal ini tentu mempengaruhi suasana ber-KTB dan kasih di antara anggota. Terlebih jika ada anggota yang membocorkan rahasia pribadi saudara KTBnya, dapat menimbulkan luka yang teramat dalam.
3.         Melanggar batas etika hubungan keluarga
Betapapun dekatnya hubungan antar anggota KTB, tetap ada batas-batas kesopanan yang harus dijaga. Jika seseorang selalu melanggar batas hak pribadi yang dimiliki saudara KTBnya, tentu akan menimbulkan perasaan tidak nyaman dan lama-kelamaan akan terjadi penolakan dari saudara KTBnya. Suasana ber-KTB akan menjadi rusak dan lambat laun mungkin akan ada yang mundur.
4.         Egois
Setiap anggota KTB dapat memiliki sifat/karakter, prinsip, dan pandangan yang berbeda-beda. Jika masing-masing egois, tidak mau menerima yang lain, maka akan menimbulkan konflik yang mengakibatkan perpecahan KTB.

Kekuatan dari sebuah KTB untuk bertahan hidup
1.      Discipline
Tidak ada pertumbuhan tanpa disiplin. Disiplin adalah kunci kekuatan bagi pribadi, kelompok, maupun bangsa. Ada harga yang harus dibayar untuk menjadi orang yang disiplin. Disiplin yang kuat akan memberikan dampak positif yang luar biasa bagi seseorang, yaitu keseimbangan hidup, mampu mengontrol diri, konsisten, dan ada tujuan yang jelas dalam hidupnya. Untuk menjadi seorang yang disiplin perlu proses berlatih dengan tekun setiap hari tanpa batas waktu.
2.      Priority
Anggota harus mau memberikan prioritas dalam hal waktu dan focus/concern. Jika hanya waktu saja yang diberikan namun tidak focus/concern, maka KTB hanya berjalan seadanya, tanpa kesungguhan, tanpa persiapan, dan tanpa makna. Jika hanya focus saja tapi tidak memberikan waktu, perjalanan KTB juga akan tersendat-sendat, lambat, dan memungkinkan terjadi kekecewaan dan ketidakpercayaan.
3.      Belonging
Harus ada rasa memiliki sehingga merasa rugi jika KTB batal, apalagi sampai mati.
4.      Objectivity
Anggota harus memiliki kasih yang sama, tidak memihak atau lebih mengasihi yang satu dibanding lainnya.
5.      Acceptance
Anggota bisa menerima satu sama lain sebagaimana adanya, termasuk bisa menerima perbedaan suku, pendapat, social ekonomi, dll.
6.      Support
Anggota mau saling mendukung untuk pertumbuhan rohani masing-masing.
7.      Trust
Anggota saling mempercayai dan dapat dipercayai
8.      Reality
Anggota melakukan hal-hal yang real, masuk akal, dan sesuai kebenaran firman Tuhan. Bukan melakukan hal-hal yang tidak dapat dijangkau atau di luar kapasitasnya.
9.      Leaven
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya." (Matius 13:33).
Selain orang Yahudi, kebanyakan orang tidak mengenal kata leaven (adonan asam), dan karena alasan ini maka diterjemahkan sebagai yeast (ragi),  dari bahasa Yunani zume. Ragi adalah makanan yang bersih, segar, bermanfaat, dan bahkan lezat. Ragi dibuat dari pengolahan larutan mineral gula-garam yang ditambahi zat tepung. Sedangkan adonan asam diproduksi dengan menyimpan sejumlah adonan selama satu minggu dan ditambahkan sari buah untuk mempercepat proses fermentasi.
Yesus menggunakan konsep leaven atau yeast karena kekuatannya yang tersembunyi. Ragi dan adonan asam meresap ke dalam seluruh adonan sehingga menyebabkan adonan mengembang. Sesudah ragi atau adonan asam dicampur dengan tepung, ragi atau adonan asam tersebut tidak dapat diketemukan lagi, tersembunyi dan tidak terlihat. Ragi dan adonan asam tidak terlihat, tetapi pengaruhnya dapat dilihat oleh semuanya.

Penutup
Belajar dari orang lain dapat memperlengkapi dan memotivasi seorang pemimpin dalam mempertahankan KTB yang dipimpinnya. Salah satunya kita dapat belajar dari Billy Graham, pengkhotbah terkenal dan pemimpin handal, yang membentuk sebuah tim dalam membangun pelayanannya. Tim ini dikenal sangat solid dan langgeng. Kelanggengan ini tentu harus melewati medan yang sulit. Namun perlu kita simak kata-katanya berikut ini. “Pelayanan kami mengalir begitu saja, sepertinya bukan kami yang mengatur. Kami hanya bagian dari gerakan Roh Allah yang bekerja dengan luar biasa.” Suatu sikap rendah hati yang luar biasa ditunjukkan dengan pengakuannya terhadap kuasa Tuhan dan penghargaannya kepada anggota-anggotanya.
Dikatakannya juga bahwa hubungan antara orang-orang menjadi semakin kental kalau mereka melewati masa krisis atau menghadapi tantangan besar bersama-sama. Suatu komitmen luar biasapun diucapkan Billy, “Kita akan bersama-sama melayani Tuhan sampai Ia datang lagi atau sampai salah satu di antara kita dipanggil pulang ke surga”.
Satu kunci penting dalam kepemimpinan Billy adalah Billy selalu memimpin dengan kasih dan rendah hati. Kasih Tuhan yang ada pada Billy jelas terlihat, menyinari rekan-rekannya, juga menyinari dunia yang sedang mengamatinya. Demikianlah kesaksian dari banyak orang yang pernah dekat dengan Billy. Mengutip kalimat Mother Teresa, “Bukan berapa banyak yang kita lakukan, tetapi berapa banyak kasih yang kita sertakan dalam perbuatan kita”.
Mengandalkan Roh Kudus menjadi dasar utama dan pertama dari kelanggengan tim pelayanan Billy. Selanjutnya adalah memperlakukan anggota-anggota tim sebagai keluarga dan menumbuhkan nilai-nilai kasih di dalamnya. Tim pelayanan Billy memang bukan KTB, namun prinsip kepemimpinannya dapat menjadi contoh bagi setiap pemimpin KTB untuk menjaga agar KTB mampu bertahan hidup dengan menonjolkan nilai-nilai kasih sebagai sebuah keluarga.

Pertanyaan Diskusi
1.      Pikirkan apa saja yang dapat menghambat jalannya KTB, atau bahkan membuat KTB itu mati.
2.      Apakah membuat prioritas untuk ber-KTB itu perlu? Berikan alasannya.
3.      Kesulitan apa saja yang pernah saudara dihadapi dan bagaimana saudara mengatasinya?


Referensi

Dan William, Membangun dan Memelihara Kelompok Kecil, Literatur Perkantas, Jakarta, 2009.
G. Byron Deshler, The Power of the Personal Group, Tidings, Nashville, Tennessee, 1960.
Harold Myra, The Leadership Secret of Billy Graham (Rahasia Kepemimpinan Billy Graham), Yayasan Baptis Indonesia, Bandung, 2007.
J. Alex Kirk, Komunitas yang Diubahkan: Buku Pegangan Pemimpin Kelompok Kecil, Perkantas – Divisi Literatur, Jakarta, 2010.
John Stott, The Radical Disciples (Murid yang Radikal), Literatur Perkantas Jawa Timur, Surabaya, 2011.
Richard Shelley Taylor, The Disciplined Life: Studies in the Fine Art of Christian Disciplelsip, Beacon Hill Press, Kansas City, Missouri, 1962.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar