“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya,

ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu,

tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.”

(Matius 7:24-25)

Senin, 29 Oktober 2012

FELLOWSHIP WITH GOD AND EACH OTHER

Fellowship with God and Each Other
Oleh: Niken Nababan
Ibadah Minggu Retret PMK Psikologi UGM, 21 Oktober 2012


A. Hidup yang Diubahkan

Efesus 4:22-24
Kita harus menanggalkan manusia lama kita dan mengenakan manusia baru.

Manusia lama: mereka yang hidup dalam hawa nafsu dan bermacam-macam kecemaran, yaitu mereka yang jauh dari persekutuan dengan Allah

Manusia baru: kehidupan menurut kehendak Allah dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya, yaitu mereka yang mengenal Kristus

Ilustrasi:
Ada anak gelandangan diangkat menjadi anak raja, apa yang akan dilakukan kepada anak itu? Anak itu harus meninggalkan semua kebiasaan lamanya dan membuang semua yang dimilikinya karena semua itu tidak pantas untuk dibawa dalam kerajaan. Dia dididik untuk mengikuti segala aturan kerajaan sehingga dia menjadi sama dengan anak-anak raja yang lain.  

B. Mengenal Kristus Sebagai Tuhan

Kita dapat mengenal seorang pribadi dengan baik apabila kita mempunyai hubungan atau relasi yang sangat dekat dengannya. Hubungan dekat itu hanya dapat terjadi jika kita mau dengan sengaja membentuknya dan memeliharanya. Demikian juga dengan Allah. Kita akan dapat mengenal Allah dan memahami apa yang dikehendaki-Nya jika kita menjalin dan memelihara hubungan dengan Allah. Contohnya, seperti hubungan seorang anak dengan bapaknya. Karena bertemu setiap hari, bersama-sama dalam beberapa jam sehari, dan menerima pengajaran/bimbingan rutin, anak itu menjadi sangat mengenal bapaknya. Baru mendengar langkah kakinya atau suara gumaman bapaknya pun dia sudah tahu kalau bapaknya datang walaupun belum melihat orangnya.

Cara kita memelihara hubungan dengan Allah adalah dengan menjalin komunikasi dengan-Nya setiap hari,yaitu melakukan:
• Saat Teduh
• Berdoa
• Membaca Alkitab

Apakah dengan memelihara hubungan yang dekat dengan Allah secara pribadi itu saja sudah cukup bagi kita sebagai orang Kristen? Jawabannya adalah, tidak. Selain kita mempunyai hubungan yang intim dengan Allah, kita juga harus mempunyai hubungan yang intim dengan orang lain.  

C. Panggilan Untuk Hidup Bersekutu dengan Allah dan Sesama

Kata “persekutuan” dalam bahasa Yunani, berakar dari kata koin: ‘bagi’. Kemudian muncul dalam dua kata sifat, koinonos (10 kali) dan sungkoinonos (4 kali), artinya: orang yang mengambil/mendapat bagian. Dua kata kerja koinoneo (8 kali) dan sungkoinoneo (3 kali), artinya: mendapat bagian, mengambil bagian, memberi sebagian. Kata benda koinonia (19 kali), artinya: persekutuan, kebaikan hati, sumbangan, simpati, keikutsertaan. Beberapa dari ayat itu cenderung berarti sebagai ‘kemurahan hati’ (misal: Rom 15:26; 2 Kor 9:13; Ibr 13:16).

Kata koinonia menunjuk kepada hidup jemaat bersama-sama, dengan arti bahwa orang-orang percaya bersama-sama mendapat bagian dalam pengalaman-pengalaman tertentu. 1 Kor 1:9 dan 10:16 berbicara tentang persekutuan dalam darah dan tubuh Kristus. Ayat ini bukan hanya menunjukkan persekutuan jemaat dengan Kristus, namun juga menunjukkan koinonia sebagai gereja, yaitu persekutuan para pengikut Kristus.

Persekutuan kita dengan Allah dan dengan sesama terbentuk bukan semata-mata karena keinginan kita melainkan keinginan Allah melalui kematian Kristus. Efesus 2:15-16 berbunyi: “sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu”. Dengan demikian, hidup bersekutu dengan orang lain adalah kehendak Allah. Kristus telah mati untuk membebaskan manusia dari dosa dan untuk menciptakan persekutuan saudara seiman (Ef 2:15) maka setiap orang yang mengaku menerima Kristus, tidak dapat lagi hidup sendiri melainkan harus mau hidup bersama-sama dengan saudara-saudara seiman di dalam sebuah keluarga baru, yaitu keluarga Allah (Ef 2:19-20).

Kebutuhan pendamaian timbul karena tiga hal: dosa dalam diri manusia yang bersifat universal, bobotnya teramat berat, dan ketidakmampuan manusia mengatasi dosa itu. Sifat dosa universal dinyatakan dalam 1 Raj 8:46; Mzm 14:3; Pkh 7:20; Mrk 10:18; Rom 3:23. Bobot dosa teramat berat nampak dalam bagian-bagian yang menunjukkan betapa menjijikkan dosa itu bagi Allah, misalnya Hab 1:13; Yes 59:2; Ams 15:29; Mrk 3:29 (dosa yg tak terampuni); Mrk 14:21. Sebelum diperdamaikan dengan Allah, manusia hidup jauh dari Allah’ (Kol 1:21) serta menghadapi penghakiman dan hukuman (Ibr 10:27).

Manusia tidak akan pernah mampu mengatasi atau menyelesaikan soal dosa ataupun menyembunyikan perbuatan dosanya (Bil 32:23), atau membersihkan diri dari dosa (Ams 20:9). Perbuatan atau amal apa pun tidak akan membenarkan manusia di hadapan Allah (Rom 3:20; Gal 2:16). Seandainya manusia harus tergantung pada dirinya sendiri, maka manusia tak akan pernah selamat. Bukti paling penting mengenai hal ini ialah fakta bahwa Kristus Anak Allah harus datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia. Kenyataannya memang demikian, karena semua manusia adalah orang berdosa dan keadaannya sangat fatal serta menyedihkan.

Istilah bahasa Indonesia ‘damai’ dalam beberapa bentuk digunakan sebagai padanan kata Yunani hilaskomai; misal, 1 Yoh 2:2 ‘Ia adalah pendamaian’. Damai dipakai juga sebagai padanan untuk katallage, misal Rom 5:10 ‘diperdamaikan dengan Allah’. Secara umum, pendamaian mengacu kepada karya Kristus yang menyelesaikan semua soal akibat dosa manusia, dan yang memulihkan hubungan manusia dengan Tuhan.

Dalam PB damai tidak hanya berarti hubungan rukun antara bangsa-bangsa (Luk 14:32), tetapi juga keadaan yang harus ada dalam jemaat-jemaat Kristen (Rom 14:19) dan dalam berhubungan dengan orang di luar jemaat (Ibr 12:14). Kematian Kristus menciptakan damai antara Allah dan umat manusia (Kol 1:20) dan di antara orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi (Ef 2:14). Firman Tuhan dengan jelas menyatakan bahwa setelah kita diperdamaikan dengan Allah maka kita juga harus berdamai dengan orang lain. Kita tidak dapat hidup sendiri tetapi harus hidup bersama-sama dengan orang lain di dalam sebuah persekutuan di antara saudara seiman. Di dalam persekutuan ini kita tidak boleh membedakan orang dari berbagai golongan, suku bangsa, bahasa, maupun status sosial.  

D. Pentingnya Hidup Dalam Persekutuan

 1) Memahami dan mewujudkan kasih sebagai bagian dari “tubuh” yang saling terikat satu sama lain (1 Kor. 12:12, 18, 27)


2) Pertumbuhan hanya bisa terjadi di dalam persekutuan (Ef 4:16)

Pertumbuhan rohani setiap orang Kristen hanya terjadi jika dia mempunyai hubungan yang nyata dengan orang lain. Segala yang terjadi dalam hubungan itu, termasuk konflik yang ada, akan membuat masing-masing bertumbuh dalam iman, karakter, segala talenta dan kemampuan yang dimiliki, dsb.

Dari contoh peristiwa memberi misalnya kita dapat belajar tentang pertumbuhan. Yang diberi akan merasakan kasih Tuhan melalui berkat yang disalurkan temannya. Hal ini akan menumbuhkan iman dan diapun belajar bahwa kelak dia akan berbuat hal yang sama kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan. Yang memberi akan terlatih untuk mewujudkan kasih melalui pengorbanan yang dilakukannya dan semakin peka terhadap kesusahan orang lain. Memberi seringkali dapat membuat orang menjadi sombong. Ini menjadi ujian baginya untuk mengembangkan karakter rendah hati.  

E. Menjadi Anggota yang Benar Dalam Keluarga Allah

Roma 12:16

Ada tiga nasihat Paulus dalam ayat ini:

• Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama

Setiap anggota harus mempunyai pikiran yang sama satu dengan lainnya (memiliki satu visi untuk mempersembahkan hidup bagi Tuhan)

• Janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi; arahkanlah kepada perkara-perkara yang sederhana

”arahkanlah”, Yun: sunapago: membawa bersama, bergaul, menyesuaikan.
“sederhana”, Yun: tapeinos: rendah, sederhana, lemah, rendah hati; berkaitan dengan status atau keadaan seseorang.

Jangan memikirkan hal-hal yang tinggi (bersikap tinggi hati), tetapi mau bergaul atau menyesuaikan diri dengan orang-orang yang rendah atau lemah (bersikap rendah hati)

• Janganlah menganggap dirimu pandai

Jangan menjadi bijaksana dengan mengandalkan diri sendiri. Berarti kita harus mengandalkan Tuhan dalam setiap hal yang kita kerjakan.

KESIMPULAN

Allah menghendaki kita hidup bersekutu dengan orang lain. Kematian Kristus di kayu salib bukan hanya untuk memperdamaikan dan mempersatukan kita secara pribadi dengan Allah, namun juga memperdamaikan dan mempersatukan kita dengan orang lain. Kita bersama semua saudara seiman menjadi anggota keluarga Allah yang diikat oleh Roh Kudus untuk mewujudkan kasih Allah. Jika kita mau bertumbuh di dalam Kristus, maka kita harus masuk di dalam persekutuan saudara seiman, menjadi bagian tubuh Kristus yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa pertolongan Allah melalui saudara seiman. 


 

Rabu, 10 Oktober 2012

HIDUP BERSEKUTU SEBAGAI ANGGOTA TUBUH KRISTUS



Hidup Bersekutu Sebagai Anggota Tubuh Kristus
(Eksposisi: EFESUS 2:11-22)
Oleh; Niken Nababan
Kapita Selekta SBC Perkantas Yogyakarta, 28-30 September 2012

I.        Keadaan dahulu (ayat 11-12).
 
A)   Ada tembok pemisah antara orang Yahudi dan orang non Yahudi.
B)   Ada tembok pemisah antara orang non Yahudi dengan Allah.

Etimologi

Kata Yahudi berasal dari bahasa Ibrani: שבט יהודה, Shevet Yəhuda, Šḗḇeṭ Yəhûḏāh; bahasa Inggris Tribe of Judah; adalah salah satu dari dua belas suku Israel, keturunan dari Yehuda, putra Yakub dan Lea, menurut catatan Alkitab Ibrani Pada akhirnya ke seluruh bangsa Israel tanpa memandang warga negara atau tanah airnya, disebut juga sebagai orang-orang Yahudi dan begitu pula dengan ke seluruh penganut ajarannya disebut dengan nama yang sama pula.

Yahudiah (Yudaisme)

Yahudiah adalah kepercayaan yang unik untuk orang/bangsa Yahudi. Inti kepercayaan penganut agama Yahudi adalah wujudnya Tuhan Yang Maha Esa pencipta dunia yang menyelamatkan bangsa Israel dari penindasan di Mesir, menurunkan undang-undang Tuhan (Torah) kepada mereka dan memilih mereka sebagai cahaya kepada manusia sedunia.

Kitab Suci agama Yahudi menuliskan, Tuhan telah membuat perjanjian dengan Abraham bahwa dia dan keturunannya akan diberi rahmat apabila mereka selalu beriman kepada Tuhan. Perjanjian ini kemudian diulangi oleh Ishak dan Yajub,  karena Ishak dan Yakub menurunkan bangsa Yahudi, maka mereka meyakini bahwa merekalah bangsa yang dipilih untuk melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab khusus, seperti mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dan beriman kepada Tuhan. Sebagai balasannya, mereka akan menerima cinta serta perlindungan Tuhan. Tuhan kemudian menganugerahkan mereka Sepuluh Perintah Allah melalui pemimpin mereka, Musa (bdk. Kej. 49:9-10; Ul. 33:7)

Sinagoga merupakan pusat masyarakat serta keagamaan yang utama dalam agama Yahudi, dan Rabi adalah sebutan bagi mereka yang pakar dalam hal-hal keagamaan.

Adat-adat dan undang-undang penganut Yahudi

Penganut Yahudi mengikuti peraturan dalam memilih makanan yang tertulis di dalam Taurat yang melarang makan daging babi dan campuran susu dengan daging. Makanan yang disediakan harus menuruti undang-undang tersebut, dan daging harus disembelih oleh kaum Rabi, dinamakan kosyer.

Anak laki-laki juga diharapkan untuk disunat (sewaktu masih bayi) seperti perjanjian Abraham dengan Tuhan. Apabila seorang anak laki-laki mencapai kematangan dia akandirayakan karena menjadi anggota masyarakat Yahudi dalam upacara yang dinamakan Bar Mitzvah. Setelah kematian seseorang, orang-orang Yahudi akan mengadakan satu minggu berkabung di mana mereka membaca Kaddish. Agama dan kemasyarakatan saling berkaitan di dalam masyarakat Yahudi. Misalnya pengambilan riba/bunga dianggap berdosa sesama kaum Yahudi, tetapi dibenarkan dengan mereka yang bukan Yahudi.

Perbedaan Yahudi dan non Yahudi

Yahudi
-       Bersunat (ayat 11; Kej 17:10)
-       Bangsa pilihan Allah  (ayat 12; bdk. Kel. 6:5; 13:21)
-       Dekat (ayat 13, 17)
                                 
Non Yahudi
-       Tidak bersunat
-       Tidak termasuk kewargaan Israel (ayat 12)
-       Tidak mendapat bagian, tanpa pengharapan dan tanpa Allah (ayat 12)
-       Jauh (ayat 13, 17)
-       Disebut anjing (Mat. 15:26)
-       Najis (Kis. 21:27-31)

Fakta yang menunjukkan tebalnya tembok pemisah antara Yahudi dengan non Yahudi:

1)    Orang non Yahudi disebut sebagai ‘orang yang tidak bersunat’ (ayat 11).
‘Sunat’ adalah tanda lahiriah, yang menunjukkan bahwa orang itu berada dalam perjanjian Allah dengan Israel (bdk.Yer.9:26). Tidak bersunat berarti berada di luar perjanjian Allah. Namun kata-kata Paulus dalam ayat 11 menunjukkan bahwa ia tidak mementingkan sunat lahiriah, melainkan ‘sunat hati’ (bdk. Rom. 2:25-29  Fil. 3:2-3  Kol. 2:11-13).
2)    Orang non Yahudi itu tidak termasuk kewar­gaan Israel sehingga tidak mendapat bagian dalam ketentuan yang dijanjikan (ayat 12). Mereka tidak termasuk orang-orang pilihan Allah.
3)    Orang non Yahudi disebut ‘tanpa Kristus’, ‘tanpa pengharapan’, ‘tanpa Allah’ (ayat 12).
4)    Orang non Yahudi disebut ‘jauh’ (ayat 13, 17), sedangkan orang Yahudi disebut ‘dekat’ (ayat 17).
Istilah ‘jauh’ dan ‘dekat’ sering digunakan dalam PL (Ul. 4:7;  Maz. 148:14;  Yes. 49:1;  Yes. 57:19). Israel disebut ‘dekat’ karena Tuhan memberikan hukum-hukum-Nya kepada mereka (Maz. 147:19-20). ‘Dekat’ dalam ayat 17 berbeda dengan ‘dekat’ dalam ayat 13. Sekalipun Israel disebut ‘dekat’, tetapi tetap ada tembok pemisah antara mereka dengan Allah (ingat tabir pemisah antara ruang suci dengan ruang maha suci dalam Bait Allah). Tetapi orang non Yahudi mempunyai tembok pemisah yang lebih tebal lagi, dan karena itu mereka disebut ‘jauh’.
5)    Orang non Yahudi disebut anjing oleh orang Yahudi (lihat Mat. 15:26).
6)    Adanya tembok pemisah dalam Bait Allah yang memisahkan tempat ibadah untuk orang Yahudi dan tempat beribadah untuk orang non Yahudi. Tembok itu tingginya 3 hasta (135 cm), dan bertuliskan: “Pelanggar akan dihukum mati”.
7)    Orang Yahudi menajiskan orang non Yahudi.
Dalam Kis. 21:27-28 tertulis: Ketika masa tujuh hari itu sudah hampir berakhir, orang-orang Yahudi yang datang dari Asia, melihat Paulus di dalam Bait Allah, lalu mereka menghasut rakyat dan menangkap dia, sambil berteriak: ‘Hai orang-orang Israel, tolong! Inilah orang yang di mana-mana mengajar semua orang untuk menentang bangsa kita dan menentang hukum Taurat dan tempat ini! Dan sekarang ia membawa orang-orang Yunani pula ke dalam Bait Allah dan menajiskan tempat suci ini!’ 

Nasihat Paulus
 
        Mengingat keadaan dahulu (11). Mengapa?
      Perhatikan kata “karena itu”.
      àmengacu pada ayat 8-10
Nasihat ini penting supaya mereka :
-       Ingat bahwa keselamatan hanya didapat oleh karena kasih karunia Allah berdasarkan iman
-       Tidak menjadi sombong
-       Mengerti bahwa Allah telah menyediakan rencana yang baik bagi mereka.

PENERAPAN
§  Perlukah kita mengingat keadaan kita dahulu? Apakah pernyataan ini kontradiksi jika dibandingkan dengan nasihat Paulus dalam Filipi 3:13?
§  Bagaimana kita memandang  orang-orang di luar Kristen?

II.        Apa yang dilakukan Kristus (ayat 13-18)

 
Kata-kata ‘darah’ (ayat 13), ‘mati-Nya sebagai manusia’ (ayat 15), ‘disalib’ (ayat 16), semuanya menunjuk pada kematian Kristus.

Kristus mati untuk:
1.    Membatalkan hukum Taurat (ayat 15; band. Mat. 5:17-18).
Ayat 15 menunjuk pada ‘ceremonial law’, yaitu hukum-hukum yang berhubun­gan  dengan ibadah/kebaktian, seperti: korban bakaran, sunat, makanan najis, dsb.
Mat. 5:17,18 menunjuk pada ‘moral law’, yaitu hukum-hukum yang berhubungan dengan kehidupan moral, seperti 10 hukum Tuhan.
2.    Meruntuhkan tembok pemisah antara Yahudi dan non Yahudi (ayat 14).
3.    Meruntuhkan tembok pemisah antara Allah dan manusia (ayat 13 - hanya untuk non Yahudi; ayat 16,18 - untuk Yahudi dan non Yahudi).
4.    Yahudi dan non Yahudi diciptakan menjadi ‘satu manusia baru’ (ayat 15b). ‘Satu manusia baru’ ini berarti ‘semua orang Kristen ditinjau sebagai suatu kesatuan’.  
5.    Memberitakan dan mengadakan damai dan sejahtera (ayat 17).
Pemberitaan damai di sini ditujukan kepada pelayanan Tuhan Yesus melalui rasul-rasul dan orang-orang kristen yang lain (band. 2 Kor. 5:18-21). Damai sejahtera diberitakan bukan sekedar untuk diketahui, melainkan benar-benar diwujudkan  secara nyata melalui pengorbanan Kristus yang sangat mahal.

Dosa memisahkan manusia dengan Allah dan dengan sesamanya. Tetapi ketika kita percaya kepada Kristus, dosa kita diberes­kan, maka tembok pemisah antara kita dengan Allah hancur. Kita menjadi ‘dekat’ (ayat 13) dengan Allah. Kalau dua orang manusia percaya kepada Kristus, maka bukan hanya tembok pemisah antara mereka dengan Allah yang dihancurkan, tetapi juga tembok pemisah antara mereka berdua. Mereka mendekat kepada Allah, maka mereka menjadi dekat satu dengan yang lain. Makin dekat hubungan kedua orang itu dengan Allah, makin dekat hubungan mereka satu sama lain.
 
PENERAPAN
§  Apakah tembok pemisah antara diri kita dengan Allah telah benar-benar roboh?
§  Apakah tembok pemisah antara kita dengan saudara seiman telah benar-benar roboh? Jika kita sudah dipersatukan oleh Kristus, mengapa masih ada pertengkaran di antara orang-orang Kristen?
DI MANAKAH “AKU” BERADA?
Jika tembok pemisah antara kita dengan Allah telah benar-benar roboh, seharusnya hidup kita sepenuhnya ada di dalam Kristus. Segala hal kita serahkan untuk dipimpin Roh Kudus, bukan hanya sebagian saja dari hidup kita.
Jika tembok pemisah antara kita dengan Allah telah benar-benar roboh, maka seharusnya tembok pemisah antara kita dengan sesama juga benar-benar dirobohkan. Kita perlu mengembangkan sikap rendah hati untuk dapat menerima, mengasihi dan melayani orang lain.

III.        Keadaan sekarang (ayat 19-22)

 
Gereja/orang-orang Kristen (baik Yahudi maupun non Yahudi) digambar­kan sebagai:
 
A.   Kawan sewarga dalam kerajaan Allah (ayat 19a).
B.   Anggota keluarga Allah (ayat 19).
C.   Dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi (ayat 20).
ü  ‘rasul-rasul’ dan ‘nabi-nabi’ à Ini bukan ditujukan kepada pribadinya/orangnya; juga tidak pada jabatannya, tetapi pada ajarannya, yaitu Firman Tuhan dan pengakuannya tentang keTuhanan Yesus.
ü  Kristus sebagai batu penjuru àGereja yang benar harus berdasar dan berpusat pada Kristus dan Firman Tuhan (band. Ef. 4:15).
D.   Menjadi bait Allah, tempat kediaman Allah (21-22; bdk. 1 Kor. 3:16).
ü  ‘bait Allah’  àSeluruh orang Kristen digambarkan sebagai bait Allah (band. 1 Kor. 3:16; 6:19, ‘setiap orang Kristen’ disebut sebagai Bait Allah). Setiap orang Kristen adalah batu yang menyusun Bait Allah. Dahulu orang-orang Yahudi dan non Yahudi beribadah dalam Bait Allah secara terpisah (dipisahkan oleh dinding/tabir pemisah), maka seka­rang bukan saja tidak ada dinding pemisah, tetapi mereka bahkan berkaitan erat satu sama lain menjadi batu-batu penyusun Bait Allah. Kristus sudah menghancurkan dinding pemisah itu dan menghendaki semua orang Kristen menjadi “satu”, yaitu:
o   Satu Roh (1 Kor. 12:13)
o   Satu di dalam Kristus Yesus (Gal 3:28)
o   Semua sama oleh Kristus (Kol. 3:11)
Tetapi seringkali orang Kristen membangun kembali dinding pemisah itu (band. Gal. 2:11-14 dan Kis. 15). Dinding pemisah terbentuk karena adanya:
o   perbedaan bangsa/suku bangsa.
o   perbedaan status ekonomi.
o   perbedaan kedudukan.
o   perbedaan aliran gereja.
o   perbedaan usia.
o   perbedaan jenis kelamin.

PENERAPAN
  • Bagaimana manifestasi keempat hal tersebut di atas?

IV.        Mengapa harus bersekutu
A.   Keinginan Allah melalui kematian Kristus (ayat 15)
B.   Pertumbuhan hanya terjadi di dalam persekutuan (ayat 21-22)
C.   Menjadi bagian dari bangunan/tubuh yang tidak dapat melepaskan diri (band. 1 Kor. 12:12, 18, 27)

V.        Syarat hidup dalam persekutuan
A.   Menjadikan Kristus sebagai batu penjuru (ayat 20; bdk. 1  Ptr. 2:2-7; 1 Kor. 3:11)
B.   Menjadi bagian dari bangunan/tubuh yang tidak dapat melepaskan diri (ayat 22; bdk. 1 Kor. 12:12, 18)
C.   Bersedia dibangun agar bertumbuh (ayat 22; band. Ef. 4:15)
D.   Bersedia  diikat menjadi satu di dalam kasih (lihat Ef. 4:16)

Pembangunan orang Kristen/jemaat, bukanlah menjadi tujuan akhir untuk dirinya sendiri, tetapi untuk kesempurnaan bait Allah, yaitu penyataan kemuliaan Allah yang semakin besar dari hari ke hari. Kemuliaan Allah akan terpancar dari orang-orang Kristen yang bertumbuh dewasa kerohaniannya, yaitu semakin memiliki karakter seperti Kristus (lihat Ef. 4:15).
Pertumbuhan tubuh berasal dari Kristus. Ia adalah kepalanya. Hal itu telah dikatakan dalam pasal 1:22. Pertumbuhan tubuh Kristus bukan hanya menjadi tanggung-jawab rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil, gembala-gembala dan pengajar-pengajar saja (pasal 4:11-12), melainkan mencakup seluruh “orang kudus" dan “anggota keluarga Allah” (ayat 19), yang harus mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah dan yang harus melakukan kebenaran dalam segala hal (pasal 4:13-15).

Tubuh Kristus, dalam Efesus 4:16, digambarkan seperti tubuh manusia yang merupakan kesatuan organis dari jemaat.Setiap anggota tubuh tersusun dengan rapi dan diikat menjadi satu oleh peran sendi-sendinya. Kalimat “oleh pelayanan semua bagiannya” diterjemahkan dari bahasa Yunani: dia poses haphês tês epikhorrêgias, yang secara literal berarti: “oleh provisi/pemberian/peran segala sendinya” (band. Kolose 2:19). Peran atau pelayanan sendi ini disesuaikan dengan kekuatan (kat energian) menurut ukuran setiap anggota tubuh (en metrôi henos hekastou merous).

Kasih Kristus telah membuat tubuh menjadi suatu keseluruhan; yang mengikat segala sendi tubuh dengan erat dan menghubungkan sendi-sendi itu menurut fungsinya masing-masing dan yang memberikan kekuatan kepada tiap-tiap sendi untuk memberikan pelayanannya kepada seluruh tubuh. Susunan yang kompleks dan yang harmonis dari tubuh, yang membangun diri sendiri itu, dapat menjelaskan kepada tiap-tiap orang, bagaimana caranya kasih Kristus dalam segala bagiannya mengerjakan pembangunan jemaat.Sungguh pun pertumbuhan ini tidak dapat kita analisa dan pahami seluruhnya, kita mendapat bagian di dalamnya oleh penyerahan diri kita kepada perbuatan dan kehendak Tuhan.

Perhatikan kesempurnaan tubuh. Betapa hebatnya setiap bagian itu pas satu sama lain. Karena itu tubuh manusia merupakan gambaran yang sangat bagus mengenai tubuh Kristus.Tidak mungkin semua orang menjadi bagian yang lebih penting, sebab semua bagian sangat penting. Semua bagian memiliki peranannya sendiri (band. 1 Korintus 12 dan Roma 12).

PENERAPAN
§  Di manakah kita tempatkan Kristus dalam “bangunan” kita?
§  Bersediakah kita dibangun dan membangun di dalam persekutuan anak-anak Allah sebagai anggota tubuh Kristus?

Referensi:
Ch Abineno, Surat Efesus, BPK Gunung Mulia, 2001, hlm 111-143.
Tafsiran Alkitab Masa Kini 3
Ensiklopedi Alkitab