“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya,

ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu,

tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.”

(Matius 7:24-25)

Tampilkan postingan dengan label EKSPOSISI TOKOH ALKITAB. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label EKSPOSISI TOKOH ALKITAB. Tampilkan semua postingan

Kamis, 27 Februari 2014

DINAMIKA IMAN GIDEON

DINAMIKA IMAN GIDEON       
                                          
Niken Nababan
PENEGUHAN RAKORD PANITIA RUT PMKT UGM
27 Februari 2014
                                         
Hakim-hakim 6:11-24
                                             
PENDAHULUAN

Kitab Hakim-hakim menuliskan bahwa bangsa Israel kembali melakukan apa yang jahat di mata Tuhan maka Tuhan menyerahkan mereka di bawah kekuasaan bangsa Midian. Hidup bangsa Israel sangat menderita dan miskin. Setiap kali orang Israel selesai menabur, datang orang Midian, orang Amalek dan orang-orang dari sebelah timur mengambil hasil panen mereka. Ditengah penderitaan itulah bangsa Israel mulai ingat Tuhan dan berseru pada-Nya. Siklus ini terus berulang, Tuhan kemudian membangkitkan seorang hakim dan mereka hidup aman. Namun ketika hakim itu mati, mereka kembali melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Inilah siklus keberdosaan yang terus terjadi secara berulang dalam kehidupan bangsa Israel.
                                                                                     
Dibandingkan dengan hakim-hakim yang lain, dinamika perjalanan iman Gideon ini dicatat dengan sangat lengkap dalam Alkitab. Kisah Gideon dimulai ketika Allah memilihnya menjadi pemimpin seluruh bangsa Israel. Tuhan bahkan menyebutnya sebagai pahlawan yang gagah berani. Kehidupan Gideon dimulai dengan gelombang di titik awal (Psl. 6), mencapai puncak ketika Gideon berhasil menjadi seorang penakluk (Psl. 7), dan sampai pada fase tenggelam (Psl. 8), dimana Gideon mulai berkompromi dengan dosa dan mengakhiri karyanya dengan gelap.

TUHAN MEMANGGIL GIDEON MELALUI MALAIKATNYA (ayat 11-12)

Tuhan memanggil dan mengutus Gideon untuk menyelamatkan bangsa Israel, akan tetapi Gideon meragukan panggilan Tuhan tersebut. Ia ingin melihat tanda berupa mujizat yang bersifat supranatural dan spektakuler (ayat 15). Permintaan Gideon ini dilatarbelakangi oleh kondisi bangsa Israel yang hidup menderita di bawah jajahan orang Midian sehingga mereka membuat tempat persembunyian, yakni gua-gua dan kubu-kubu (Hak. 6:2). Ketika Tuhan memanggil Gideon pun didapati ia sedang bersembunyi dalam tempat pengirikan gandum (ayat 11). Kondisi bangsa yang demikian itulah yang menyebabkan Gideon meragukan pemeliharaan Tuhan dan berkesimpulan bahwa Tuhan tidak menyertai bangsa Israel lagi karena Tuhan membiarkan orang Midian menyiksa dan menyengsarakan bangsa Israel. Bangsa Israel merasa bahwa Tuhan telah melepaskan umat-Nya dari mulut singa yang satu menuju ke mulut singa yang lain.
                           
Tanda persembahan yang diminta Gideon ini menunjukkan bahwa dia membutuhkan konfirmasi panggilan Tuhan terhadapnya. Tuhan mengabulkan semua tanda yang diminta Gideon karena Tuhan ingin menguatkan iman Gideon yang rapuh. Gideon membutuhkan mujizat yang bersifat supranatural dan spektakuler untuk meneguhkan panggilan yang ada pada dirinya agar dia dapat melihat Allah yang Maha Besar.
Di dalam penjajahan bangsa Midian, orang Israel berseru pada Tuhan dan Ia mendengar keluh kesah itu. Ia mendengar dan mengutus seorang nabi dan mengingatkan mereka akan perbuatan-Nya yang dahsyat mengeluarkan mereka dari perbudakan di Mesir. Tentang kisah ini mereka telah mengetahuinya sejak turun temurun, termasuk pada Gideon. Namun semua itu jadi berbeda ketika Malaikat TUHAN datang dan bertemu dengannya secara personal. Kalau iman kita dikaitkan dengan iman mayoritas, kita merasa aman karena dapat bersembunyi dibaliknya. Namun jika harus dikaitkan dengan personal, maka menjadi sangat sulit bagi kita untuk menerimanya.
                        
Ketika Tuhan datang secara pribadi pada Gideon, maka ia segera mempertanyakan keberadaan Tuhan dan pemeliharaan-Nya seperti yang pernah ia dengar dari cerita nenek moyang (ayat 13). Dengan kata lain ia bertanya apakah Tuhan sekarang sama dengan Tuhan yang pernah ia dengar ceritanya dari nenek moyangnya. Pergumulan iman ini tidaklah mudah. Ia mencoba meminta penjelasan dengan mengutarakan semua fakta yang sebaliknya kepada Tuhan. Kenyataannya bangsa Israel tidak bebas, berada di bawah penjajahan bangsa Midian, dan hidup menderita.
                           
Dinamika iman Gideon menunjukkan sebuah kenyataan yang mungkin terjadi dalam hidup kita masing-masing. Pergumulan iman adalah pergumulan terhadap keberadaan dan janji Tuhan. Kita mudah menghadapinya jika ini menyangkut iman Kristen secara umum, tetapi sulit jika berkaitan dengan iman personal. Kita terlalu lemah untuk memahami Tuhan maka tidaklah heran kalau kita cenderung melakukan negosiasi dengan Tuhan seperti halnya yang dilakukan Gideon. Di satu sisi kita tahu bahwa Allah itu baik, tetapi di sisi lain kita tidak mampu memahami kehendak-Nya atas diri kita pribadi. Itu sebabnya di dalam pergumulan iman, kita sering mengalami keraguan akan karya Allah dalam kehidupan kita.


Keinginan Gideon akan sesuatu yang spektakuler dari Tuhan menjadi cerminan bagi kita bahwa manusia cenderung lebih suka pada sesuatu yang bersifat spektakuler, atau setidaknya yang nampak baik menurut ukuran mata dan pikiran kita. Orang yang hidup di jaman Perjanjian Lama berpendapat jika ada mujizat berarti Allah menyertai sehingga mereka menuntut Tuhan agar memberikan tanda untuk setiap permohonan mereka. Sekarang Tuhan pun memberikan tanda-tanda pada kita, yang pasti melalui Firman-Nya yang tertulis. Allah tidak selalu memberikan tanda-tanda yang spektakuler pada kita.

KELEMAHAN GIDEON ( ayat 13-21)

Respon Gideon terhadap panggilan Tuhan menunjukkan bahwa Gideon adalah seorang yang lemah imannya dan tidak mempunyai cukup pemahaman tentang Allah yang dapat berkarya dengan dahsyat dalam diri setiap umat-Nya.
                                                                 
Tiga hal yang menunjukkan kelemahan Gideon adalah:

1. Kenyataan bahwa bangsa Israel dalam keadaan sangat menderita akibat penjajahan oleh bangsa Midian. (ayat 14)
                 
Kenyataan ini membuat Gideon mempertanyakan kebaikan Allah dan pemeliharaan Allah terhadap bangsa Israel. Gideon ingin memastikan apakah janji Tuhan pada nenek moyangnya tetap berlaku sampai masa kehidupannya? Ia bertanya apakah Tuhan itu baik dan bagaimanakah pemeliharaan Tuhan itu. Jika Ia baik, apa buktinya? Jika Ia memelihara, bagaimana saya mengalaminya? Kenyataan yang ada membuatnya sulit menerima semua ini. Gideon mengemukakan pertanyaan penting yang akan mempengaruhi perjalanan imannya di kemudian hari. Pertanyaan ini menjadi semacam pertaruhan iman Gideon, yang juga menjadi pola seluruh perjalanan iman kita secara pribadi.

Begitu rapuhnya iman Gideon dan jauh sekali pengertiannya akan jalan Tuhan. Gideon menuntut Allah melakukan hal-hal yang baik bagi bangsa Israel namun dia tidak mengerti apa yang telah dilakukan bangsa Israel kepada Allah. Gideon tidak mengerti mengapa Allah membiarkan bangsa Israel jatuh ke dalam penjajahan bangsa Midian. Kita pun sering mengalami hal yang sama. Kita menuntut Allah melakukan hal-hal baik yang kasat mata, namun kita sering lupa apakah kita sudah cukup taat pada kehendak-Nya. Pertanyaan yang perlu ada untuk kita setiap saat adalah, apakah kita selalu dapat mengucap syukur atas karya-karya-Nya dalam hidup kita? Apakah kita selalu taat pada setiap firman-Nya bagi kita?

2. Kaumnya adalah kaum yang terkecil di antara semua kaum. (ayat 15)

Gideon mempertanyakan apakah mungkin kaum yang kecil ini dapat menyelamatkan bangsa Israel yang besar, yang dalam keadaan sudah demikian terpuruk. Secara bersama-sama saja bangsa Israel tidak dapat mengatasi penderitaannya, bagaimana mungkin kaum yang paling kecil dapat menyelamatkan bangsa yang demikian besar. Ini menunjukkan betapa Gideon tidak mampu memahami kuasa Allah yang dahsyat bagi kaumnya dan bagi dirinya sendiri padahal dia telah mengetahui cerita tentang kedahsyatan Allah dalam kehidupan bangsa Israel di masa lalu. Lalu bagaimana dengan keadaan kita sekarang? Kita sering menjadi kelompok yang terkecil dan itu sering membuat kita meragukan kekuatan yang akan Allah berikan pada kita untuk dapat mengatasi masalah seluruh kelompok yang besar.

3. Gideon adalah orang termuda di dalam kaumnya. (ayat 15)

Gideon mempertanyakan, sebagai kaum terkecil saja adalah hal yang sulit dipercaya bisa menyelamatkan bangsa Israel, bagaimana mungkin dia orang yang paling muda, paling tidak berpengalaman, dapat menyelamatkan bangsa yang besar? Gideon semakin ragu dengan dirinya sendiri, yang berarti dia telah meragukan Allah akan berkarya dalam hidupnya. Siapa Gideon dapat menjadi cerminan untuk melihat siapa kita. Kemudaan kita, kelemahan kita, kekurangan kita, tidak menjadi halangan bagi Allah untuk memilih kita menjadi pelaku misi Allah. Jika Allah telah memilih kita maka Allah pasti akan memberi kekuatan dan memperlengkapi kita dengan senjata-senjata yang diperlukan untuk mengatasi semua permasalahan kita.

ALLAH MEMENUHI JANJI DAN MENYERTAI UMATNYA (ayat 16 , 21, 23)

Gideon bukanlah seorang pemimpin yang penuh percaya diri, namun malaikat Tuhan menyebutnya sebagai pahlawan yang gagah berani. Di sini kita dapat melihat keunikan Allah dalam memilih hamba-Nya dan kesabaran-Nya untuk mengajar hamba-Nya itu. Panggilan Allah seringkali tidak dapat kita duga seperti apa yang kita pikirkan. Secara ukuran manusia, seorang pemimpin haruslah seorang yang kuat, cerdas, dan berani. Namun Allah justru sering memilih yang sebaliknya. Panggilan dan pilihan Allah tidak pernah salah karena Allah akan menyertai hamba-Nya dalam mengerjakan tugas panggilannya.

Sebagaimana yang dialami Gideon, di masa sekarang kita pun sering mengalami hal yang sama. Tuhan memilih bukan karena siapa dan apa kita tapi karena Tuhan mengasihi dan mempercayai kita untuk melakukan tugas besar pelayanan. Tuhan punya maksud tertentu untuk kita secara pribadi dan untuk umat-Nya secara keseluruhan. Dan Tuhan berjanji selalu menyertai kita. Jika Tuhan telah menepati janji penyertaan-Nya pada Gideon, maka Tuhan juga akan memenuhi janji-Nya untuk menyertai kita dalam mengerjakan tugas pelayanan kita. Sebab janji Tuhan kepada Gideon juga merupakan janji Tuhan kepada kita.
                                                      
Setelah melalui pergumulan iman yang dimuai dari keraguan dan ketidak percayaan diri, Gideon sampai pada titik pemahaman bahwa dia telah salah dalam merespon panggilan Tuhan. Gideon menyesali sikapnya itu dan pandangan-Nya tentang Allah berubah seketika (ayat 22-23). Penyesalan ini bukan hanya dalam kata-kata namun ditunjukkannya dengan perbuatan yang nyata. Dengan Mezbah yang didirikannya menunjukkan bahwa Gideon kini memiliki iman yang teguh akan kebaikan dan pemeliharaan Tuhan atas bangsa Israel. Bahkan dia menyatakan bahwa Tuhan itu keselamatan, seakan-akan Tuhan telah menyelamatkan bangsa Israel padahal itu belum terjadi (ayat 24).

PELAJARAN POSITIF DARI KARAKTER GIDEON

Pelajaran yang dapat kita petik dari dinamika iman Gideon untuk kita terapkan dalam kehidupan kita, adalah sebagai berikut:
            
1.   Peduli dan tanggung jawab kepada bangsa.
                 
Gideon cukup memiliki kepedulian kepada bangsanya dan merasa perlu ikut bertanggung jawab menyelesaikan masalah bangsa. Gideon tidak hanya memikirkan kepentingannya sendiri. Meskipun diawali dengan keraguan dan tidak percaya diri, dia merespon panggilan Tuhan dengan sepenuh hati. Dalam kelemahannya dia berjuang untuk memiliki keberanian mengerjakan tugas panggilan Tuhan demi keselamatan bangsanya. 

PENERAPAN
Kita belajar untuk tidak mementingkan diri sendiri. Setiap hal yang kita kerjakan dalam tugas panggilan pelayanan hendaklah kita peduli pada teman di bagian yang lain, bukan hanya melihat pada bagian kita sendiri.

2.   Rendah hati.

Gideon mengakui kelemahan dirinya. Di satu sisi dia tidak percaya diri dan takut, tapi di sisi lain menunjukkan bahwa Gideon seorang yang rendah hati. Dia menyadari kelemahannya dan hal itu membuat dia berserah pada pertolongan Tuhan. 

PENERAPAN
1.      Kita belajar rendah hati mengakui kelemahan kita pada teman sepelayanan agar terbentuk satu tim pelayanan yang bisa saling melengkapi dan mendukung satu sama lain.
2.      Kita belajar rendah hati di hadapan Tuhan agar kita tidak merasa dapat berjalan dengan kekuatan sendiri melainkan memiliki penyerahan diri penuh akan pertolongan Tuhan.

3.  Bersyukur atas karunia Tuhan.

Gideon menyadari kelemahannya dan menerima apa yang dikaruniakan Tuhan pada dirinya. Dia tidak minta kekuatan yang lebih besar dan tidak berambisi menjadi seorang pemimpin. Dia melakukan tugas dengan apa yang ada pada dirinya dan taat pada pimpinan Tuhan.

PENERAPAN
Kita belajar bersyukur dengan karunia dan talenta yang diberikan Tuhan kepada kita serta menggunakan karunia dan talenta itu dengan maksimal untuk mengerjakan tugas pelayanan kita, menurut kapasitas kita masing-masing.

4.  Membuat perubahan dari kesalahan yang dilakukan.
                                
Setelah Gideon tahu bahwa keraguannya kepada Tuhan itu salah, diapun segera merubah sikapnya. Dia tidak ragu lagi akan panggilan Tuhan dan menaati semua yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Keraguannya berubah menjadi keyakinan yang teguh kepada janji Tuhan. Meskipun bangsa Israel belum selamat tapi dia sudah meneguhkan imannya dan memiliki pengharapan yang kuat bahwa Tuhan akan menyelamatkan bangsa Israel. 

PENERAPAN
1.      Kita belajar untuk mau mengakui kesalahan, menyadarinya dan tidak putus asa.
2.      Kita belajar dari kesalahan itu untuk membuat perubahan yang lebih baik.



