“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya,

ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu,

tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.”

(Matius 7:24-25)

Kamis, 06 Februari 2014

Menentukan Prioritas Hidup



MENENTUKAN PRIORITAS HIDUP
Oleh: Niken Nababan
                                                  Persekutuan Umum SVT UGM        
15 Des 2012 pukul 4 sore di Griya PMKT

Dasar Prioritas Hidup

Setiap orang mempunyai peran dalam hidupnya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Setiap hari kita dikelilingi oleh orang-orang yang harus kita temui atau kita layani, serta dipenuhi berbagai kegiatan yang harus kita kerjakan. Kita sering diperhadapkan dengan banyak hal yang tidak mungkin kita lakukan semua. Kita sangat terbatas oleh waktu, tenaga, pikiran, dan kemampuan. Maka kita perlu membuat skala prioritas agar hidup kita menjadi teratur dan indah untuk dijalani.

Prioritas artinya mendahulukan sesuatu yang kita anggap lebih penting dibandingkan dengan hal-hal yang lain. Dasar utama dalam menentukan prioritas hidup adalah Tuhan. Kolose 1:16  “karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.” Ayat ini sangat jelas menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan dan hidupnya harus dipersembahkan untuk Tuhan. Tujuan hidup ini menjadi sangat penting agar kita berjalan terarah dan dapat menentukan prioritas dengan tepat.

Tujuan hidup setiap orang percaya harus didasarkan pada kehendak Tuhan seperti yang tertulis dalam Yesaya 30:1 “Celakalah anak-anak pemberontak, demikianlah firman TUHAN, yang melaksanakan suatu rancangan yang bukan dari pada-Ku, yang memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh dorongan Roh-Ku, sehingga dosa mereka bertambah-tambah,”. Orang-orang yang menjalani hidup tanpa tunduk pada kehendak Allah akan mencapai kegagalan dan kesia-siaan. “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” (Mat. 7:21).

Urutan Prioritas Hidup

Yesus adalah contoh terbaik bagi kita dalam menentukan urutan prioritas hidup. Kita juga dapat belajar dari tokoh-tokoh lain dalam Alkitab. Berikut ini adalah urutan prioritas hidup menurut Alkitab:

1.       TUHAN

Alkitab menjelaskan bahwa mengasihi Tuhan harus menjadi prioritas utama dan yang pertama (Matius 22:37-38; Lukas 10:38-42). Tuhan adalah sumber segala keberhasilan dalam kehidupan kita. Kalau kita menjadikan Tuhan sebagai prioritas pertama dalam hidup kita, maka kita akan berjalan dalam kuasa dan mujizat Tuhan. Orang-orang yang melakukan hal-hal besar dalam Alkitab adalah yang mengutamakan Tuhan lebih dari segalanya.

Percobaan pertama, kedua dan ketiga yang ditulis dalam Injil Matius 4:1-11, Iblis mencobai Yesus agar Dia membalik urutan prioritas, menjadikan ambisi pribadi di atas kehendak Bapa. Tetapi Yesus menolaknya karena bagi Yesus "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” (Yohanes 4:34). 

2.       Keluarga
  
Kalau kita mengutamakan Tuhan maka kita harus mengasihi keluarga kita. Keluarga tidaklah hanya sebatas keluarga inti, tetapi komunitas di sekitar kita menjadi keluarga kita, yang menempati prioritas kedua setelah Tuhan (Mat. 12:46-50). Keluarga Yesus adalah juga wanita- wanita yang mengikut Dia dan melayani Dia sejak di Galilea sampai ke Salib, mereka hadir saat Ia disalib. Keluarga Yesus juga termasuk Yohanes, murid yang dikasihi-Nya.

Tuhan Yesus mengecam orang Farisi yang melegalkan orang untuk tidak memberi lagi tunjangan untuk orang tuanya jika uang tersebut telah dipersembahan. Prioritas yang salah dari orang Farisi ini dikecam Yesus. Orang Farisi menempatkan dana pelayanan lebih penting daripada dana tunjangan untuk pemeliharaan orang tua di masa pensiun. Orang Farisi mengajar jika seseorang telah memberi persembahan, ia tidak perlu lagi menghormati orang tuanya. Itu artinya mereka menempatkan pemasukan kas lebih penting daripada mentaati Firman Tuhan untuk menghormati orang tua. “Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.” (1 Tim. 5:8).

Yohanes 2:1-11; Yesus penuh belas kasihan sehingga bersedia menolong pemilik pesta perkawinan yang sedang menghadapi masalah namun Yesus tidak memenuhi permintaan Maria dalam hal menunjukkan jati diri-Nya sebagai Mesias karena belum saatnya. Keluarga mendapat perhatian besar oleh Yesus namun ditempatkan di bawah ketaatan-Nya kepada Bapa.

Markus 4:33-34 “Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri”. Yesus memberi kepada orang banyak perumpamaan, tetapi kepada keluarganya, ia memberi porsi lebih. Ini menunjukkan bahwa Yesus menempatkan keluarga (keluarga inti maupun keluarga rohani)  lebih utama dibanding dengan orang lain.

3.       PEKERJAAN/STUDI/PELAYANAN

Kalau kita berkata mengutamakan Tuhan, kita harus mengerjakan tugas yang Tuhan berikan dengan sebaik mungkin, entah itu sebagai pekerja, pelajar dan pelayan Tuhan. Cara Yesus menetapkan prioritas dalam masa-masa pelayanan-Nya sangat cermat sehingga semua hal dapat dikerjakan-Nya dengan rapi dan arah yang jelas sesuai dengan misi Allah bagi diri-Nya. Mari kita perhatikan bagaimana Yesus mengatur waktu untuk menjalankan misi-Nya di dunia.
·     Masa Persiapan mendapat porsi lebih dalam hal waktu yaitu 30 tahun. Orang Israel menetapkan usia 30 sebagai usia kedewasaan menurut Taurat, di mana pada usia 30 tahun seorang Lewi baru boleh memulai pelayanannya (Lihat Bil. 4:3 dst.).
·     Masa Pelayanan dilaksanakan secara efektif setelah matang dalam masa persiapan, hanya dalam waktu 3,5 tahun. Yesus melatih diri dengan doa dan puasa, bertanggung jawab dengan tugas-tugas-Nya, melayani sungguh-sungguh orang-orang dengan bermacam karakter, mengajar dengan penuh integritas, melatih murid-murid secara intensif.
·     Masa hasil dipetik sampai masa kekekalan

4.       PRIBADI

Kalau kita mengutamakan Tuhan, maka kita harus merawat sebaik-baiknya tubuh jiwa dan roh yang Tuhan berikan kepada kita. 3 Yohanes 1:2 “Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja.Tidak menjaga kualitas hidup pribadi bisa membuat tiga prioritas dalam hidup kita di atas kandas.

Tuhan Yesus memperhatikan kesehatan tubuh-Nya, bahwa Dia butuh istirahat dan makan, dan ketika kepentingan pribadinya tertunda dia tetap mencari waktu untuk saat pribadi dengan Bapa (Markus 6:31-46).

Saat-saat terakhir hidup Yesus menunjukkan siapa Dia sebenarnya bagi manusia dan bagaimana Dia menetapkan prioritas dalam hidup-Nya di dunia. Perkataan Yesus di kayu salib menggambarkan urutan prioritas-Nya dalam hidup.
1. Ada dua perkataan yang ditujukan kepada Bapa (Eloi-eloi lama sabatani, Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat).
2. Ada dua perkataan yang ditujukan kepada keluarganya, Maria keluarga intinya dan Yohanes keluarga rohaninya (Ibu, inilah anakmu, Inilah Ibumu). 
3. Ada 1 perkataan yang ditujukan untuk diri pribadi (aku haus).
4.  Ada satu perkataan yang ditujukan kepada penjahat di sebelah kanannya, menjadi sasaran misinya untuk memenuhi kehendak Bapa dalam hidup-Nya, yaitu menyelamatkan orang berdosa (hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus; Luk 23:43).
5.  Ada perkataan yang ditujukan pada dunia, Bapa, dan Iblis (Sudah selesai).

Prioritas Dalam Hal Prinsip Hidup

Kita perlu belajar mengerti prioritas yang benar dalam hal prinsip hidup agar dapat menentukan pilihan yang tepat. Berikut ini adalah tujuh prioritas mengenai prinsip hidup:

1. Karakter di atas Kemampuan
Hidup perlu kemampuan. Tanpa kemampuan kita tidak dapat mengerjakan apa-apa dengan baik. Sungguh pun demikian kemampuan bukanlah segalanya. Tuhan mengutamakan karakter di atas kemampuan. Di samping itu kita pun harus menitikberatkan karakter di atas kemampuan dalam menilai orang, jangan menilai orang atas dasar kemampuannya semata.
Dalam 1 Korintus 1:26, Paulus mengingatkan jemaat di Korintus untuk tidak lupa diri dan terus mengingat siapakah diri mereka sebenarnya. Kadang setelah mencapai status tinggi dalam masyarakat, kita lupa akan keberadaan diri kita. Pada akhirnya kemampuan menjadi tolok ukur dalam kita menilai dan menghargai orang.
Janganlah sampai kita meninggikan kemampuan di atas karakter. Hargailah usaha anak menajamkan kemampuan tetapi pujilah anak atas dasar karakternya.
2. Keutuhan Diri di atas Kegiatan  
Sebagai anak Tuhan sering kali kita terlibat dalam pelayanan baik di gereja maupun di luar gereja. Sudah tentu ini baik. Namun adakalanya kita menjadi terlalu sibuk; kita sukar menolak permintaan orang dan terus mengiyakan tugas pelayanan yang diembankan. Pada akhirnya kita melalaikan satu hal yang penting yakni menjaga kehidupan yang utuh. Itu sebabnya kalau tidak berhati-hati, kegiatan pelayanan yang tinggi akan menyita banyak dari kehidupan pribadi maupun keluarga. Alhasil, baik kehidupan keluarga ataupun pribadi menjadi kacau dan berantakan.
3. Ketaatan di atas Keefisienan
Kadang ketika membaca Firman Tuhan terlintas seutas pikiran, "Betapa banyaknya perintah Tuhan!" Pada kenyataannya hanya satu yang dituntut Tuhan, yaitu ketaatan. Suatu hari Tuhan Yesus sedang berada di rumah seseorang bernama, Simon, penderita kusta. Tiba-tiba datanglah seorang wanita dengan buli-buli berisikan minyak narwastu yang mahal. Ia memecahkan buli-buli itu dan menuangkan minyaknya ke atas kepala Tuhan. Bagi banyak orang-termasuk murid Tuhan-tindakan ini merupakan pemborosan uang alias tidak efisien. Namun dengarlah perkataan Tuhan, "Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku." (Markus 14:6)
Pada dasarnya efisiensi berarti menghasilkan sebanyak-banyaknya dengan modal seirit mungkin. Efisiensi adalah lawan dari pemborosan. Ternyata di mata Tuhan efisiensi bukanlah segalanya. Ada satu hal lain yang lebih bernilai yakni ketaatan. Ketaatan kepada Tuhan kadang-kadang melanggar hukum efisiensi. Jika kita memprioritaskan efisiensi dengan kaku, kita pun akan kehilangan tuntunan Tuhan.
4. Kecil di atas Besar.
Menjadi besar adalah idaman kita semua. Bahkan dalam pelayanan sekali pun, kita merindukan menjadi besar. Ada satu hal yang mesti kita camkan: Tuhan memakai kita untuk menggenapi rencana-Nya. Tuhan meminta kita memfokuskan pada yang kecil sebab Ia tidak ingin kita jatuh ke dalam dosa kecongkakan. Dengarlah Firman Tuhan lewat Yakobus 4:6, "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."
Tatkala Ia tengah mengajar tentang kerendahan hati, Tuhan menggunakan seorang anak sebagai pokok acuan-Nya, "Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini." (Matius 18:10). Tuhan tahu kelemahan dan kecenderungan kita. Itu sebabnya Ia meminta kita untuk mengutamakan yang kecil, bukan yang besar.
5. Memberi di atas Menerima
Tidak banyak orang yang bersedia memberi-tanpa menerima apa pun. Biasanya kita memberi karena kita menerima sesuatu, baik dari orang yang bersangkutan atau dari orang lain. Sebagian orang terus berusaha untuk memberi tanpa pamrih, tetapi ada orang yang hanya ingin menerima. Namun Tuhan mengajarkan kepada kita untuk memberi. Dengarlah seruan-Nya yang dicatat di Matius 20:28, "Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Melayani adalah memberi baik itu jasa atau barang dan Tuhan memberi nyawa-Nya.
Dalam hidup kita mesti berusaha untuk mencari kesempatan memberi, bukan mencari kesempatan untuk menerima. Jika memang kita butuh, jangan sungkan menerima sebab mungkin saja Tuhan tengah memelihara kita lewat bantuan yang ditawarkan orang.
6. Proses di atas Produk
Makin hari kita semakin menjadi masyarakat yang tidak sabar. Kita ingin melihat hasil atau produk; bila tidak melihat hasilnya, dengan cepat kita menyimpulkan bahwa upaya itu telah gagal dan semua upaya yang gagal harus dilenyapkan. Itu bukanlah prioritas Tuhan. Ia lebih mementingkan proses daripada produk. Jadi fokuskan perhatian justru pada prosesnya, memberi kesempatan, memeringati, mengajarkan, dan menunggu.
7. Tuhan di atas Segalanya
Sebetulnya, jika kita jujur, kita mesti mengakui bahwa kita menginginkan keduanya, dunia dan surga. Kita ingin mendapatkan surga yang kekal, tetapi kita juga mendambakan dunia yang memuaskan. Sayangnya impian itu tidak akan menjadi kenyataan, sebab Tuhan tidak memberi kita kesempatan memiliki keduanya. Apa pun itu yang hendak kita lakukan, kita harus bertanya, "Tuhan, apakah kehendak-Mu dalam hal ini ?" Dan kemudian kita harus menaati-Nya.
Penerapan

1.   Tetapkan tujuan hidupmu.
2.   Temukan beberapa peran ganda yang ada padamu dan tetapkan prioritas dalam setiap peran tersebut.
3.   Perhatikan bahwa urutan prioritas akan sangat mempengaruhimu dalam hal:
·     Mengatur waktu
·     Mengatur uang
·     Mengambil keputusan
·     Bergaul
·     Membangun kebiasaan
4.   Evaluasi kegagalan atau keberhasilanmu dalam menetapkan prioritas hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar