“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya,

ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu,

tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.”

(Matius 7:24-25)

Rabu, 13 Juni 2012

PERTUMBUHAN KARAKTER DALAM KTB


PERTUMBUHAN KARAKTER DALAM KTB
Oleh: Niken Nababan 
(Week End PKTB/CPKTB PMKT, 9-10 Juni 2012)

Anggota sebuah Kelompok Kecil, atau juga dikenal sebagai Kelompok Tumbuh Bersama (KTB), terdiri dari bermacam-macam pribadi yang berbeda satu sama lain. Setiap orang yang mau masuk ke sebuah KTB, memiliki motivasi, harapan, latar belakang, dan karakter yang berbeda-beda. Sebagai pemimpin KTB (PKTB), menjadi tugas kita untuk mempersatukan semua perbedaan tersebut, sehingga setiap anggota KTB (AKTB) dapat memiliki visi dan misi yang sama bagi kelompoknya. Lalu bagaimana caranya kita dapat merubah para anggota dari pribadi yang bermacam-macam menjadi satu kelompok yang bersatu-padu?

Seperti halnya manusia bertumbuh dari masa bayi ke masa kanak-kanak, lalu ke masa remaja, kemudian ke masa dewasa, dan akhirnya ke masa tua, demikian juga suatu KTB haruslah mengalami proses pertumbuhan. Untuk dapat bertumbuh menjadi dewasa, maka PKTB perlu memahami keberadaan masing-masing AKTBnya.  Selain dalam kelompok, PKTB perlu memiliki hubungan pribadi dengan AKTB agar dapat memahami perasaannya, harapannya, karakternya, masalah yang dihadapinya, dan sebagainya. Pertumbuhan KTB sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan AKTB.

Pertanyaan penting yang berkaitan dengan pertumbuhan adalah: Apa yang dimaksud dengan “menjadi dewasa”? Ada beberapa  jenis kedewasaan.:
·        Kedewasaan fisik: memiliki tubuh yang berkembang sehat.
·        Kedewasaan intelektual: memiliki pemikiran yang terlatih dan cara pandang yang selaras.
·        Kedewasaan moral: tahu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat.
·        Kedewasaan emosional: memiliki kepribadian yang seimbang, sanggup untuk mengembangkan relasi-relasi dan melaksanakan tanggung jawab.
·        Kedewasaan rohani: kedewasaan di dalam Kristus; memiliki hubungan yang dewasa dengan Kristus.

Paulus menuliskan tentang kedewasaan Kristen dalam Kolose 1:28-29, ”Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.”

Ada “di dalam Kristus” bukanlah seperti perabot yang ada di dalam rumah kita, atau dompet yang ada di dalam saku baju kita, melainkan seperti ranting yang melekat pada pokok anggur, atau otot-otot yang ada dalam tubuh manusia. Dengan demikian, “di dalam Kristus” berarti terhubung dengan Kristus secara personal, secara vital, dan secara organis. Dalam pengertian ini maka menjadi dewasa berarti memiliki sebuah hubungan yang dewasa dengan Kristus dalam penyembahan, iman, kasih, dan ketaatan kita kepada-Nya.

Kedewasaan diterjemahkan dari kata “kesempurnaan” (Yun. teleios), kata yang sama tertulis dalam Ibrani 7:11 dan 12:2, mempunyai makna pencapaian sebuah tahapan yang paling puncak, utuh, menyeluruh. Maka seseorang yang memiliki hubungan yang dewasa dengan Kristus berarti telah menjadikan Kristus sebagai Imam yang abadi seutuhnya atas hidupnya untuk selama-lamanya. Hal itu bisa terjadi jika ia bersedia menjadi murid Kristus yang mau diajar dan dibentuk menjadi serupa dengan-Nya. Pemuridan adalah satu-satunya yang dikerjakan oleh Yesus untuk menyatakan misi Allah bagi dunia.

Model Pemuridan Yesus

KTB adalah model pemuridan yang meneladani Tuhan Yesus. Secara etimologis, definisi dari murid adalah “pembelajar”. Pemahaman cultural sebagaimana yang ada pada abad pertama tentang murid adalah seorang “pengikut”. Definisi yang lain berfokus pada karakter dan perilaku. Menjadi murid Kristus berarti bersedia melakukan lima hal berikut:
1.    Menaklukkan diri untuk mengikuti ajaran Yesus.
2.    Mempelajari firman Yesus.
3.    Mempelajari bagaimana Yesus melayani.
4.    Mencontoh hidup dan karakter Yesus.
5.    Mencari dan mengajar murid-murid lain bagi Yesus.

Yesus memanggil kita untuk hidup dengan cara yang berbeda, melangkah keluar dari status quo, dan masuk ke dalam hidup yang Dia rencanakan bagi kita dalam kekekalan, yaitu hidup yang telah disediakan-Nya lewat karya kayu salib. Lukas 9:23 menulis, Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku”. Iman tidak sekedar percaya di dalam kepala bahwa Yesus adalah Kristus melainkan harus dibuktikan dengan mengikuti-Nya. Dietrich Bonhoeffer berkata, “Kekristenan tanpa pemuridan adalah Kekristenan tanpa Kristus”.

Transformasi Dalam Pemuridan

Menjadi murid Kristus harus mengalami proses pertumbuhan. Di dalam proses pertumbuhan tentu terjadi perubahan atau transformasi. Tuhan menggunakan Firman, hubungan dengan sesama, dan segala keadaan sebagai kombinasi yang kuat untuk membentuk kita. Sementara keadaan jasmani kita berubah, Tuhan juga bekerja dalam hidup kita untuk membentuk kehendak kedagingan kita menjadi tunduk pada kehendak-Nya (Fil. 2:13). Apa yang kita inginkan saat ini, pasti berbeda dengan apa yang kita inginkan lima tahun yang lalu. Inilah bukti bahwa Tuhan telah mengubah kehendak kita seiring dengan makin dalam dan eratnya hubungan kita dengan Tuhan. Maka sangat penting bagi PKTB untuk memperhatikan setiap anggotanya agar terjadi perubahan pribadi atau transformasi seperti yang dikehendaki-Nya.

Bill Hull dalam buku Choose The life menulis lima jenis transformasi yang harus terjadi dalam pemuridan.
1.   Transformasi pikiran: percaya apa yang Yesus percayai, artinya meyakini bahwa hidup yang digambarkan-Nya dalam Khotbah di Bukit bisa dijalani saat ini juga (Mat. 5-7).
2. Transformasi karakter: bersedia diubahkan menjadi serupa dengan gambar-Nya, yaitu memancarkan karakter Yesus dan mempengaruhi orang-orang di sekitar kita dengan cara yang sama sebagaimana Yesus mempengaruhi orang-orang di sekitar-Nya (Fil. 2:5-8).
3.   Transformasi hubungan: mengasihi orang lain seperti Yesus mengasihi; ”supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” (Yoh. 15:12).
4.  Transformasi pelayanan: melayani dengan kerendahan hati dan penaklukan diri; ”Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mat. 20:28).
5.  Transformasi kepemimpinan: meniru model kepemimpinan Yesus, artinya mengambil peran sebagai pelayan yang mengorbankan segalanya dan menerima dengan rela untuk tidak dianggap penting oleh sekitarnya.

Transformasi Karakter dalam KTB

Karakter adalah salah satu bagian yang harus dibangun agar terjadi perubahan menuju ke arah serupa dengan karakter Yesus. Untuk dapat membangun karakter kita harus memahami terlebih dahulu tentang apa yang dimaksud dengan karakter.

Definisi karakter menurut English Dictionary:
·        Karakter adalah suatu kualitas yang dimiliki oleh seseorang yang membedakan dirinya dengan orang lain.
·        Kepribadian (personality) adalah seluruh karakter dan sifat alami yang dimiliki oleh seseorang.

Definisi karakter menurut Merriam Webster Online Dictionary:
·        Etymology:  Inggris: character; Latin: character mark, distinctive quality; Yunani: charaktēr.
·        Karakter berasal dari kata benda Charassa yang berarti sebuah tukikan, lekukan, penajaman, penggoresan atau penulisan diatas batu. Semula digunakan sebagai tanda dimana satu hal terpisah dari yang lain.
·    Attributes or features:  atribut atau fitur yang membentuk dan membedakan individu satu dengan lainnya atau kelompok satu dengan lainnya (menyangkut masalah etnik atau suku dan bangsa).
·        Nature : sosok asli, sifat utama yang menandai seseorang secara menonjol.
·        Quality : kualitas diri kita, karakteristik yang khas.
·        Temperament : perangai, tabiat, watak
·        Inner Personality : kepribadian dalam diri kita
·        Disposition : kecenderungan kita, keunggulan moral
·        Spirit : hasrat, keinginan , kehendak, keteguhan

Psikolog Lawrence Pervin mendefinisikan karakter moral sebagai "disposisi untuk mengekspresikan perilaku dalam pola yang konsisten di berbagai situasi."

Melalui berbagai definisi tersebut maka dapat kita simpulkan, karakter berarti adalah kualitas/watak yang dimiliki seseorang sehingga dapat membedakan dirinya dengan orang lain. Lebih dalam lagi, pengertian karakter adalah jumlah keseluruhan dari sisi positif dan negatif dalam kehidupan seseorang yang diwakilli oleh pemikiran, nilai, motivasi, sikap, perasaan dan tindakan.

Karakter merupakan gabungan dari “pembawaan lahir” atau “temperamen" yang kita dapatkan dari orang tua (factor genetic) dan lingkungan kita, yang secara tidak sadar dapat mempengaruhi seluruh perbuatan, perasaan, dan pikiran kita.

Karakter Kristen adalah kualitas yang dimiliki oleh seorang Kristen yang mencerminkan dan memancarkan kemuliaan Kristus di dalam dirinya. Membentuk karakter Kristen berarti membentuk seseorang untuk memiliki kualitas/watak Kristus dengan cara menjadi serupa dengan Kristus dan meneladani Kristus dalam hidupnya, serta hidup sesuai dengan kebenaran Alkitab.

Setiap manusia pasti mempunyai karakter yang berbeda dengan yang lain. Manusia sebagai makhluk individu-sosialis mempunyai karakter sosial yang kuat berbeda dengan makhluk-makhluk hidup lainnya. Seorang pemimpin KTB bertanggungjawab untuk mengembangkan dan membentuk karakter Kristen di dalam diri anggota-anggotanya sebagai seorang pribadi, serta memadukan berbagai karakter anggotanya tersebut sehingga menjadikan sebuah KTB yang harmonis. 

Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui dalam mengembangkan karakter adalah:
a.  Mengembangkan apa yang ada padanya, tetapi tidak memaksakan apa yang tidak ada padanya.
b.     Setiap anggota memiliki potensi yang sama untuk berkembang dan terus-menerus bertumbuh.
c.     Setiap anggota memerlukan keyakinan diri untuk berkembang.
d.     Menyerahkan setiap anggota pada kuasa Tuhan Yesus .
e.     Pemimpin perlu memiliki kasih, kesucian, kebajikan, keadilan, keberanian, kedisiplinan dan sebagainya.

Penyelarasan Karakter dalam Kelompok

Telah disebutkan di atas bahwa setiap anggota KTB pasti memiliki karakter yang berbeda satu sama lain. Untuk menjalin hubungan yang harmonis dalam KTB, pemimpin KTB harus menumbuhkan persahabatan di antara AKTB dengan cara menyelaraskan karakter anggota satu dengan lainnya. Karakter tentu saja tidak bisa disamakan melainkan dipadukan atau diselaraskan. Semua dimulai dari pemimpin yang harus menyelaraskan karakternya sendiri dengan karakter semua anggotanya, lalu menyelaraskan seluruh karakter anggotanya.  Bagaimana caranya? Mari kita bandingkan dua gambar di bawah ini. Seperti apa posisi kita agar dapat menyelaraskan semua karakter dalam kelompok kita? Jika kita sudah menjadi pemimpin KTB, mari kita periksa diri kita bagaimana kita memposisikan diri selama ini sebagai pempimpin KTB?

Apakah sebagai pemimpin yang menjalankan program, yang penting maju ke depan tanpa melihat kondisi anggotanya dan menempatkan diri lebih tinggi dari anggotanya?


Ataukah sebagai pemimpin yang menempatkan diri sama dengan anggotanya dan selalu memperhatikan kondisi setiap anggota?



Memimpin KTB bukanlah sekedar menjalankan kegiatan bersama, atau mengembangkan teknik-teknik hubungan antar personal, melainkan memberikan diri dan hati untuk menjadi berkat bagi anggota-anggotanya. David G. Benner dalam buku Sacred Companion (Sahabat Kudus) menulis, ”Persahabatan rohani adalah menjadi berkat dengan memberi keramahan, kehadiran, dan dialog”. Dengan demikian, sangat jelas bahwa pemimpin KTB harus memposisikan diri seperti pada Gambar A. Kita diciptakan untuk satu sama lain. Tidak ada seorangpun yang dapat hidup sendirian, bahkan jika ia seorang yang sangat tertutup sekalipun. Orang membutuhkan relasi dengan orang lain. Namun membuat relasi itu harmonis, apalagi membuatnya bertumbuh, kenyataannya sangat sukar dilakukan. Pemimpin bukan hanya bertanggungjawab menjadikan KTB yang harmonis, melainkan juga harus menjadikan KTB yang bertumbuh.

Cara Menumbuhkan Kepekaan Terhadap Karakter AKTB

Menemukan dan Membentuk karakter diri

Instropeksi dan penggalian diri merupakan suatu syarat utama di dalam membentuk karakter Kristen dalam diri sendiri. Seseorang yang hanya bisa melihat orang lain dan tidak menggali dirinya sendiri tidak akan pernah memiliki karakter yang agung. Jika kita bisa mengetahui kelemahan kita sendiri dan bukan kelemahan orang lain, maka kita bisa menghindarkan diri dari berbagai kesalahan. Seorang pemimpin KTB tidak mungkin dapat membangun karakter anggota-anggotanya tanpa mengenal karakter dirinya sendiri.

Langkah-langkah untuk menumbuhkan karakter ke arah Kristus:
1. Penemuan diri
Pemimpin yang tidak mengenal dirinya sendiri, tidak mungkin bisa menumbuhkan karakter secara sehat di hadapan Tuhan, baik bagi dirinya maupun bagi anggotanya.
2.    Penghargaan diri
Pemimpin yang tidak menghargai diri sendiri tidak mungkin bisa bertumbuh dengan sehat, apalagi menolong anggotanya bertumbuh.
3.    Kepercayaan diri
Setelah mengenal dirinya, pemimpin harus memiliki kepercayaan diri yang kuat untuk berkembang di atas dasar iman kepada Yesus.
4.    Pengembangan diri
Pemimpin harus tekun melatih diri untuk pertumbuhan pribadinya dan menjadi teladan yang memotivasi pertumbuhan anggotanya.

Mengasihi seperti Yesus mengasihi

Yesus memerintahkan, “Kasihilah seorang akan yang lain sama seperti Aku mengasihi kamu”. Jika Yesus mengasihi orang lain, maka kita sebagai pengikut-Nyapun harus mengasihi orang lain. Kristus ada demi kita. Maka kita sebagai pemimpin KTBpun ada demi anggota-anggota KTB, bukan untuk memuaskan keinginan kita sendiri.

Paulus menghidupi perintah Yesus dan mengajarkannya kepada Timotius, anak bimbingnya. “Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku. Engkau telah ikut menderita penganiayaan dan sengsara seperti yang telah kuderita di Antiokhia dan di Ikonium dan di Listra. Semua penganiayaan itu kuderita dan Tuhan telah melepaskan aku dari padanya. Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.” (2 Tim. 10-11, 14)

Ayat-ayat di atas menunjukkan adanya sebuah jalinan relasi, yaitu mengerjakan pekerjaan bersama-sama, meluangkan waktu bersama-sama, mengenal satu sama lain dengan akrab, dan belajar bersama-sama untuk semakin teguh dalam iman. Inilah perwujudan kasih yang Yesus inginkan, bukan sekedar ada, melainkan hidup di dalam sebuah KTB. Pemimpin KTB harus  menghidupi kasih Yesus dan menghidupkan kasih itu dalam KTB. Perwujudan kasih yang dapat dilakukan pemimpin KTB terhadap AKTB adalah:
o   Memberikan diri bagi AKTB.
o   Menyediakan waktu luang.
o   Mau mendengar.
o   Mendoakan secara teratur.
o   Mengajar dan melatih AKTB.

Menaklukkan diri untuk menerima orang lain

”Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Fil. 2:5-7).

Kalimat “menaruh pikiran” berasal dari kata phroneo (Yun), artinya “punyailah pikiran”; “bersikaplah”; let be (mentally) disposed . Dalam bahasa aslinya, ayat ini merupakan perintah, bukan saran atau anjuran. Paulus mengajar kita untuk menjadi pribadi yang tidak menuntut pengakuan dari orang lain; menjadi orang yang rela untuk dianggap tidak penting; atau dengan kata lain, mau merendahkan diri dan rela untuk diperlakukan tidak sebagaimana yang kita inginkan. Dengan sikap demikian seorang pemimpin KTB akan mampu menerima karakter apapun yang dipunyai anggota KTBnya dan lebih mudah untuk mendorong anggota-anggotanya bertumbuh.

Yesus telah mengosongkan diri-Nya, artinya Dia tidak menganggap popularitas-Nya pada saat itu sebagai hal yang penting untuk diperhitungkan. Yesus punya hak untuk berkuasa atas manusia namun tidak dipergunakan-Nya. Justru Dia merendahkan diri menjadi orang yang paling rendah di antara semua orang. Yesus meminta seorang pemimpin harus mau mengorbankan haknya untuk melayani orang lain. Keangkuhan bisa menjadi rintangan terbesar untuk meneladani kehambaan Yesus. Mari kita siapkan diri kita menjadi pemimpin yang berkarakter Kristus.


Referensi

Alkitab
Bill Crowder, Sorotan Iman (The Spotlight of Fath): Memahami Arti Berjalan Bersama Allah, Discovery House, Jakarta, Cet. 1, 2008.
Bill Hull, Choose The Life: Memilih Hidup Serupa Yesus, Literatur Perkantas Jawa Timur, Cet. 1, April 2012.
Bill Hybels, Becoming a Contagious Christian, Literatur Perkantas Jawa Timur, Cet. 1, Mei 2012.
David G. Banner, Sacred Companions (Sahabat Kudus), Literatur Perkantas Jawa Timur, Cet. 1, Maret 2012.
John Piper, Brother, We are not Professional: Suatu Permohonan bagi Para Gembala untuk Kembali Melayani dengan Radikal, Pionir Jaya, Cet. 1, Juli 2011.
Mary Setiawani dan Stephen Tong, Seni Membentuk Karakter Kristen, Lembaga Reformed Injili Indonesia, Surabaya, Cet. 4, 2005.
N. T. Wright, Hati & Wajah Kristen: Terwujudnya Kerinduan Manusia dan Dunia, Waskita Publishing, Jakarta, Cet. 1, 2012.
Steve Barker, Buku Pegangan Pemimpin Kelompok Kecil, Perkantas, Jakarta, 1982.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar