“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya,

ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu,

tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.”

(Matius 7:24-25)

Kamis, 26 Februari 2015

TANTANGAN DALAM PELAYANAN




TANTANGAN DALAM PELAYANAN
Niken Nababan, MTh.
Disampaikan pada peneguhan OJT Pengurus PMKT 16 Februari 2015

Eksposisi 2 Korintus 11:23b – 30

PENDAHULUAN

Di dalam perjalanan pelayanan murid-murid Kristus yang ditulis dalam Alkitab, tidak ada satupun yang berjalan dengan mulus, tanpa tantangan. Penderitaan selalu menghadang dan harus dilewati demi tercapainya misi Allah melalui diri mereka. Rasul Paulus banyak menuliskan berbagai penderitaan yang dialaminya. Mungkin tidak ada manusia yang menginginkan penderitaan, termasuk Paulus sebagaimana yang ditulisnya dalam 2 Korintus 12:8.

Dalam mengerjakan tugas pelayanan kita sering menimbang-nimbang berat tidaknya bagian-bagian tugas yang harus kita kerjakan. Mungkin tidak ada yang dengan sengaja memilih untuk mengerjakan yang sukar. Seorang siswa yang akan masuk ke Perguruan Tinggi, cenderung memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan kemampuan. Di satu sisi hal itu ada benarnya. Namun di sisi lain, sesungguhnya itu merupakan potret manusia yang tidak mau mengalami kesusahan. Manusia pada umumnya tidak mau meninggalkan zona nyaman dengan memilih hal-hal yang diperkirakannya tidak akan kesulitan mengerjakannya. Kalau pun ada, ia tergolong manusia luar biasa. Paulus adalah salah satu sosok yang luar biasa itu.

Di awal Tuhan memanggilnya, Paulus seketika mengalami penderitaan (Kis. 9:8)  dan dia mengetahui penderitaan-penderitaan yang akan dialami selanjutnya (Kis. 9:15-16). Namun Paulus merespon panggilan Tuhan dengan doa puasa dan segera melakukan tugas yang diberikan kepadanya tanpa membantah, bahkan tidak bertanya apapun. Kita dapat belajar banyak dari sosok Paulus untuk menguatkan kita dalam menghadapi tantangan pelayanan yang seringkali menimbulkan penderitaan bagi kita.

MACAM-MACAM PENDERITAAN PAULUS

1.      Penderitaan Dalam Penjara (ayat 23-25)

Dalam Kis 16:23 dituliskan bahwa Paulus ditempatkan dalam penjara paling tengah. Bentuk penjara Roma adalah bulat. Paling tengah berarti paling dalam, paling ketat penjagaannya, diperuntukkan bagi para penjahat yang paling tinggi tingkat kejahatannya. Namun fakta arkeologi menunjukkan adanya penemuan dua buah penjara bawah tanah yang gelap, pengap, dan sempit, hanya berukuran secukupnya seseorang tidur. Kemungkinan besar Paulus juga pernah dipenjarakan di tempat itu.
  •  Didera di luar batas.
Didera adalah dicambuki dengan cemeti dengan perlakuan yang sangat sadis, tak mengenal  perikemanusiaan.
  • Disesah lima kali masing-masing tiga puluh sembilan kali pukulan.
Disesah adalah hukuman cambuk yang hanya diperuntukkan bagi tahanan Yahudi. Cambuknya dibubuhi biji timah, dan ujungnya diberi tulang-tulang yang runcing. Bagaimana kita dapat membayangkan penderitaan Paulus pada saat disesah dengan cambuk semacam itu? Hal ini menggambarkan bahwa Paulus seorang yang sangat kuat, namun diakuinya bahwa kekuatannya tersebut adalah karunia Tuhan (2 Kor. 12:9).
  • Dilempari batu satu kali.
2.      Penderitaan Dalam Perjalanan (ayat 26-27)

Dalam perjalanan pelayanannya, Paulus banyak mengalami bahaya banjir karena di masa itu sangat sedikit sungai yang berjembatan; sering dihadang penyamun; mau dibunuh oleh orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi. Paulus mengalami begitu banyak penderitaan yang tak terhitung lagi.

SIKAP PAULUS TERHADAP PENDERITAANNYA

1.      Penderitaan tidak mengurangi fokus pelayanan Paulus (ayat 28-29).

Meskipun Paulus mengalami begitu banyak penderitaan, namun hal itu tidak mengurangi fokus pelayanannya. Penderitaan tidak membuatnya lalai atau malas. Apapun kondisi yang sedang dihadapinya, Paulus tetap memperhatikan jemaat-jemaat Tuhan dengan mengorbankan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk melayani mereka. Bahkan Paulus berempati terhadap kondisi jemaat. Paulus memiliki hati yang peka dan belas kasih terhadap jemaat, serta tidak mementingkan dirinya sendiri.

Jika kita refleksikan pada diri kita sendiri, apa yang dilakukan Paulus adalah hal sulit yang mungkin jarang kita terapkan. Ketika kita sedang susah, kita cenderung sulit memikirkan kesusahan orang lain. Penderitaan sering membuat kita kehilangan fokus pelayanan dan sibuk memikirkan bagaimana kita mengatasi permasalahan dalam hidup kita. Sikap Paulus ini menjadi pelajaran bagi kita agar penderitaan tidak menggoyahkan fokus kita pada pelayanan. Kita tidak mungkin dapat mengatasinya sendiri selain hanya dengan pertolongan Roh Kudus.

2.      Paulus bangga dengan penderitaannya (ayat 30).

Paulus mengemukakan latar belakang kesukuan (11:22), penderitaan dan pengorbanan dalam pelayanan (11:23-29), serta pengalaman spiritualnya (11:30-33; 12:1-10), seolah-olah untuk meninggikan dirinya demi mempertahankan kredibilitasnya di hadapan rasul-rasul palsu pada jaman itu. Pernyataan-pernyataan Paulus tersebut untuk membukakan kebenaran kepada jemaat agar terlepas dari pengaruh rasul-rasul palsu. Secara manusia, penderitaan tidak mungkin dibanggakan kecuali untuk menyombongkan kekuatan diri sendiri. Paulus dahulu begitu bangga dengan kekuatannya dan kekuasaannya untuk menganiaya murid-murid Kristus, tetapi setelah perjumpaannya dengan Kristus hal itu berbanding terbalik. Paulus justru bangga dengan penderitaannya jika dia harus mati karena Kristus, bahkan hidupnya hanya didedikasikan bagi Kristus (Filipi 1:21). Kebanggaan ini memiliki arti kebergantungan kepada Kristus. Dalam penderitaannya justru Paulus dapat melihat dan merasakan kebaikan Tuhan kepadanya (2 Kor. 12:5-10).

Jika Paulus bangga dengan penderitaannya menjadi murid Kristus, bagaimana dengan kita? Mempertahankan prinsip kebenaran firman Tuhan sering membuat kita menderita. Kita bisa dijauhi teman karena tidak memberi contekan saat ujian. Kita bisa diejek karena tidak mau bergabung dalam pergaulan yang menyesatkan. Kita kurang memiliki waktu bersenang-senang karena harus mengerjakan tugas pelayanan. Dapatkah kita bangga dengan hal-hal tersebut? Ataukah kita justru malu dengan penderitaan kita?

APLIKASI

Tantangan pelayanan kita di masa sekarang dalam konteks dunia mahasiswa tentulah tidak seberat tantangan yang dihadapi Paulus. Ada empat hal yang dapat menjadi tantangan pelayanan kita.

1.      Diri Sendiri

Diri sendiri merupakan tantangan yang terbesar dalam pelayanan. Dalam 2 Kor. 4:7-11 Paulus menggambarkan kerapuhan manusia dengan perumpamaan bejana tanah liat. Bejana bisa diisi oleh berbagai macam barang yang indah dan berharga, namun jika jatuh ke lantai bejana itu akan hancur berkeping-keping dan tidak mungkin diperbaiki seperti semula. Demikianlah manusia adalah makhluk yang lemah dan berdosa. Tuhan memberkati kita, memberi kita kehidupan, mencukupkan segala keperluan kita, namun kita tidak dapat menolong diri kita sendiri selain hanya bergantung pada belas kasih Allah. Kita telah jatuh ke dalam dosa dan sangat rentan untuk terus melakukan dosa. Kelemahan dan dosa inilah yang menjadi tantangan terbesar yang dapat menggoyahkan komitmen kita melayani Tuhan. Contoh tantangan dari dalam diri kita adalah memerangi kemalasan, mempertahankan integritas di saat lelah atau sakit, tetap disiplin menghadiri pelayanan meskipun hujan deras atau panas terik.

2.      Studi

Setiap orangtua menuntut anak-anaknya untuk menyelesaikan studinya tepat waktu. Di samping itu, kegiatan perkuliahan dan tugas-tugas dalam studi juga akan semakin berat dan semakin banyak setiap semesternya. Hal-hal itulah yang menjadi tantangan bagi mahasiswa dalam pelayanannya. Kita perlu mengatur (mengelola) hidup kita dengan cermat agar dapat mengerjakan semua kewajiban studi dan dapat juga mengerjakan semua kewajiban pelayanan. Agar semua dapat dikerjakan, dibutuhkan pengorbanan yang mungkin cukup besar bagi beberapa orang, misalnya mengurangi waktu bermain atau jalan-jalan, tidur lebih malam dan bangun lebih pagi dari yang lain, perlu lebih berhikmat untuk menjaga kesehatan.

3.      Keluarga

Contoh tantangan dalam keluarga adalah larangan dari orangtua yang biasanya didasari kekuatiran bahwa hasil studi akan jelek jika kita terlibat dalam pelayanan. Maka kita harus dapat meyakinkan orangtua kita dengan membuktikan bahwa pelayanan tidak membuat studi kita mundur, bahkan sedapat mungkin mengupayakan menjadi mahasiswa yang berprestasi. Tantangan yang lain adalah adanya anggota keluarga yang sakit atau ekonomi keluarga yang memburuk sehingga menuntut kita untuk lebih banyak memberikan perhatian kepada keluarga. Dalam kondisi tertentu kadangkala kita memang harus melepaskan pelayanan kita demi keluarga.Yang harus kita perhatikan adalah bagaimana kita dapat mengerjakan pelayanan tanpa mengabaikan keluarga kita.

4.      Teman atau pacar

Pergaulan cukup mempengaruhi pelayanan kita. Teman dekat kadang berkontribusi menggagalkan komitmen kita, terlebih lagi pacar. Jika pacar tidak mendukung pelayanan kita, itu akan menjadi masalah yang sulit dipecahkan. Kita ingin membagi hidup untuk keduanya tapi terbentur dengan waktu dan tenaga. Jika pelayanan tetap dipertahankan, akan terjadi konflik yang bisa mengakibatkan rusaknya hubungan. Begitu pula sebaliknya jika mengabaikan pelayanan demi pergaulan, tentu akan mengacaukan seluruh pelayanan yang ada, termasuk rusak pula hubungan dengan teman-teman pelayanan. Maka kita perlu hikmat dari Tuhan dalam memilih teman, khususnya pacar. Hendaknya mereka adalah orang-orang yang memberikan dampak positif bagi kita atau sebaliknya.

PENUTUP

Apakah kita sedang menghadapi tantangan dalam pelayanan kita? Mari kita periksa apa saja tantangan yang kita hadapi dan di mana sumber tantangan itu. Selanjutnya kita harus berjuang menghadapi setiap tantangan itu dalam pimpinan dan kuasa Roh Kudus. Kita memusatkan perhatian pada Tuhan, bukan pada tantangan itu, karena Tuhan lebih besar dari pada semua kesulitan yang kita hadapi.


Let's do everything for Jesus Christ




Tidak ada komentar:

Posting Komentar