“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya,

ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu,

tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.”

(Matius 7:24-25)

Kamis, 27 Februari 2014

DINAMIKA IMAN GIDEON

DINAMIKA IMAN GIDEON       
                                          
Niken Nababan
PENEGUHAN RAKORD PANITIA RUT PMKT UGM
27 Februari 2014
                                         
Hakim-hakim 6:11-24
                                             
PENDAHULUAN

Kitab Hakim-hakim menuliskan bahwa bangsa Israel kembali melakukan apa yang jahat di mata Tuhan maka Tuhan menyerahkan mereka di bawah kekuasaan bangsa Midian. Hidup bangsa Israel sangat menderita dan miskin. Setiap kali orang Israel selesai menabur, datang orang Midian, orang Amalek dan orang-orang dari sebelah timur mengambil hasil panen mereka. Ditengah penderitaan itulah bangsa Israel mulai ingat Tuhan dan berseru pada-Nya. Siklus ini terus berulang, Tuhan kemudian membangkitkan seorang hakim dan mereka hidup aman. Namun ketika hakim itu mati, mereka kembali melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Inilah siklus keberdosaan yang terus terjadi secara berulang dalam kehidupan bangsa Israel.
                                                                                     
Dibandingkan dengan hakim-hakim yang lain, dinamika perjalanan iman Gideon ini dicatat dengan sangat lengkap dalam Alkitab. Kisah Gideon dimulai ketika Allah memilihnya menjadi pemimpin seluruh bangsa Israel. Tuhan bahkan menyebutnya sebagai pahlawan yang gagah berani. Kehidupan Gideon dimulai dengan gelombang di titik awal (Psl. 6), mencapai puncak ketika Gideon berhasil menjadi seorang penakluk (Psl. 7), dan sampai pada fase tenggelam (Psl. 8), dimana Gideon mulai berkompromi dengan dosa dan mengakhiri karyanya dengan gelap.

TUHAN MEMANGGIL GIDEON MELALUI MALAIKATNYA (ayat 11-12)

Tuhan memanggil dan mengutus Gideon untuk menyelamatkan bangsa Israel, akan tetapi Gideon meragukan panggilan Tuhan tersebut. Ia ingin melihat tanda berupa mujizat yang bersifat supranatural dan spektakuler (ayat 15). Permintaan Gideon ini dilatarbelakangi oleh kondisi bangsa Israel yang hidup menderita di bawah jajahan orang Midian sehingga mereka membuat tempat persembunyian, yakni gua-gua dan kubu-kubu (Hak. 6:2). Ketika Tuhan memanggil Gideon pun didapati ia sedang bersembunyi dalam tempat pengirikan gandum (ayat 11). Kondisi bangsa yang demikian itulah yang menyebabkan Gideon meragukan pemeliharaan Tuhan dan berkesimpulan bahwa Tuhan tidak menyertai bangsa Israel lagi karena Tuhan membiarkan orang Midian menyiksa dan menyengsarakan bangsa Israel. Bangsa Israel merasa bahwa Tuhan telah melepaskan umat-Nya dari mulut singa yang satu menuju ke mulut singa yang lain.
                           
Tanda persembahan yang diminta Gideon ini menunjukkan bahwa dia membutuhkan konfirmasi panggilan Tuhan terhadapnya. Tuhan mengabulkan semua tanda yang diminta Gideon karena Tuhan ingin menguatkan iman Gideon yang rapuh. Gideon membutuhkan mujizat yang bersifat supranatural dan spektakuler untuk meneguhkan panggilan yang ada pada dirinya agar dia dapat melihat Allah yang Maha Besar.
Di dalam penjajahan bangsa Midian, orang Israel berseru pada Tuhan dan Ia mendengar keluh kesah itu. Ia mendengar dan mengutus seorang nabi dan mengingatkan mereka akan perbuatan-Nya yang dahsyat mengeluarkan mereka dari perbudakan di Mesir. Tentang kisah ini mereka telah mengetahuinya sejak turun temurun, termasuk pada Gideon. Namun semua itu jadi berbeda ketika Malaikat TUHAN datang dan bertemu dengannya secara personal. Kalau iman kita dikaitkan dengan iman mayoritas, kita merasa aman karena dapat bersembunyi dibaliknya. Namun jika harus dikaitkan dengan personal, maka menjadi sangat sulit bagi kita untuk menerimanya.
                        
Ketika Tuhan datang secara pribadi pada Gideon, maka ia segera mempertanyakan keberadaan Tuhan dan pemeliharaan-Nya seperti yang pernah ia dengar dari cerita nenek moyang (ayat 13). Dengan kata lain ia bertanya apakah Tuhan sekarang sama dengan Tuhan yang pernah ia dengar ceritanya dari nenek moyangnya. Pergumulan iman ini tidaklah mudah. Ia mencoba meminta penjelasan dengan mengutarakan semua fakta yang sebaliknya kepada Tuhan. Kenyataannya bangsa Israel tidak bebas, berada di bawah penjajahan bangsa Midian, dan hidup menderita.
                           
Dinamika iman Gideon menunjukkan sebuah kenyataan yang mungkin terjadi dalam hidup kita masing-masing. Pergumulan iman adalah pergumulan terhadap keberadaan dan janji Tuhan. Kita mudah menghadapinya jika ini menyangkut iman Kristen secara umum, tetapi sulit jika berkaitan dengan iman personal. Kita terlalu lemah untuk memahami Tuhan maka tidaklah heran kalau kita cenderung melakukan negosiasi dengan Tuhan seperti halnya yang dilakukan Gideon. Di satu sisi kita tahu bahwa Allah itu baik, tetapi di sisi lain kita tidak mampu memahami kehendak-Nya atas diri kita pribadi. Itu sebabnya di dalam pergumulan iman, kita sering mengalami keraguan akan karya Allah dalam kehidupan kita.


Keinginan Gideon akan sesuatu yang spektakuler dari Tuhan menjadi cerminan bagi kita bahwa manusia cenderung lebih suka pada sesuatu yang bersifat spektakuler, atau setidaknya yang nampak baik menurut ukuran mata dan pikiran kita. Orang yang hidup di jaman Perjanjian Lama berpendapat jika ada mujizat berarti Allah menyertai sehingga mereka menuntut Tuhan agar memberikan tanda untuk setiap permohonan mereka. Sekarang Tuhan pun memberikan tanda-tanda pada kita, yang pasti melalui Firman-Nya yang tertulis. Allah tidak selalu memberikan tanda-tanda yang spektakuler pada kita.

KELEMAHAN GIDEON ( ayat 13-21)

Respon Gideon terhadap panggilan Tuhan menunjukkan bahwa Gideon adalah seorang yang lemah imannya dan tidak mempunyai cukup pemahaman tentang Allah yang dapat berkarya dengan dahsyat dalam diri setiap umat-Nya.
                                                                 
Tiga hal yang menunjukkan kelemahan Gideon adalah:

1. Kenyataan bahwa bangsa Israel dalam keadaan sangat menderita akibat penjajahan oleh bangsa Midian. (ayat 14)
                 
Kenyataan ini membuat Gideon mempertanyakan kebaikan Allah dan pemeliharaan Allah terhadap bangsa Israel. Gideon ingin memastikan apakah janji Tuhan pada nenek moyangnya tetap berlaku sampai masa kehidupannya? Ia bertanya apakah Tuhan itu baik dan bagaimanakah pemeliharaan Tuhan itu. Jika Ia baik, apa buktinya? Jika Ia memelihara, bagaimana saya mengalaminya? Kenyataan yang ada membuatnya sulit menerima semua ini. Gideon mengemukakan pertanyaan penting yang akan mempengaruhi perjalanan imannya di kemudian hari. Pertanyaan ini menjadi semacam pertaruhan iman Gideon, yang juga menjadi pola seluruh perjalanan iman kita secara pribadi.

Begitu rapuhnya iman Gideon dan jauh sekali pengertiannya akan jalan Tuhan. Gideon menuntut Allah melakukan hal-hal yang baik bagi bangsa Israel namun dia tidak mengerti apa yang telah dilakukan bangsa Israel kepada Allah. Gideon tidak mengerti mengapa Allah membiarkan bangsa Israel jatuh ke dalam penjajahan bangsa Midian. Kita pun sering mengalami hal yang sama. Kita menuntut Allah melakukan hal-hal baik yang kasat mata, namun kita sering lupa apakah kita sudah cukup taat pada kehendak-Nya. Pertanyaan yang perlu ada untuk kita setiap saat adalah, apakah kita selalu dapat mengucap syukur atas karya-karya-Nya dalam hidup kita? Apakah kita selalu taat pada setiap firman-Nya bagi kita?

2. Kaumnya adalah kaum yang terkecil di antara semua kaum. (ayat 15)

Gideon mempertanyakan apakah mungkin kaum yang kecil ini dapat menyelamatkan bangsa Israel yang besar, yang dalam keadaan sudah demikian terpuruk. Secara bersama-sama saja bangsa Israel tidak dapat mengatasi penderitaannya, bagaimana mungkin kaum yang paling kecil dapat menyelamatkan bangsa yang demikian besar. Ini menunjukkan betapa Gideon tidak mampu memahami kuasa Allah yang dahsyat bagi kaumnya dan bagi dirinya sendiri padahal dia telah mengetahui cerita tentang kedahsyatan Allah dalam kehidupan bangsa Israel di masa lalu. Lalu bagaimana dengan keadaan kita sekarang? Kita sering menjadi kelompok yang terkecil dan itu sering membuat kita meragukan kekuatan yang akan Allah berikan pada kita untuk dapat mengatasi masalah seluruh kelompok yang besar.

3. Gideon adalah orang termuda di dalam kaumnya. (ayat 15)

Gideon mempertanyakan, sebagai kaum terkecil saja adalah hal yang sulit dipercaya bisa menyelamatkan bangsa Israel, bagaimana mungkin dia orang yang paling muda, paling tidak berpengalaman, dapat menyelamatkan bangsa yang besar? Gideon semakin ragu dengan dirinya sendiri, yang berarti dia telah meragukan Allah akan berkarya dalam hidupnya. Siapa Gideon dapat menjadi cerminan untuk melihat siapa kita. Kemudaan kita, kelemahan kita, kekurangan kita, tidak menjadi halangan bagi Allah untuk memilih kita menjadi pelaku misi Allah. Jika Allah telah memilih kita maka Allah pasti akan memberi kekuatan dan memperlengkapi kita dengan senjata-senjata yang diperlukan untuk mengatasi semua permasalahan kita.

ALLAH MEMENUHI JANJI DAN MENYERTAI UMATNYA (ayat 16 , 21, 23)

Gideon bukanlah seorang pemimpin yang penuh percaya diri, namun malaikat Tuhan menyebutnya sebagai pahlawan yang gagah berani. Di sini kita dapat melihat keunikan Allah dalam memilih hamba-Nya dan kesabaran-Nya untuk mengajar hamba-Nya itu. Panggilan Allah seringkali tidak dapat kita duga seperti apa yang kita pikirkan. Secara ukuran manusia, seorang pemimpin haruslah seorang yang kuat, cerdas, dan berani. Namun Allah justru sering memilih yang sebaliknya. Panggilan dan pilihan Allah tidak pernah salah karena Allah akan menyertai hamba-Nya dalam mengerjakan tugas panggilannya.

Sebagaimana yang dialami Gideon, di masa sekarang kita pun sering mengalami hal yang sama. Tuhan memilih bukan karena siapa dan apa kita tapi karena Tuhan mengasihi dan mempercayai kita untuk melakukan tugas besar pelayanan. Tuhan punya maksud tertentu untuk kita secara pribadi dan untuk umat-Nya secara keseluruhan. Dan Tuhan berjanji selalu menyertai kita. Jika Tuhan telah menepati janji penyertaan-Nya pada Gideon, maka Tuhan juga akan memenuhi janji-Nya untuk menyertai kita dalam mengerjakan tugas pelayanan kita. Sebab janji Tuhan kepada Gideon juga merupakan janji Tuhan kepada kita.
                                                      
Setelah melalui pergumulan iman yang dimuai dari keraguan dan ketidak percayaan diri, Gideon sampai pada titik pemahaman bahwa dia telah salah dalam merespon panggilan Tuhan. Gideon menyesali sikapnya itu dan pandangan-Nya tentang Allah berubah seketika (ayat 22-23). Penyesalan ini bukan hanya dalam kata-kata namun ditunjukkannya dengan perbuatan yang nyata. Dengan Mezbah yang didirikannya menunjukkan bahwa Gideon kini memiliki iman yang teguh akan kebaikan dan pemeliharaan Tuhan atas bangsa Israel. Bahkan dia menyatakan bahwa Tuhan itu keselamatan, seakan-akan Tuhan telah menyelamatkan bangsa Israel padahal itu belum terjadi (ayat 24).

PELAJARAN POSITIF DARI KARAKTER GIDEON

Pelajaran yang dapat kita petik dari dinamika iman Gideon untuk kita terapkan dalam kehidupan kita, adalah sebagai berikut:
            
1.   Peduli dan tanggung jawab kepada bangsa.
                 
Gideon cukup memiliki kepedulian kepada bangsanya dan merasa perlu ikut bertanggung jawab menyelesaikan masalah bangsa. Gideon tidak hanya memikirkan kepentingannya sendiri. Meskipun diawali dengan keraguan dan tidak percaya diri, dia merespon panggilan Tuhan dengan sepenuh hati. Dalam kelemahannya dia berjuang untuk memiliki keberanian mengerjakan tugas panggilan Tuhan demi keselamatan bangsanya. 

PENERAPAN
Kita belajar untuk tidak mementingkan diri sendiri. Setiap hal yang kita kerjakan dalam tugas panggilan pelayanan hendaklah kita peduli pada teman di bagian yang lain, bukan hanya melihat pada bagian kita sendiri.

2.   Rendah hati.

Gideon mengakui kelemahan dirinya. Di satu sisi dia tidak percaya diri dan takut, tapi di sisi lain menunjukkan bahwa Gideon seorang yang rendah hati. Dia menyadari kelemahannya dan hal itu membuat dia berserah pada pertolongan Tuhan. 

PENERAPAN
1.      Kita belajar rendah hati mengakui kelemahan kita pada teman sepelayanan agar terbentuk satu tim pelayanan yang bisa saling melengkapi dan mendukung satu sama lain.
2.      Kita belajar rendah hati di hadapan Tuhan agar kita tidak merasa dapat berjalan dengan kekuatan sendiri melainkan memiliki penyerahan diri penuh akan pertolongan Tuhan.

3.  Bersyukur atas karunia Tuhan.

Gideon menyadari kelemahannya dan menerima apa yang dikaruniakan Tuhan pada dirinya. Dia tidak minta kekuatan yang lebih besar dan tidak berambisi menjadi seorang pemimpin. Dia melakukan tugas dengan apa yang ada pada dirinya dan taat pada pimpinan Tuhan.

PENERAPAN
Kita belajar bersyukur dengan karunia dan talenta yang diberikan Tuhan kepada kita serta menggunakan karunia dan talenta itu dengan maksimal untuk mengerjakan tugas pelayanan kita, menurut kapasitas kita masing-masing.

4.  Membuat perubahan dari kesalahan yang dilakukan.
                                
Setelah Gideon tahu bahwa keraguannya kepada Tuhan itu salah, diapun segera merubah sikapnya. Dia tidak ragu lagi akan panggilan Tuhan dan menaati semua yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Keraguannya berubah menjadi keyakinan yang teguh kepada janji Tuhan. Meskipun bangsa Israel belum selamat tapi dia sudah meneguhkan imannya dan memiliki pengharapan yang kuat bahwa Tuhan akan menyelamatkan bangsa Israel. 

PENERAPAN
1.      Kita belajar untuk mau mengakui kesalahan, menyadarinya dan tidak putus asa.
2.      Kita belajar dari kesalahan itu untuk membuat perubahan yang lebih baik.



Rabu, 26 Februari 2014

KESELAMATAN: KASIH KARUNIA DAN IMAN



KESELAMATAN: KASIH KARUNIA DAN IMAN



Keselamatan manusia datang karena kasih karunia Allah, namun hanya bisa diterima oleh tanggapan manusia melalui iman. Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (Efesus 2:8). Maka untuk mengerti proses keselamatan, ada dua hal yang harus kita mengerti, yaitu “kasih karunia” dan “iman”.



Dalam Perjanjian Lama, Allah menyatakan diri-Nya sebagai Allah kasih karunia dan kemurahan yang mengasihi umat-Nya bukan karena mereka layak tetapi karena keinginan-Nya sendiri untuk tinggal setia kepada perjanjian-perjanjian yang dibuat dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Sedangkan dalam Perjanjian Baru, kasih karunia adalah kehadiran Allah melalui Yesus Kristus, yang diberikan kepada orang percaya oleh Roh Kudus, yang memberikan kemurahan, pengampunan, keinginan serta kuasa untuk melakukan kehendak Allah (Yoh. 3:16; 1 Kor. 5:10; Fil. 2:13).



Iman berarti percaya dengan sungguh-sungguh kepada Kristus yang tersalib dan bangkit sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi kita (Roma 1:17).[1] Iman kepada Yesus adalah satu-satunya syarat yang diminta Allah untuk keselamatan kita. Iman bukan saja suatu pengakuan kepada Yesus Kristus, melainkan harus juga diikuti dengan suatu tindakan sebagai konsekuensi orang percaya yang mau mengikut Kristus. Iman meliputi pertobatan manusia dari dosa dan berbalik kepada Allah melalui Kristus. Maka iman harus diikuti dengan penyerahan diri kepada pengudusan yang dijalani dengan ketaatan pada perintah Allah. Keselamatan di dalam Kristus ditawarkan kepada semua orang dan menjadi nyata pada orang-orang tertentu yang telah dipilih-Nya (Ef. 1:4-5), namun tergantung pada pertobatan dan iman kita sewaktu menerima kasih karunia Allah tersebut.

           

Keselamatan (Yun. soteria) berarti “pembebasan”, “mengantar dengan aman melalui”, dan “menjaga dari bahaya”. Kristus adalah satu-satunya jalan bagi manusia untuk menuju kepada Bapa di surga. Dalam Rom 1:16 Paulus menulis keyakinannya bahwa Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya. Manusia yang mengalami keselamatan akan menerima pengampunan dosa (Kis 10:43; Rom 4:6-8) dan mengalami proses perpindahan, yaitu:

·       Berpindah dari kematian rohani ke kehidupan rohani (1 Yoh. 3:14);

·       Berpindah dari kuasa dosa ke kuasa Tuhan (Roma 6:17-23);

·       Berpindah dari kekuasaan Iblis ke kekuasaan Allah (Kis. 26:18).



Keselamatan disediakan bagi kita oleh kasih karunia Allah, yang diberikan-Nya dalam Yesus Kristus dengan cara penebusan. Akar kata “penebusan” (Yun. apolutrosis) berarti penebusan dengan pembayaran suatu harga (lih. Ef. 1:7 mengenai jual beli budak). Untuk dapat membebaskan manusia dari ikatan dosa serta memindahkannya ke dalam kuasa Tuhan, maka manusia harus ditebus dengan membayar suatu harga tertentu. Kristus membayar harga penebusan ini dengan mencurahkan darah-Nya serta menyerahkan nyawa-Nya (Mat. 20:28; Mark. 10:45; 1 Kor. 6:20;). Oleh karena upah dosa adalah maut, berarti untuk pembebasan dari dosa harus ada penumpahan darah (Ibr. 9:22). Melalui kematian-Nya di kayu salib, Kristus menjadi Korban yang Sempurna untuk selama-lamanya dan dengan demikian kita ditebus dari upah dosa yaitu maut.[2]











[1] Stamps Donald C., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Penerbit Gandum Mas, Malang, Cet. 11, 2006, 1848.


[2] McCroskey Robert D., Theologia Sistematis Dari Sudut Pandang Wesley – Arminian: Penuntun Bagi Gembala Sidang dan Kaum Awam, Kabar Kekudusan, Yogyakarta, Ed. 1, 2004, 35.

Kamis, 06 Februari 2014

Berjaga-jaga (1 Tesalonika 5:1-11)



Berjaga-jaga

1 Tesalonika 5:1-11

Oleh Niken Nababan dalam Follow Up Retreat PMKT UGM  – 19 September 2013

Pendahuluan


Dalam pasal sebelumnya terdapat penjelasan indah Paulus akan Kedatangan Yesus kedua kali dan mengajarkan untuk saling menguatkan dengan firman Allah. Sesudah mendengar kabar indah tentang akan kembalinya Yesus, dan Ia akan menyelamatkan mereka yang hidup dan yang sudah mati, pelajaran dalam perikop ini adalah,

-        Kapankah Yesus akan datang kembali?

-        Siapa anak gelap dan anak terang?

-        Bagaimana sikap orang percaya menghadapinya?

Kapan?

Ayat 1-3

·       Tentang datangnya akhir zaman tidak perlu dituliskan kapan waktunya (1; band. Kis. 1:6-7).

·       Waktu-Nya akan datang seperti pencuri, tidak bisa diketahui dengan pasti (2).

Ilustrasi:

Pencuri akan mendatangi kita tanpa kita pernah tahu kapan dia akan datang. Lalu bagaimana sikap kita menghadapinya? Pikirkan apa saja yang perlu kita persiapkan untuk menggagalkan usaha pencuri di rumah kita.

·       Orang yang tidak mengenal Allah menyangka semua akan damai dan aman sehingga tidak menyiapkan diri untuk menghadapi hari Tuhan. Sedangkan pada hari itu semua orang akan menerima penghakiman Allah. Orang yang tidak mempersiapkan dirinya akan menerima kejutan yang menakutkan. (3).

·       Paulus memilih gambaran yang sangat unik untuk menjawab bahwa kedatangan hari Tuhan merupakan sesuatu yang mengejutkan.

Apakah wanita hamil benar-benar terkejut dengan sakitnya melahirkan? Saya seorang ibu yang pernah melahirkan. Sungguh tidak pernah bisa diduga sebelumnya kapan hari kelahiran itu tiba dan bagaimana sakitnya melahirkan meski sebelumnya sudah mendapatkan gambaran-gambaran.

Siapa?

Ayat 4-5

·       Anak Tuhan tidak hidup dalam “kegelapan” tetapi dalam “terang”.

·       Anak Tuhan bukan anak “malam” tetapi anak “siang”.

·       Anak gelap/malam adalah orang-orang yang tidak beriman kepada Yesus, berarti juga orang yang tidak percaya datangnya hari Tuhan, sehingga dia hidup semaunya sendiri tanpa perlu berjaga-jaga.

·       Orang yang tidak berjaga-jaga tidak siap ketika kejutan itu datang.

Kembali ke ilustrasi “pencuri” dan “melahirkan”. Meski sama-sama kedatangan pencuri dan mengalami sakit melahirkan, orang yang mempersiapkan diri akan berbeda dalam menghadapinya.

·       Efesus 5:3-6. Anak gelap adalah orang-orang yang melakukan berbagai kejahatan dan kesesatan. Semuanya itu mendatangkan murka Allah. Ketika hari Tuhan datang mereka akan menerima kebinasaan.

·       Efesus 5:1, 9-10. Anak terang adalah anak-anak yang kekasih dan menjadi penurut Allah, yang akan berbuahkan kebaikan, kebenaran, keadilan.

Bagaimana?

Ayat 6-7

·       Jangan “tidur” tetapi “berjaga-jaga” dan “sadar”.

·       Lukas 21:34-36. Pesta pora dan kemabukan tidak hanya dalam pengertian harafiah. Ketika kita mengirim sms pada saat mengemudi adalah sama dengan mabuk. Kegiatan itu membuat pengemudi kehilangan kewaspadaan yang dapat menyebabkan dirinya maupun orang lain menjadi celaka. Pikirkan contoh lain yang mempunyai pengertian yang sama dengan pesta pora dan mabuk.

Ayat 8

·       Baju zirah dan ketopong adalah perlengkapan yang dipergunakan untuk melindungi kita dari serangan musuh. Band. Efesus 6:14-17.

·       Bagaimanakah iman, kasih dan pengharapan keselamatan dapat melindungi kita dari serangan?

·       BAJU ZIRAH menutupi organ-organ vital dari seorang prajurit (jantung, paru-paru, hati, dsb.), dikenakan setelah ikat pinggang, untuk menambahkan perlindungan dari ikat pinggang. Dengan melindungi organ-organ vital, maka baju zirah menambah keyakinan prajurit untuk menghadapi musuh tanpa takut.



·       Aplikasi :
Keadilan/kebenaran (righteousness) - berdiri benar (right) atau bermoral benar (uprightness) di hadapan Tuhan - diimpartasikan oleh Kristus kepada orang-orang percaya. BAJU ZIRAH KEADILAN menjaga jiwa dan pikiran orang-orang Kristen - "organ-organ vital" dari manusia rohani. Maka, seorang Kristen akan dipenuhi dengan keberanian, karena tahu bahwa ia dilindungi dengan keadilan/kebenaran (righteousnes) Kristus dan dapat menghadapi musuh tanpa takut.

·        

·       KETOPONG adalah topi baja yang digunakan oleh seorang prajurit untuk melindungi kepalanya. Ketopong sering membawa tanda atau ornamen yang menjadi identifikasi yaitu milik pasukan yang mana prajurit tersebut.


Aplikasi :
KETOPONG, pengharapan akan keselamatan, menjaga pikiramu dari panah-panah musuh. Pikiranmu mengarahkan perisai dan pedang dan semua gerakan dari tubuhmu; maka pikiran harus dilindungi agar engkau dapat menjadi prajurit yang efektif. Pikiranmu adalah medan peperangan antara daging dan roh; seorang prajurit yang disiplin tidak akan menyerah kepada daging, tetapi akan menjadi kuat di dalam roh.



·       Bagaimanakah “pengendalian diri” memainkan peranan penting agar kita dapat menghindari murka Allah?

Ayat 9-10

·       Allah menetapkan kita untuk memperoleh keselamatan, bukan murka.

·       Untuk hidup dengan Allah, tidak ada bedanya kalau kita berjaga-jaga atau tidur.

-        Apa maksudnya?

-        Ayat ini seperti kontradiksi dengan ayat-ayat sebelumnya yang mengharuskan kita berjaga-jaga.

-        Ada tiga penjelasan untuk memahaminya:

-        Yesus mati untuk semua orang baik mereka yang dalam kegelapan atau dalam terang.

-        Kita diselamatkan karena kasih karunia Allah oleh iman kita kepada Yesus (Efesus 2:8). Entah kita tidur atau terjaga, kita selamat. Bedanya orang yang terjaga tidak akan terkejut oleh kedatangan hari Tuhan sebab dia tidak akan terkena murka Allah. Hal ini berkaitan dengan penghakiman Allah yang tidak seorangpun dapat luput darinya (ayat 3).

Ilustrasi:

Seorang anak tidak mengerjakan tugas yang diberikan bapanya. Bapanya marah dan memberikan hukuman kepadanya namun tetap mengakuinya sebagai anak. Haknya sebagai anak tetap diberikan kecuali jika anak itu sendiri yang menolaknya.

-        Paulus menyebut jemaat Tesalonika “semua anak-anak terang” (ayat 5). Itu adalah pekabaran kasih karunia. Namun mereka memiliki masalah dosa yang serius. Seperti orang Tesalonika yang beriman kepada Allah, kita pun bergumul dengan dosa tanpa kehilangan keselamatan kita. Namun Paulus memperingatkan mereka dan memperingatkan kita juga bahwa “kebinasaan akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba” (ayat 3) jika mereka tidak menjaga iman, kasih dan pengharapan keselamatan (ayat 8). Anak-anak terang seharusnya memiliki hidup seperti Kristus. Dosa yang dilakukan terus-menerus bukan hanya akan membuat Allah murka namun juga dapat menggerus iman kita yang pada akhirnya bisa membuat kita berpaling dari-Nya.

Ayat 11

·       Saling menasihati.

·       Saling membangun.

·       Jemaat bisa saling menasihati dan membangun jika masuk di dalam persekutuan saudara seiman.

 

Perenungan


·       Sedalam apakah iman kita kepada Yesus?

·       Sudahkah kita menjadi anak terang?

·       Sudah siapkah kita berjaga-jaga setiap saat?