Kamis, 27 Januari 2011

ESAU: MENYIA-NYIAKAN KASIH KARUNIA TUHAN


ESAU: MENYIA-NYIAKAN KASIH KARUNIA TUHAN

Belajar Dari Tokoh Esau

ALASAN MENGAPA ESAU PANTAS DIJADIKAN CONTOH KEHIDUPAN

Kisah Esau tertulis di Kejadian 25:29-34; 27:27-45; 33:1-16; Ibrani 12:14-17. Kesalahan Esau menjadi contoh bagi kita untuk tidak meniru perbuatannya itu. Esau telah menukar hal yang sangat penting dalam hidupnya, yaitu hak kesulungannya, hanya dengan masakan kacang merah. Ini menunjukkan Esau tidak menghargai karunia Tuhan. 

Pada masa itu hak kesulungan sangat penting karena menyangkut warisan dan berkat yang akan diterima sebagai anak sulung. Esau telah menyepelekan anugrah Tuhan terbesar, yaitu bukan hanya hak kesulungannya tapi juga kehidupan yang diterimanya. Akibat dari perbuatan itu maka diapun gagal memperoleh berkat yang seharusnya diberikan kepada anak sulung. Yakub adiknyalah yang akhirnya memperoleh berkat Tuhan. Tipu daya Yakub inipun membuat Esau menjadi sangat marah dan dendam mau membunuh Yakub. Dan karena itu Yakub harus pergi jauh dari rumah supaya jangan dibunuh Esau. Terjadilah perpecahan hubungan keluarga. 

Kesalahan Esau yang pertama akhirnya menimbulkan kesalahan-kesalahan yang lain, yaitu iri hati, benci dan dendam sampai mau membunuh, perpecahan keluarga dan yang lebih fatal adalah dia kehilangan berkat Tuhan. Pada akhirnya bertahun-tahun kemudian hati Esau dipulihkan Tuhan dan ia mau mengampuni Yakub.

PELAJARAN YANG DAPAT KITA AMBIL

1.      Menghargai karunia kehidupan yang diberikan Tuhan.
Kejadian 25:32-34; Esau telah menyepelekan karunia Tuhan sebagai anak sulung, maka kita jangan menirunya.

2.      Jangan mudah hanyut oleh hawa nafsu..
Kejadian 25:30,33,34; Ibrani 12:15,17; Esau tergoda makan masakan kacang merah untuk melepas lelah, diartikan sama dengan memuaskan nafsu untuk kesenangan dunia.

3.      Sekali jatuh dalam godaan hawa nafsu akan cenderung muncul godaan-godaan yang lain untuk berbuat dosa.
Kejadian 27:41; Ibrani 12:15; Esau menjadi dendam kepada Yakub karena merampas berkatnya sebagai anak sulung. Kepahitan muncul sebagai akibat dari kesalahan yang dibuat pertama kali.

4.      Jangan mengorbankan karunia terbesar, yaitu keselamatan dari Allah, demi menikmati kesenangan sesaat.
Kejadian 27:34-35; Ibrani 12:14,16-17; Kita dapat kehilangan berkat Allah, bahkan kehilangan pengurapan Allah jika kita menyia-nyiakan karunia keselamatan yang Tuhan berikan kepada kita dengan cara hidup yang tidak kudus. 


KESIMPULAN DAN PENERAPAN

Kita telah menerima anugerah keselamatan dari Tuhan dengan penebusan oleh darah yang sangat mahal. Janganlah kita menyia-nyiakannya tetapi mari kita memeliharanya dengan menjaga kekudusan hidup kita. 

Ibrani 12:14,17; Kita harus menjaga hidup kita tetap kudus agar tetap dapat melihat Allah, maksudnya adalah: tetap berada dalam otoritas Allah sehingga kita diperkenan Allah dan menikmati berkat-berkat-Nya. Hidup tidak kudus merusakkan hubungan kita dengan Tuhan. Bahkan Tuhan dapat mengambil urapan itu dari kehidupan kita tanpa kita punya kesempatan lagi untuk memperbaikinya.

Sabtu, 15 Januari 2011

ABIGAIL, PEREMPUAN YANG MENYELAMATKAN KELUARGANYA

ABIGAIL, PEREMPUAN YANG MENYELAMATKAN KELUARGANYA


Belajar Dari Tokoh Abigail

Kisah Abigail ditulis di kitab 1 Samuel 25:2-42. Abigail memiliki sifat yang pantas untuk ditiru oleh setiap istri. Abigail adalah istri dari Nabal, seorang yang bebal, kasar dan jahat kelakuannya. Namun demikian hal itu tidak mengubah sifat Abigail yang cantik. Ia tetap menjadi istri yang bijak, taat dan hormat kepada suaminya serta rendah hati kepada setiap orang. Nabal orang kaya yang sombong, kikir dan mementingkan diri sendiri. Nabal menghina Daud sehingga Daud menjadi murka dan hendak membinasakan semua laki-laki di Maon. Tetapi Abigail memikirkan keselamatan suaminya dan seluruh orang di rumahnya. Ia mengambil alih peran Nabal tanpa menjatuhkan harga diri Nabal di depan orang lain. Bahkan ia mau mengambil resiko dengan menghadap Daud yang sedang murka dan merendahkan diri sujud pada kaki Daud untuk meredakan kemarahan Daud. Saat itu Abigail menyatakan bahwa kesalahan suaminya adalah kecerobohannya sebagai istri dan ia mau menanggung kesalahan itu. Abigail bukan hanya bijak tetapi juga sangat mengasihi suaminya dengan tulus. Ketika Nabal meninggal, Abigail memperoleh kemuliaan Tuhan dengan menjadi istri Daud raja Israel.

PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL DARI TOKOH ABIGAIL (1 Samuel 25)

1. Mau mendengarkan saran atau teguran dari orang lain walaupun posisi kita lebih tinggi dari orang tersebut.
Ayat 17  Abigail mau mendengarkan nasihat bujangnya/pelayannya, menggambarkan sifatnya yang rendah hati.

2. Rela berkorban demi keselamatan suami dan keluarga.
Ayat 23-24  Abigail mau menanggung kesalahan Nabal dengan merendahkan dirinya di kaki Daud yang sedang marah kepada Nabal. Abigail mau menanggung resiko kemungkinan Daud akan marah kepadanya, bahkan bisa saja membunuhnya.

3. Menjaga kehormatan suami.
Ayat 28  Abigail menjaga kehormatan suaminya dengan mengakui kesalahan suami sebagai kesalahannya juga. Didasari prinsip bahwa suami istri adalah satu daging (Kejadian 2:24).

4. Pandai memilih waktu kapan harus berkata-kata, kapan harus diam dan kapan harus bertindak dalam menghadapi masalah dengan suami maupun keluarga.
Ayat 36-37  Abigail menahan diri dan memilih waktu yang tepat untuk menyampaikan permasalahan mereka yaitu di saat suaminya sudah tenang dan tidak mabuk lagi.

5. Istri yang bijak akan mendapat pujian dan perlindungan Tuhan.
Ayat 32-34  Tuhan melindungi Abigail dan membuat Daud luluh karena sikapnya yang bijak. Daudpun memujinya dan terus mengingatnya.

6. Istri yang mengikut Tuhan akan mendapatkan berkat-Nya lebih dari pada yang diharapkan.
Ayat 26,32,41,42  Abigail mengikut Tuhan sepenuh hati maka ia diberi hikmat Tuhan di dalam perannya sebagai istri dan pada akhirnya ia mendapat kemuliaan dari Tuhan dengan diambil istri oleh raja Daud. Pada konteks jamannya, hal ini adalah kemuliaan bagi para wanita.

UNTUK DIRENUNGKAN PARA ISTRI:

Jadilah istri yang berperan sebagai penolong suami, bukan sebaliknya malah merongrong suami. Berbuat baik bukan karena kebaikan suami tapi karena ketaatan kepada Tuhan, dan jalanilah peran ini dengan sukacita dan ketulusan hati karena upahnya besar di surga.

Sabtu, 30 Oktober 2010

KALEB: ORANG YANG TEGUH MEMPERTAHANKAN PRINSIP

KALEB: ORANG YANG TEGUH MEMPERTAHANKAN PRINSIP
Oleh: Niken Nababan

RIWAYAT HIDUP KALEB

Kaleb hidup pada masa Keluaran, kira-kira 400-450 tahun setelah Yakub dan putra-putranya pergi ke Mesir untuk menyelamatkan diri dari bahaya kelaparan di Kanaan. Selama periode ini, melalui Musa, Allah membebaskan umat Israel dari perbudakan di Mesir dan memimpin mereka melewati padang gurun untuk memiliki tanah Kanaan, tanah yang telah dijanjikan Allah kepada Abraham dan keturunannya berabad-abad sebelumnya. Kita mengenal Kaleb untuk pertama kalinya ketika bangsa Israel sampai di perbatasan Kanaan. Riwayat hidup Kaleb ditulis di kitab Bilangan 13, Bilangan 14, Bilangan 32, Ulangan 1, Yosua 14-15. Kaleb adalah orang Kenas, putra ketiga Hezron, anak Peres, adik bungsu Yerahmeel (1 Taw 2:9). Kaleb adalah pemimpin Yehuda, merupakan salah satu dari dua belas pengintai yang diutus Musa untuk mengintai tanah Kanaan. Waktu itu Kaleb berumur 40 tahun. Diceritakan di Bilangan 13:17-33, saat itu bangsa Israel berkemah di padang gurun Paran, Musa mengutus dua belas pengintai pergi ke tanah Kanaan, -yang jauhnya kira-kira 120 km dari padang gurun Paran-, untuk menyelidiki segala sesuatu tentang Kanaan, yaitu keadaan tanahnya, penduduknya dan bentuk kotanya. Pada masa itu sedang musim panen anggur kira-kira akhir bulan Juli. Mereka pulang dari tugas pengintaian dengan membawa setandan buah anggur, delima dan ara, sebagai bukti bahwa Kanaan adalah negeri yang subur dan makmur. Kota-kotanya besar, berkubu/berbenteng, dengan luas antara 2,5ha - 10 ha. Penduduknya terdiri dari campuran berbagai suku, yaitu suku keturunan Enak, Amalek, Het, Yebus, Amori, dan Kanaan. Orang-orang Enak berperawakan tinggi, kuat dan raksasa. Sekembalinya dari Kanaan, mereka memberikan laporan yang sama dengan respon yang berbeda mengenai Kanaan.

Laporan pertama, sepuluh pengintai mengatakan bahwa Kanaan memang negeri yang berlimpah susu dan madunya, dan respon mereka, "Tetapi orangnya besar-besar dan suka memakan orang. Kita tidak dapat maju. Kita tidak mungkin mengalahkan mereka!" (Bil 13:31-33)

Laporan kedua, Kaleb dan Yosua mengatakan hal yang sama, yaitu Kanaan yang berlimpah susu dan madunya, serta dihuni oleh orang Enak yang besar-besar dan kuat, tetapi respon Kaleb, "Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya"(Bilangan 14:30). Dengan sikap imannya ini Kaleb menjadi salah satu yang diijinkan Tuhan masuk Kanaan Tuhan menjanjikan bahwa Kaleb dan anak-anaknya akan melihat dan mendapatkan negeri yang dijanjikan Allah (Ulangan 1:34-36).

Akhirnya pada umur 85 tahun Kaleb memperoleh tanah pegunungan yang dijanjikan Tuhan, yaitu Hebron, menjadi tanah milik pusakanya (Yosua 14:6-15). Bahkan Kaleb juga mendapatkan tanah lainnya yaitu Kiryat-Arba dan Debir/Kiryat-Sefer yang direbut oleh Otniel yang kemudian menjadi menantunya (Yosua 15:13-17).

KETELADANAN HIDUP KALEB

Kaleb adalah tokoh yang layak untuk dipelajari karena banyak sifat dan sikap positif yang pantas untuk kita teladani.

1. Iman yang teguh kepada Tuhan.

Keteguhan iman Kaleb terlihat dari sikap dan kata-katanya. la mengoyakkan pakaiannya sebagai tanda tunduk dan takut kepada Tuhan dan berkata, "Jika Tuhan berkenan kepada kita, maka la akan membawa kita masuk ke negeri itu .... " (Bilangan 14:6-9). Iman inilah yang memampukan Kaleb bersikap optimis dan berani mengambil sikap yang berbeda dengan sepuluh pengintai lainnya meskipun nyawanya terancam (Bilangan 14:10). Yaitu bahwa Allah yang mengutus mereka, Allah yang mereka sembah, Allah yang membebaskan mereka dati Mesir, pasti sanggup menolong mereka menghancurkan orang-orang Enak dan merebut tanah Kanaan yang sudah dijanjikan Allah. Inilah iman yang murni, iman yang tidak mempertanyakan ini dan itu, akan tetapi dengan penuh keyakinan percaya bahwa Tuhan yang memberikan tugas pasti sanggup menolong mereka menyelesaikan tugas tersebut. Sungguh suatu keteladanan iman yang tak tergoyahkan bagaimanapun sulit rintangan yang dihadapi.

2. Optimis atau berpikir positif.

Sikap ini ditunjukkan di Bilangan 13:30, di mana dia mengatakan, "Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkan mereka". Sebagai contoh, jika kita melihat gelas yang berisi air setengahnya, pendapat apa yang muncul? Orang yang punya pola pikir positif atau optimis akan mengatakan sebagai gelas setengah penuh, sebaliknya orang yang punya pola pikir negatif atau pesimis akan melihatnya setengah kosong. Dua belas orang mengarah pada satu tempat yang sama selama 40 hari, kesimpulan akhir yang didapat berbeda bahkan bertolak belakang. Sayangnya suara terbanyak yang pesimislah yang didengar, akibatnya adalah sebuah keputusan fatal, yang membuat mereka harus berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun sebelum akhirnya bisa memasuki Kanaan. Sikap optimis Kaleb menimbulkan akibat yang sangat baik bagi dirinya. Sikap optimis memberikan kekuatan dan motivasi untuk mencapai tujuan.

3. Berani mempertahankan prinsip kebenaran.

Iman yang dimiliki Kaleb mampu mengalahkan ketakutannya pada penduduk Kanaan yang berperawakan raksasa. Kaleb juga berani melawan bangsa Israel yang mengancam hendak melontarinya dengan batu. Meskipun nyawanya terancam, Kaleb berani melawan pendapat mayoritas dan dengan sekuat tenaga mempertahankan pendapatnya karena dia yakin akan kebenaran Allah dan perlindungan Allah kepadanya.

4. Tidak bersungut-sungut atau mengeluh.

Setelah mendengar laporan dari pengintai, bangsa Israel bersungut-sungut dan mengeluh berkepanjangan, bahkan menyalahkan Tuhan. Tetapi Kaleb tidak mengeluh karena ia dapat merasakan kasih Tuhan yang selalu menyertai umat semenjak keluar dari Mesir. Kaleb tahu bahwa segala penderitaan yang dialami bangsa Israel disebabkan mereka selalu berontak pada Tuhan sehingga membuat Tuhan murka. Kaleb tahu bahwa jika umat tidak berontak pada Tuhan maka Tuhan akan berkenan dan membawa mereka masuk ke Kanaan. Semua ini juga didasari oleh irnan Kaleb.

5. Mempunyai roh yang berbeda (Bilangan 14:24).

Kata 'roh' dalam bahasa aslinya Ibrani menggunakan kata 'ruwach' yang memiliki banyak definisi. Dalam konteks ayat ini, kata 'roh' dapat didefinisikan sebagai kepribadian dan karakter seorang Kaleb yang berbeda dengan orang lain. Terjemahan NIV menyebutnya 'different spirit' yang dapat diartikan Kaleb mempunyai semangat yang berbeda. Life Application Bible (The Living Bible) menterjemahkan sebagai 'different kind' yang dapat diartikan bahwa Kaleb mempunyai kebaikan hati yang berbeda dari orang lain.

6. Mengikut Tuhan dengan sepenuhnya (Bilangan 14:24).

Kaleb memiliki kesetiaan dalam mengikut Tuhan. NIV menterjemahkan sebagai, 'he follows Lord wholeheartedly' yang diartikan sebagai: mengikut Tuhan dengan sepenuh hati, tulus ikhlas dan sungguh-sungguh. Bayangkan ketika diri kita sedang jatuh cinta pada seseorang, maka kehidupan kita dipenuhi oleh sebuah energi yang sangat luar biasa untuk menyenangkan orang yang kita cintai tanpa mengharapkan balasan. Apalagi ketika orang yang kita cintai menyambut cinta kita. Seperti itulah kira-kira kesungguhan Kaleb dalam mengikut Tuhannya. Cintanya pada Tuhan membuatnya mempunyai loyalitas yang tinggi.

7. Mempunyai sifat melindungi dan peduli pada bangsanya (Bilangan 13:30; 14:1-9).

Sifat ini ditunjukkan saat Kaleb secara spontan mencoba menentramkan hati bangsa Israel yang bergejolak dan gundah karena mendengar laporan buruk dari sepuluh pengintai. Kaleb tidak mau bangsanya terus memberontak kepada Allah dan mendapat hukuman Allah. Kaleb ingin bangsanya bersama-sama dengan dia memiliki tanah perjanjian. Dia tidak memikirkan keselamatannya sendiri tetapi juga memikirkan bangsanya untuk berjuang bersama-sama menuju ke arah yang lebih baik seperti yang dijanjikan Tuhan kepada bangsa Israel. Dalam peristiwa ini sifat kepemimpinannya juga terlihat menonjol dibanding para pengintai lainnya.

8. Tegas dan teguh pada komitmen.

Kaleb mempunyai sifat tegas dan teguh pada komitmennya untuk mengikut Tuhan dengan sepenuh hati. Dia telah berkomitmen untuk menjalankan tugas yang diberikan kepadanya dan dia mau menjalankan tugas itu sampai selesai. Kaleb percaya bahwa Allah akan memenuhi janji-Nya kepada bangsa Israel.

9. Mental pemenang dan semangat yang tinggi.

Kaleb mempunyai mental pemenang. Mental ini dibangun oleh sikap optimisnya yang didasari oleh irnan yang kokoh. Keyakinan Kaleb bahwa bangsa Israel akan bisa mengalahkan orang-orang perkasa dan merebut tanah Kanaan, menunjukkan bahwa Kaleb punya mental pemenang atau juara sebelum maju berperang. Meskipun harus berjuang selama puluhan tahun untuk memasuki Kanaan, mentalnya tetap kuat. Saat ia berusia 85 tahun, kekuatan dan semangatnya masih sarna seperti saat ia berusia 40 tahun. Tidak ada kata menyerah dalam hidupnya. Semua ini karena pemeliharaan Tuhan dalam hidupnya.

HAL-HAL NEGATIF DALAM KEHIDUPAN KALEB

Sepanjang yang ditulis dalam Alkitab, tidak ditemukan adanya hal-hal negatif dalam hidup Kaleb. Kaleb hidup dengan benar dan taat kepada Tuhan.


PRINSIP ATAU PELAJARAN YANG BISA DIAMBIL DARI TOKOH KALEB

1. Iman yang teguh memampukan kita menghadapi berbagai masalah kehidupan.

Iman Kaleb kepada Tuhan telah memampukan Kaleb untuk melawan pendapat mayoritas. Yaitu bahwa Allah yang mengutus mereka, Allah yang mereka sembah, Allah yang membebaskan mereka dari Mesir, sanggup menolong mereka menghancurkan orang-orang Enak dan merebut tanah Kanaan yang sudah dijanjikan itu. Inilah iman yang murni, iman yang tidak mempertanyakan ini dan itu, akan tetapi dengan penuh keyakinan percaya bahwa Tuhan yang memberikan tugas sanggup menolong mereka menyelesaikan tugas yang diberikan, bagaimanapun sulitnya 'badai' yang ada di Kanaan, dan Allah akan memberikan tanah yang sudah dijanjikan itu. Sungguh suatu teladan dari iman yang tak tergoyahkan. Hal ini mengajarkan pada kita bahwa di dalam menghadapi situasi negara kita saat ini yang serba sulit, di mana orang-orang saling menyikut dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya, kita seharusnya meniru keteguhan iman Kaleb. Jangan patah semangat, jangan takut, tetapi tetap berusaha di dalam iman kepada Allah bahwa Allah akan memenuhi janji-Nya untuk menyediakan segala keperluan kita, menopang kita dalam menghadapi badai hidup, dan akan memberikan mahkota kehidupan kepada barang siapa yang tahan uji.

2. Tuhan memelihara kehidupan orang yang setia mengikut Tuhan dengan sepenuh hati.

Iman Kaleb adalah iman yang hidup, yang dinamis, yang dia nyatakan dalam kehidupannya, yaitu mengikut Tuhan dengan sepenuhnya. Kaleb memiliki kesetiaan yang besar dalam mengikut Tuhan sehingga dirinya memperoleh banyak berkat dari Allah dan Allah berkenan memelihara hidupnya dan seluruh keturunannya sampai akhir hidupnya dan Allah memberikan apa yang sudah dijanjikan-Nya. Jika kita ingin menikmati janji Allah, yaitu kehidupan yang dipelihara Allah dalam kasih setia-Nya dan dipenuhi suka cita sorgawi, maka kita harus setia mengikut Tuhan walaupun harus menghadapi berbagai kesulitan. Kita tidak perlu menghitung berapa lama harus beIjuang, tetapi seumur hidup kita hendaknya setia kepada Allah. Kita jangan memandang beratnya tantangan hidup dengan ukuran manusia, sebaliknya kita juga jangan hanya memandang berkat yang akan diperoleh, tetapi memandang Tuhan dan segala sesuatu dengan ukuran Tuhan, maka Tuhan akan memberikan lebih dari pada yang dapat kita pikirkan atau bayangkan sesuai dengan keperluan kita.

3. Tuhan menyertai orang yang teguh pada komitmen dan mempertahankan prinsip yang sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.

Pelajaran lain yang kita dapat adalah dalam hal teguh pada komitmen dan berani mempertahankan pendapat yang benar menurut firman Tuhan meskipun kita termasuk dalam kelompok minoritas. Pendapat mayoritas tidak selalu benar, tetapi pendapat minoritaspun belum tentu benar. Yang menjadi ukuran pendapat kita benar atau tidak adalah frrman Tuhan. Jika pendapat kita benar menurut firman Tuhan, maka kita harus bersikap seperti Kaleb yang teguh pada komitmennya mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya dan berani melawan pendapat mayoritas. Betapapun sulitnya kita harus percaya bahwa Allah akan menyertai dan menolong kita menghadapi setiap masalah.

4. Dekat dengan Tuhan membuat kita mempunyai visi hidup yang benar.

Kedekatan hubungan Kaleb dengan Tuhan membuat Kaleb dimampukan untuk memiliki visi hidup yang datangnya dari Allah. Jika kita dekat dengan Tuhan maka Tuhan akan senantiasa menolong kita untuk mampu menentukan tujuan hidup yang benar.

5. Bersikap optimis memotivasi kita untuk terus maju dan tidak mudah menyerah.

Dalam memandang hidup ini kita juga perlu meniru sifat Kaleb yang selalu bersikap optimis atau berpikir positif. Kita jangan hanya memandang masalah yang kita hadapi ataupun berita-berita negatif yang kita lihat dan kita dengar. Berita ini sering hanya akan membawa kita pada kekecewaan, kesedihan, keputus-asaan, depresi dan melemahkan kita. Kita harus belajar untuk selalu mengingat dan melihat anugrah Tuhan yang sudah diberikan kepada kita, serta membiasakan diri untuk membuka mata dan telinga selebar-lebarnya bagi hal-hal positif, hal-hal yang membangun dan semua berita baik. Sikap ini akan membawa kita untuk bergerak maju dan memotivasi kita untuk terus berjuang mencapai tujuan hidup kita. Sikap optimis ini juga akan membangun sikap selalu mengucap syukur dan melakukan segala pekerjaaan kita dengan tidak bersungut-sungut atau mengeluh.

6. Kita harus memberi dampak positif bagi orang lain.

Sikap-sikap Kaleb dalam menjalani kehidupannya berdampak besar bagi seluruh¬ keluarga dan keturunannya. Bukan hanya Kaleb yang dapat menikmati tanah perjanjian, tetapi seluruh keturunannya juga. Sebaliknya sikap yang diambil oleh sepuluh pengintai membawa dampak negatif yang sangat besar pula bagi seluruh keluarga dan keturunannya. Yang mendapat hukuman Tuhan bukan hanya sepuluh pengintai itu tetapi juga seluruh keturunannya. Maka kita harus selalu memohon hikmat Allah di dalam bersikap ataupun mengambil keputusan karena segala perbuatan kita dapat berdampak bagi orang lain. Kita harus dapat memberi dampak positif bagi orang lain sebagaimana yang dikehendaki Allah bahwa setiap orang Kristen harus menjadi garam dan terang dunia bagi orang lain di manapun berada.

7. Budaya yang tidak perlu ditiru.

Meskipun tidak ada hal negatif yang ditemukan dalam diri Kaleb sesuai konteks zamannya, namun ada satu hal yang tidak harus kita tiru, yaitu ketika Kaleb memberikan anak perempuannya untuk dijadikan istri oleh siapa saja yang dapat merebut tanah Debir/Kiryat-Sefer. Pada zamannya hal itu adalah biasa, tetapi untuk konteks zaman sekarang, mungkin banyak budaya masyarakat yang tidak dapat lagi menerima hal itu. Tetapi jika ada bangsa tertentu yang masih mempunyai budaya seperti itu dan mereka menjalankannya dengan damai sejahtera, maka kita harus menghargainya juga. Saya pribadi memiliki prinsip bahwa anak adalah manusia yang harus dihargai dan dikasihi sebagaimana Tuhan mengasihinya. Sebagai orang tua sebaiknya kita tidak menjadikan anak sebagai barang hadiah untuk dipertandingkan, atau untuk ditukarkan dengan harta dunia. Anak harus menemukan pasangan hidupnya di dalam perjuangan dan pergumulan doanya sendiri bersama Tuhan, yang kita dukung dengan penuh kasih. Prinsip yang harus kita pegang teguh adalah sungguh-sungguh mengarahkan anak-anak kita untuk mendapatkan pasangan hidup yang seiman (2 Kor. 6:14).


Buku Referensi:

1. “Alkitab”, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), Jakarta, 2005.
2. “New International Version Holy Bible”, The Zondervan Corporation, Grand Rapids, Michigan, U.S.A, Revised August, 1983.
3. Marilyn Kunz, “Pola Hidup Ilahi”, Perkantas, Jakarta, 1989.
4. “Life Application Bible The Living Bible”, Tyndale House Publishers, Inc. Youth For Christ/USA, Wheaton, Illinois, 1986.
5. “Tafsir Alkitab Masa Kini”, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jakarta, 2000.
6. “Ensiklopedi Alkitab Masa Kini”, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jakarta, 2002.
7. Donald C. Stamps, M.A., M.Div. dan J. Wesley Adam, Ph.D., “Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan”, diterjemahkan dari Full Life Study Bible oleh Anthony E. Sorbo dan Clara Sorbo, Penerbit Gandum Mas, Jakarta, 2000.