“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya,

ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu,

tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.”

(Matius 7:24-25)

Sabtu, 16 Mei 2020

MENGHADAPI BADAI KEHIDUPAN


MENGHADAPI BADAI KEHIDUPAN
Oleh: Niken Nababan

Saat ini dunia sedang menghadapi suatu badai kehidupan yang sangat dahsyat, yaitu wabah pandemi virus Corona. Pandemi ini berdampak besar bagi kehidupan semua orang, bukan hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia. Orang yang miskin menjadi semakin miskin, pengusaha kecil banyak yang menutup usahanya, bahkan pengusaha besarpun mulai terdampak. Ribuan karyawan bukan hanya dirumahkan tapi bahkan di PHK. Di sektor pemerintahan dan BUMN mungkin dampaknya tidak terlalu besar, namun di sektor swasta dampaknya sudah sangat luar biasa. Kondisi perekononomian masyarakat saat ini sudah sangat memprihatinkan. Sebagai contoh di kota Yogyakarta yang mengandalkan sektor pariwisata bagi sebagian besar warganya pun sudah banyak yang terpuruk. Baru dua minggu Covid merebak di kota ini, tercatat 98 hotel ditutup, termasuk hotel berbintang empat sekalipun.
Bagaimana kita harus menghadapi kondisi ini sedangkan untuk keluar rumahpun sangat dibatasi. Mungkin di antara kita sudah berusaha dengan berbagai cara untuk memperoleh penghasilan namun hanya sedikit yang dapat dihasilkan untuk sekedar bertahan hidup atau bahkan belum membuahkan hasil apapun. Mungkin sejuta pertanyaan memenuhi benak kita. Takutkah kita akan hari esok? Benarkah Tuhan memelihara hidup kita sepenuhnya? Bila Tuhan memelihara kita dengan kasih setia-Nya lalu mengapa penderitaan ini tak kunjung berakhir? Iman kita kepada Tuhan Sang Pencipta dan Pemilik hidup ini sedang diuji.
        Peristiwa ini mengingatkan kita pada suatu kisah dalam Injil Markus 4:35-41. Badai yang dahsyat menerjang danau Galilea di saat Yesus bersama murid-murid-Nya sedang berlayar dengan sebuah perahu. Kejadian yang menimpa murid-murid di danau Galilea, yang sebagian besar di antara mereka adalah nelayan, merupakan peristiwa yang biasa terjadi. Mereka pasti sudah mengetahui bahwa badai bisa datang kapan saja. Namun kita mendapatkan fakta bahwa sebagai nelayan tangguh seperti merekapun tidak siap menghadapi badai yang sangat dahsyat. Mereka sangat ketakutan melihat dahsyatnya amukan badai itu. Sangat menarik jika kita perhatikan bagaimana Yesus tetap tidur dalam amukan badai yang dahsyat. Secara logika perahu tersebut pasti bergoncang dengan hebat. Bagaimana mungkin seseorang bisa tetap tidur dalam kondisi demikian. Apakah Yesus sengaja membiarkan murid-murid-Nya menghadapi badai itu? Lalu apa yang dilakukan murid-murid Yesus? Dalam perasaan takut yang sangat besar murid-murid membangunkan Yesus dengan sebuah pernyataan protes karena Yesus seolah-olah tidak peduli dengan mereka.
            Saat ini kita ditantang hal yang sama. Tidak seorangpun tahu kapan wabah ini akan berakhir dan apa yang akan terjadi pada hari-hari mendatang. Jika kita hanya melihat sisi negatifnya saja maka kita akan beranggapan bahwa Tuhan berdiam diri dalam penderitaan kita. Namun jika melihat sisi positifnya maka kita memahami bahwa Tuhan selalu merencanakan hal yang terbaik bagi anak-anak-Nya. Melalui badai hidup ini kita dituntut melakukan transformasi hidup dalam segala hal. Perubahan gaya hidup, pola pikir, kreatifitas, kepekaan, ketekunan bekerja, dan banyak hal lainnya. Siap atau tidak kita harus merubah hidup kita. Perubahan ini bukan hanya meliputi hal jasmani tetapi juga hal rohani. Sekalipun kita dituntut untuk berpikir dan bekerja lebih keras namun usaha kita itu akan sia-sia jika kita tidak memperteguh iman kita kepada Yesus.
Sebagaimana teguran Yesus kepada murid-murid-Nya dalam peristiwa badai di danau Galilea, demikian juga kiranya menjadi teguran bagi kita di masa kini. Apakah sejauh ini kita masih sepenuhnya mengandalkan iman kepada Yesus, ataukah kita sudah mulai mengandalkan pikiran dan kekuatan kita sendiri? Marilah kita tetap memusatkan hidup kita kepada Yesus dan beriman bahwa Yesus telah menyediakan hal-hal yang baik bagi kita meskipun harus melalui penderitaan badai hidup yang sangat dahsyat. Iman itu akan menghasilkan pengharapan bahwa waktu Tuhan adalah yang terbaik dan itulah saatnya badai ini berhenti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar