“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya,

ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu,

tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.”

(Matius 7:24-25)

Jumat, 25 Januari 2019


TANTANGAN DALAM KELOMPOK TUMBUH BERSAMA

Oleh Niken DP Nababan

Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) adalah kelompok kecil, terdiri dari tiga sampai lima orang anggota, yang secara rutin bertemu untuk belajar bersama tentang Firman Tuhan, saling berbagi pengalaman, saling mendukung dalam menjalani kehidupan, dan saling mendoakan. Sejak KTB mulai terbentuk setiap anggotanya akan banyak menghadapi tantangan. Hal itu dimungkinkan terjadi karena anggota KTB terdiri dari berbagai macam karakter, latar belakang pendidikan, keluarga, sosial dan budaya. Selain perbedaan anggota, juga karena adanya pertumbuhan dalam KTB. KTB selalu berjalan dinamis, ada pertumbuhan dan perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan-perubahan yang terjadi ini akan menjadi tantangan tersendiri yang bahkan kadang-kadang menimbulkan konflik dalam KTB.

KTB memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1.  Penggembalaan

KTB adalah tempat terjadinya penggembalaan. Pemimpin KTB (PKTB) adalah gembala dan Adik KTB (AKTB) adalah yang digembalakan. Meski PKTB berperan sebagai gembala, namun PKTB harus menciptakan suasana saling menggembalakan dalam kelompoknya. PKTB harus mengajar dan melatih AKTB menjadi gembala untuk mempersiapkan AKTB bila kelak menjadi PKTB. Pengajaran dan latihan penggembalaan ini dilakukan saat pertemuan kelompok.

Alkitab memakai contoh domba untuk menjelaskan penggembalaan yang tertulis dalam kitab Yehezkiel 34:2-5. Tantangan bagi anggota KTB adalah membuat penerapan-penerapan praktis seperti yang harus dilakukan seorang gembala.

a.    Tidak menggembalakan dirinya sendiri (ayat 2,3)
Dalam dua ayat ini dituliskan dimana para gembala hanya memikirkan diri sendiri dan hanya mau mengambil keuntungan dari domba-dombanya. Mereka telah mengkhianati tugas yang sesungguhnya. PKTB harus jauh dari sikap seperti itu. Sebagai gembala yang benar PKTB harus tanpa pamrih membimbing, mendampingi, dan mengingatkan AKTB akan kasih Tuhan.

b.    Menguatkan yang lemah (ayat 4)
Seorang PKTB harus menyediakan waktu dan tenaganya untuk menolong AKTB yang sedang dalam kelemahan rohani dan jasmani. PKTB bisa melakukan kunjungan, menelpon, mendoakan, dan menemani AKTB untuk saling menguatkan satu sama lain. Ingat bahwa PKTB harus menciptakan budaya penggembalaan pada semua AKTB.

c.    Mengobati yang sakit dan terluka (ayat 4)
PKTB meski bukan dokter tetap bisa menolong AKTB yang sedang sakit dan mengajak AKTB yang lain untuk ikut merawatnya, misalnya dengan bergantian menemani di Rumah Sakit atau mendampingi saat menjalani pemulihan rawat jalan baik sakit jasmani maupun rohani.

d.    Membawa pulang yang tersesat (ayat 4)
Bila ada anggota yang meninggalkan kelompok, atau bahkan telah menjauh dari imannya kepada Kristus, PKTB wajib mencarinya sebisa mungkin bersama-sama dengan AKTB yang lain. PKTB dapat mengajak AKTB yang lain untuk mendoakannya dan bersama-sama membawanya kembali kepada imannya dan pada kelompoknya kecuali jika ia telah mendapat pembinaan dalam komunitas yang lain.

e.    Tidak menginjak-injak dengan kekerasan dan kekejaman (ayat 4)
PKTB harus mendasarkan semua tugasnya pada kasih karunia Allah dan kebenaranNya. Saat memberikan disiplin rohani harus dilakukan dengan sikap mengoreksi, bukan menghukum atau menghakimi.

2.  Pengajaran

KTB adalah tempat terjadinya pengajaran Firman Tuhan yang mendalam dengan adanya diskusi, tanya jawab, contoh nyata, dan praktek kehidupan. Pengajaran Alkitab dalam KTB membuat anggota-anggotanya bisa benar-benar memahami Firman Tuhan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan pimpinan Roh Kudus. Pola pendalaman Alkitab dalam KTB bukanlah satu orang mengajar dan yang lain hanya mendengarkan secara pasif melainkan Bersama-sama belajar. Memimpin acara pada pertemuan kelompok bukanlah tugas PKTB semata tetapi tugas seluruh anggota secara bergiliran. Dengan demikian seluruh anggota mempunyai kesempatan belajar yang sama dalam menumbuhkan pengertian tentang Alkitab serta mengembangkan talenta dan karunianya masing-masing.

3.  Komitmen

KTB adalah tempat anggota-anggotanya belajar membuat komitmen dan belajar memenuhinya dengan segala konsekuensi yang terjadi. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, komitmen adalah perjanjian atau keterikatan untuk melakukan sesuatu semacam kontrak.

Konsekuensi untuk memenuhi komitmen dalam KTB antara lain:

1.  Mengabaikan keinginan diri sendiri.
2.  Melawan hambatan yang ada seperti malas, cuaca buruk, tugas menumpuk, dan sebagainya.
3.  Merasa sendiri atau berbeda di antara lingkungannya terlebih di antara orang-orang yang tidak seiman.

Seringkali seseorang tidak berani mengambil komitmen karena takut menghadapi konsekuensinya. Padahal keberanian berkomitmen adalah sarana latihan kedewasaan pribadi yang efektif. Komitmen untuk melakukan berbagai hal dalam KTB dapat menyehatkan kehidupan rohani, meningkatkan pertumbuhan karakter, dan melatih pengembangan diri. Jika seseorang mengambil komitmen dalam KTB dan dapat memenuhinya sampai akhir maka dapat dipastikan dia akan memperoleh buah yang luar biasa, yang bukan hanya dapat dinikmatinya sendiri namun juga dapat dinikmati orang lain di sekitarnya.

Lima hal yang dapat membuat seseorang gagal memenuhi komitmen:

1.  Kelemahan rohani:
-       Belum lahir baru
-       Hubungan pribadi dengan Tuhan rendah
-       Kehilangan semangat
2.  Kelemahan pribadi
-       Watak dasar/karakter/temperamen
-       Tidak terlatih disiplin dalam keluarga
-       Memiliki trauma tertentu
3.  Kelemahan fisik
-       Mudah sakit
-       Memiliki penyakit bawaan, akut, atau kronis
4.  Komitmen yang mentah
-       Tidak serius pada waktu membuat komitmen
-       Tidak memahami makna komitmen
-       Ragu akan kemampuan menerima konsekuensi dari komitmen
-       Terpaksa saat membuat komitmen
5.  Lingkungan
-       Tidak didukung keluarga
-       Pergaulan/teman-teman di sekitarnya
-       Tawaran keindahan dunia

4.  Relasi Personal

KTB adalah tempat anggotanya mulai belajar menjalin relasi lebih dalam dengan orang lain. KTB adalah relasi orang-orang terdekat setelah keluarga. Di dalam KTB anggota dapat menceritakan pergumulan terdalam, bahkan yang bersifat rahasia sekalipun. Setiap anggota dapat belajar menumbuhkan rasa empati, mendengarkan, menasihati, mengajar, dan menegur. Di sinilah sesungguhnya dimulainya pemuridan sebagaimana yang dicontohkan Tuhan Yesus bersama tiga orang murid terdekatNya yaitu Petrus, Yakobus, dan Yohanes sebagaimana tertulis dalam Matius 17:1; 26:37; Yohanes 13:23.

Untuk membangun dan menjaga relasi yang baik dalam KTB maka semua anggota harus mengembangkan hal-hal berikut:
1.  Menyatakan kebenaran Firman Tuhan.
2.  Membuang sifat dan sikap buruk yang ada pada dirinya.
3.  Menerima sifat dan sikap orang lain.
4.  Dapat mempercayai dan dipercayai.
5.  Bersedia membagi hidup.
6.  Membangun komunikasi yang baik dengan menjaga lidah.

Tidak ada seorang pun murid Kristus yang dapat hidup sendiri dan menghadapi semua tantangan dalam hidupnya. KTB menjadi tempat yang efektif bagi murid untuk belajar dan bertumbuh imannya. Di dalam KTB murid juga dilatih melewati tantangan sehingga ia menjadi kuat dan mampu menghadapi semua tantangan dalam kehidupannya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar