“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya,

ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu,

tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.”

(Matius 7:24-25)

Jumat, 09 Juni 2017

KUALITAS HIDUP PEMIMPIN
(Oleh: Niken Nababan dalam Week End PKTB/CPKTB PMKT)

Umat Tuhan membutuhkan pemimpin yang berkualitas gembala seperti yang ada pada diri Kristus (lihat Yohanes 10:1-5). Jika pemimpin Kristen tidak berkualitas, maka tidak memiliki cukup kesanggupan untuk bertahan melawan kekuatan si jahat. Banyak tantangan dari dalam maupun dari luar yang dapat menggoyahkan iman setiap orang Kristen jika kita tidak memiliki kualitas yang cukup memadai. Memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang berlebihan tidak ada artinya jika kurang dalam hikmat dan kearifan. Jangan sampai kita menjadi pemimpin yang tampil seperti “si buta yang memimpin orang buta”, atau membiarkan persekutuan kita bagaikan “kawanan domba tanpa gembala yang baik”.
Terdapat tiga pandangan mengenai asal mula pemimpin.
1.      Pemimpin itu dilahirkan.
2.      Pemimpin itu dibentuk.
3.      Pemimpin itu terbentuk oleh situasi dan kondisi khusus yang menekan.
Pemimpin yang efektif adalah orang yang bersedia diajar dan dilatih Tuhan melalui berbagai proses kehidupan maupun pembelajaran.

Kualifikasi Pemimpin
Ada empat faktor yang menentukan kualitas seorang pemimpin, yaitu:
1.  VISI (vission)
“Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat,” (Amsal 29:18).
Visi adalah tujuan, sasaran, goal, arah, wahyu, mimpi yang hendak dicapai.
John Stott mengatakan bahwa visi adalah suatu ihwal melihat, mendapat persepsi tentang sesuatu yang imajinatif, yang memadu pemahaman yang mendasar tentang situasi masa kini dengan pandangan yang menjangkau jauh ke depan.

Musa merupakan salah satu pemimpin besar yang mengerti benar mengenai visi. Ia berjuang keras memimpin bangsanya melawan penindasan Mesir, mengarungi padang gurun selama puluhan tahun, karena ia mendapat visi yang jelas tentang “Tanah Perjanjian”.
2.  PENGETAHUAN & KETRAMPILAN (knowledge-skill)
Visi harus dibarengi dengan pengetahuan yang cukup dan ketrampilan. Tidak cukup bagi Musa untuk memimpikan suatu negeri yang berlimpah-limpah madu dan susunya. Ia berusaha mewujudkannya. Ia menghimpun, menyatukan dan mengatur orang Israel menjadi suatu bangsa. Ia menggunakan pengetahuan yang didapatnya selama pendidikan di Mesir dan pengalaman bersama Tuhan untuk memimpin mereka melintasi gurun yang penuh bahaya dan kesukaran sebelum akhirnya mencapai tanah Kanaan.
3.  KOMITMEN (Commitment)
Memegang teguh komitmen yang sudah diambil merupakan salah satu kualitas kepemimpinan yang utama. Musa lagi-lagi merupakan teladan orang yang sangat teguh memegang komitmennya. Sikap penuh kesungguhan menjaga komitmen ini menjadikan Musa pemimpin yang bertanggung jawab, tekun, taat dan tabah. (bnd. Wahyu 2:10). Berkali-kali dalam hidupnya bangsa Israel “menggerutu” terhadap kepemimpinannya dan menentang wibawanya. Akan tetapi Musa tidak menyerah. Ia tidak lupa akan panggilan Allah kepadanya untuk memimpin bangsa itu. Ia bertanggung jawab melakukan perintah Tuhan untuk membawa bangsa itu keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan.
4.  KARAKTER (Christlike character)
Pengertian Karakter
 “Karakter” diartikan sebagai: kekuatan moral atau etika; tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan; akhlak; ataupun budi pekerti. Merujuk kepada definisi tentang karakter di atas, maka sesungguhnya karakter lebih kepada elemen-elemen di dalam pribadi seorang pemimpin. Ketika seorang menghendaki untuk menjadi pemimpin yang berkualitas, ia harus bertumbuh secara karakter.
Kepemimpinan Kristen merupakan kepemimpinan yang berpusatkan Kristus. Tidak ada seorang manusiapun di muka bumi ini yang akan mampu menjadi pemimpin Kristen yang handal bila ia tidak lebih dulu berjumpa secara pribadi dengan Yesus dan menjadi ciptaan baru (II Korintus 5:17).
Lynn E. Samaan dan Dunnam, pakar kepemimpinan mengatakan, “Pemimpin Kristen menerima kehidupan Kristus dengan iman dan menerapkannya dalam komitmen, disiplin dan perilaku/perbuatan, dimana kehidupannya setiap waktu mengungkapkan Kristus yang hidup di dalamnya sebagai kesaksian kepada dunia.”

Tujuan utama pengembangan karakter adalah kualitas hidup rohani yang berpusatkan Kristus. Kualitas hidup ini dipengaruhi oleh pekerjaan Roh Kudus dalam semua aspek dan peristiwa hidup serta respon atau komitmen (sikap) terhadap peristiwa serta pengalaman hidup tersebut. Buah Roh akan makin terpancar dalam kehidupan sementara buah daging makin terkikis. (Gal. 5:22-23)
Salah satu karakter pemimpin Kristen yang diinginkan Yesus terlihat dalam firman-Nya,
“Kamu tahu bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. (Markus 10:42-45)
Panggilan kita adalah untuk melayani bukan untuk dilayani dan menguasai.  Pemimpin KTB harus melayani dan memperhatikan kebutuhan anggotanya. Memberi waktu, tenaga, dan mungkin juga uang pada mereka, sehingga anggota juga bersemangat melakukan hal yang sama. Seperti Yesus yang mencukupi dan memperhatikan murid-murid-Nya. Pemimpin Kristen bukanlah pemimpin-penguasa, melainkan pemimpin-hamba (Servant Leader). Otoritas memimpin dilakukan bukan dengan kekuasaan melainkan kasih, bukan kekerasan melainkan teladan, bukan paksaan melainkan persuasif.
Karakter penting lain yang harus dibangun seorang pemimpin adalah menjadi “pribadi yang berintegritas”. Elemen-elemen tersebut akan terlihat dalam perilaku pemimpin, baik waktu dia ada bersama orang lain maupun ketika dia sedang sendirian. Dengan kata lain, karakter terungkap melalui apa yang kita lakukan sebagai pemimpin pada saat orang lain tidak melihat kita. Juga karakter tampak dalam interaksi sosial kita sebagai pemimpin, di mana kita melakukan hal yang benar kepada orang lain. Pemimpin yang berkualitas harus membangun integritas ini menjadi “life style” atau gaya hidup sehari-hari.
Pentingnya Membangun Karakter Kristus
Tujuan terbesar dari setiap pemimpin Kristen yang ingin dipakai oleh Allah dalam posisi kepemimpinan yang berkualitas, adalah berjuang untuk menjadi seperti Yesus Kristus. Allah akan tetap bekerja dengan kita hingga kita sampai ke tempat di mana kita berperilaku sama dengan perilaku Yesus dalam setiap keadaan hidup, hingga kita menghasilkan buah Roh yang sama dengan buah Roh yang Yesus nyatakan.

Menurut Alkitab, Allah adalah Sang Penjunan dan kita adalah tanah liat. Allah terus membentuk dan membentuk kita, terus mengikis sikap kita yang buruk dan pola pikir yang salah, membentuk kita berangsur-angsur sampai kita menjadi sama dengan gambar-Nya dan semakin bertambah dalam kemuliaan-Nya. (Yer 18:4)
Seburuk apapun karakter kita, semua bisa diubahkan jika kita mau membiarkan diri kita dibentuk oleh Sang Penjunan.

Karakter ilahi sangatlah penting dalam dunia di mana kita sebagai pemimpin hidup saat ini karena ternyata ada lebih banyak kualitas iblis dalam kehidupan manusia dibandingkan dengan kualitas karakter ilahi. Kita harus pergi dan menjadi terang di tempat gelap. Untuk menjadi terang, kita harus menjadi orang yang memiliki karakter Kristus.
Pemimpin yang Menjadi Teladan
Pemimpin Kristen harus terus berjuang dan bertumbuh untuk bisa memiliki kualitas seperti yang diinginkan Yesus agar ia bisa menjadi teladan bagi murid-muridnya. Salah satu peranan utama dari seorang pemimpin adalah menunjukkan teladan yang baik dan kemudian melatih orang lain untuk mengikutinya. Paulus adalah seorang pemimpin besar dari gereja Tuhan di abad pertama. Dalam kitab 1 Korintus 11:1 ia menulis, “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” Ia berhasil memultiplikasikan kepemimpinannya dengan mencetak pemimpin-pemimpin baru yang handal. Ia berhasil mendidik Timotius menjadi pemimpin dan gembala yang handal. Timotius pun kemudian menghasilkan pemimpin-pemimpin baru di dalam gereja yang digembalakannya.