Menumbuhkan Semangat Melayani Tuhan
Oleh: Niken Nababan pada Persekutuan Doa SVT 4 Nopember 2012
Arti Melayani Menurut Alkitab
Kata “melayani” mempunyai
beberapa makna berdasarkan
ayat-ayat sebagai berikut:
a) Melayani sebagai kewajiban hamba/budak (δουλοω: douloõ) dalam Mat 20:26.
a) Melayani sebagai kewajiban hamba/budak (δουλοω: douloõ) dalam Mat 20:26.
Pada zaman PB, seorang budak dapat dibeli atau dijual sebagai komoditi. Seorang budak sama sekali tidak memiliki hak untuk kepentingan dirinya sendiri. Dalam ketaatan penuh ia hanya bisa berkata dan bertindak atas perintah tuannya tanpa bisa membantahnya. Benar-benar menjadi orang yang tak berdaya. Sebagai orang percaya, kita sekarang adalah orang-orang yang telah dimerdekakan dari dosa, kemudian dibentuk untuk menjadi hamba/pelayan kebenaran (Roma 6:18) dan menjadi hamba Allah (Roma 6:22).
b) Melayani di sekitar meja makan (διακονεω: diakoneõ) dalam Luk 17:8 dan Yoh 12:2.
Pelayan
meja makan harus siap melayani orang-orang yang ikut jamuan makan, mulai dari
menghidangkan makanan sampai membersihkan semuanya jika telah selesai. Pelayan
harus bisa membuat semua yang dilayani merasa puas.
c) Melayani sebagai kewajiban bawahan terhadap atasannya (υπηρετης: hupérètés) dalam Kisah 24:13.
Kita melihat sahabat-sahabat Paulus
bertindak selaku hupérètés
terhadap Paulus, yaitu menolong hamba Tuhan lain agar pelayanannya menjadi
lebih efektif. Seorang huperetes adalah
seorang yang segera mengerjakan apa yang diperintahkan kepadanya dan tidak
banyak bertanya tentang tugas-tugasnya. Contoh lain adalah Epafroditus yang
melayani keperluan Paulus dan mengantar surat-suratnya (Filipi 2:25); Onesimus orang
yang menyediakan semua kebutuhannya saat di penjara Roma (Filemon 1:10).
d) Melayani orang banyak sebagai tanggung jawab jabatan (λιτουργικος: litourgikos).
Contohnya, petugas
sipil, militer dan
pegawai pengadilan (Bil 11:16); pekerja Bait Allah (Yer 20:1; Kisah
13:2; Luk 12:58; Yoh 7:32; 18:12).
Setiap pelayan
Tuhan bisa menjalankan keempat peran di atas, yaitu: menjadi seorang hamba atau budak Kristus (doulos); menjadi seorang pelayan yang selalu setia dan
siap menolong orang lain dalam memenuhi kebutuhannya (diakonos); menjadi seorang yang mungkin tidak diperhitungkan dan tidak terlihat namun pelayanannya
amat penting
(hupérètés); menjadi seorang yang melayani masyarakat atau jemaat sebagai petugas pemerintah atau Gereja (litourgikos). Namun peran yang menjadi
dasar dari semua peran pelayan adalah menjadi hamba Kristus. Dalam Roma 6:18 dan 22 telah ditulis
dengan sangat jelas bahwa seorang yang telah diselamatkan oleh Kristus otomatis
dia menjadi hamba Kristus.
Yesus
telah menyempurnakan dan
mengembangkan arti ‘melayani’ yang sebenarnya. Dalam Matius 25:42-43 Yesus
menyebutkan berbagai perbuatan seperti memberi makan, memberi minum, memberi
penginapan, memberi pakaian, mengunjungi orang sakit dan menengok orang yang
berada di penjara. Inilah maksud dan tujuan orang
Kristen yang menggambarkan bagaimana caranya mengikut Kristus, yaitu dengan
cara saling mengasihi sebagaimana Kristus mengasihi murid-murid-Nya (Yohanes
13:34}, yang diwujudkan dengan bentuk pelayanan yang nyata. Yesus memberikan
pandangan ini sehubungan dengan tujuan hidup-Nya sendiri bahwa Anak Manusia
tidak datang untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya
sebagai tebusan bagi banyak orang (Matius 20:28). Melayani di sini mempunyai makna menyediakan segala yang
diperlukan manusia untuk keselamatannya.
Menjaga Konsistensi Melayani
Ketika kita menerima Yesus Kristus
sebagai Tuhan dan Juruselamat kita secara pribadi, pada saat itu juga
sebenarnya kita harus berkomitmen
untuk menjadi hamba kebenaran dan hamba Allah, yaitu menyerahkan tubuh kita menjadi
persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah (Gal 5:13; Roma 6:18, 22; 12:1). Sebagai ‘hamba Allah’ kita tidak boleh membantah apa yang Allah perintahkan.
Itu berarti kita
harus memiliki konsistensi dalam melayani. Yang dibutuhkan agar kita
tetap konsisten melayani adalah ‘kesetiaan’ kepada Allah sebagaimana Allah
setia mengasihi kita. Kesetiaan
tidak dengan sendirinya terjadi dalam hidup kita tetapi harus dilatih
terus-menerus. Supaya setia kepada Allah, kita dapat mengingat hal-hal berikut:
a)
Siapakah
yang kita layani?
Sebagai pelayan Tuhan, kita harus
sadar bahwa yang kita layani adalah Tuhan, Allah Pencipta langit dan bumi. Allah yang memelihara kita dalam kehidupan ini. Berapa banyak berkat-Nya
yang telah tercurah mungkin tak akan dapat kita hitung. Masihkah kita enggan
melayani Tuhan? Nabi
Elia, misalnya, selalu mengatakan “Demi Tuhan yang kulayani” ketika ia menyampaikan
firman Tuhan
kepada umat-Nya (1 Raja 17:1; 18:15). Rasul Paulus pun mengatakan hal yang sama (Roma 1:9).
b)
Apa tujuan kita melayani?
Tujuan utama kita
melayani adalah
untuk menggenapi rencana Allah bagi seluruh umat manusia dan untuk memuliakan
nama-Nya.
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kol. 3:23)
Apa
pun yang Saudara lakukan — Saudara makan atau Saudara minum
— lakukanlah semuanya itu untuk memuliakan Allah. (1 Kor 10:31)
Jika kita telah memahami keberadaan kita sebagai hamba
Allah, maka motivasi kita untuk melayani bukan lagi berpusat pada kepentingan
diri sendiri melainkan bagi kemuliaan Allah. Motivasi kita untuk melayani Tuhan dapat dijabarkan
sebagai berikut:
- Motivasi Ketaatan
Ketaatan melakukan
perintah Tuhan untuk
melayani Tuhan dan sesama.
—Yesus menjawab, "Di dalam
Alkitab tertulis, ‘Sembahlah Tuhan Allahmu dan layanilah Dia saja."— (Luk 4:8)
Layanilah
seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap
orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. (1 Petrus 4:10)
- Motivasi Kasih
Kasih kepada sesama seperti
yang diperintahkan dan diteladankan oleh Tuhan Yesus sendiri.
“Jadi
jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun
wajib saling membasuh kakimu; sebab
Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama
seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”
(Yoh 13:14-15)
Saudara-saudara,
memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan
kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan
layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. (Gal 5:13)
- Motivasi Keteladanan
Meneladani apa
yang Tuhan Yesus lakukan saat Ia berkata bahwa Ia datang untuk melayani (Mrk
10:45). Bahkan Ia mengatakan bahwa kita dimampukan melakukan pekerjaan yang lebih
besar dari yang dilakukan-Nya (Yoh 14:12).
- Motivasi Misi
Menyadari bahwa kita dipilih dan diberi kuasa untuk mengerjakan misi Allah, serta mewariskan iman yang hidup itu
kepada generasi yang kemudian.
Tetapi kamu akan menerima
kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di
Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kis 1:8)
Apa yang telah engkau
dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang
yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.(2 Tim 2:2)
- Motivasi Zaman Akhir
Melayani sebagai tindakan berjaga-jaga untuk menyambut datangnya
Kristus yang kedua kali.
Berbahagialah hamba-hamba
yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan,
dan ia akan datang melayani mereka. ... Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak
Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan." (Luk 12:37, 40)
Kita telah mengerti bahwa kita harus melayani dengan
motivasi yang benar, namun sebagai manusia, kita pun sangat terbatas dan dipengaruhi
oleh kebutuhan-kebutuhan manusiawi kita.
Pada umumnya ada tiga bentuk motivasi manusia:
- Motivasi Ketakutan (Fear Motivation), yaitu motivasi karena adanya rasa takut. Orang mau melakukan sesuatu karena takut akan adanya paksaan atau tekanan dari berbagai pihak. Ia takut akan akibatnya jika ia tidak melakukan hal itu.
- Motivasi Imbalan (Incentive Motivation), yaitu motivasi karena adanya imbalan (intensif). Imbalan ini bisa berupa pujian, prestise, promosi atau penghargaan.
- Motivasi Sikap (Attitude Motivation), yaitu motivasi yang berhubungan erat dengan tujuan-tujuan yang bersifat pribadi, bukan dari luar. Bentuk ini juga disebut Motivasi Diri (Self Motivation).
Motivasi-motivasi tersebut menggambarkan sifat manusia
yang cenderung berpusat pada diri sendiri. Kita sebagai orang yang telah
diselamatkan oleh darah Kristus harus berjuang untuk menanggalkan segala sifat
egois kita dan belajar untuk hidup berpusat pada Kristus. Untuk dapat memiliki
hidup yang demikian, tidak ada jalan lain selain dibutuhkan kesetiaan dan
ketekunan. Hidup di dalam Kristus bukan hanya memberikan pengharapan untuk
kelak menikmati kehidupan surga yang kekal, tetapi juga memberikan pengharapan
akan pemeliharaan Tuhan selama kita hidup di dunia. Demikian indahnya janji Tuhan bagi
kita seharusnya memperteguh kesetiaan kita melayani Tuhan.
Tetapi carilah dahulu
Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Mat 6:33)
Ada tiga sumber semangat:
- Semangat dari dalam diri sendiri.
Sejak awal orang seperti ini memang sudah
aktif dan agresif. Ia mampu membangun motivasi diri dengan baik. Orang seperti
ini memiliki prinsip hidup yang amat kuat, dan rasa percaya diri yang amat
besar. Contoh Alkitab adalah Kaleb,
Tetapi hamba-Ku Kaleb,
karena lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikut Aku dengan sepenuhnya, akan
Kubawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya itu, dan keturunannya akan
memilikinya. (Bil 14:24)
- Semangat yang timbul karena pengaruh lingkungan.
Seorang mahasiswa bersemangat mengerjakan tugas praktikumnya karena berada
dalam satu kelompok dengan teman sahabatnya. Seorang atlit
bersemangat latihan setiap hari karena dijanjikan hadiah yang besar jika dia
menang. Contoh dalam Alkitab adalah ketika orang banyak bersemangat mengikuti
Yesus. Semangat itu dipengaruhi oleh motivasi untuk menerima kesembuhan,
mendapatkan makanan, dan berbagai mujizat lainnya.
Setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. (Mat 8:1)
- Semangat dari Tuhan.
Contoh yang sangat jelas adalah semangat Rasul Paulus
dalam memberitakan Injil.
Sebab itu kami tidak
tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun
manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. (2 Kor 4:16)
Sebab Allah memberikan
kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan,
kasih dan ketertiban. (2 Tim 1:7)
Sinonim kata “semangat” adalah antusias, bergairah, menaruh
minat besar, bergelora
hati, berkemauan yang kuat
untuk terus bekerja, berjuang. Semangat sangat penting dalam membangun
apa saja, baik kuliah,
pelayanan, pekerjaan, meraih cita-cita, dsb. Semangat dapat memberi
kita kekuatan
untuk bertahan, tetap berjuang, memberi
pengharapan, memperluas
visi, membuka
jalan keluar dari masalah. Bukan semangat biasa saja yang kita butuhkan melainkan semangat
yang datang dari Tuhan dan dari hati.
Seperti yang dialami Nehemia dan kawan-kawan
di dalam membangun kembali kota Yerusalem yang sudah hancur. Secara manusia sudah tidak mungkin,
tetapi Tuhanlah yang
memberi semangat untuk tetap maju meskipun banyak tantangan dan serangan
yang mengancam nyawa Nehemia. Demikian pula dengan Paulus yang ditindas, dianiaya, difitnah tetapi tetap bertahan memberitakan Injil sampai akhir hidupnya.
Apa yang membuat
orang patah semangat untuk melayani
Tuhan?
- Sikap apatis = tidak peduli, masa bodoh (Roma 14:23).
- Serangan/pekerjaan iblis untuk melumpuhkan iman kita dengan cara mengalihkan perhatian kepada kesenangan-kesenangan sesaat/sementara. Fokus kita untuk Tuhan dan pekerjaan-Nya dialihkan kepada hal-hal jasmani atau materi sehingga lupa dengan perjanjian yang disiapkan Tuhan bagi kita.
- Egois, mencintai diri sendiri, memanjakan diri sendiri, mengasihani diri sendiri.
Bagaimana agar tetap semangat melayani Tuhan?
- Mengenal Allah.
Kita harus mengenal Allah
dengan jelas dan itu hanya bisa dicapai
dengan komunikasi yang intensif melalui Saat Teduh, berdoa, dan membaca Alkitab
setiap hari. Kita perlu
mempunyai pengalaman pribadi dalam hidup bersama dengan Tuhan untuk bisa
mengenal-Nya secara jelas.
Contoh dalam Alkitab:
Yosua dan Kaleb sekembalinya dari tugas mengintai tanah Kanaan, mereka makin
bersemangat dan bertambah yakin kepada janji Allah bahwa mereka akan merebut
tanah perjanjian itu (Bil 13) karena
mereka tahu dengan jelas bahwa Allah yang berjanji itu dapat
dipercaya. Ketika
Ia berjanji pasti digenapi. Jika kita mengenal siapa Allah yang kita layani, bahwa Ia tidak pernah
salah dan tidak pernah lupa, kita akan makin bersemangat.
- Memandang kepada Yesus
Yesus
sudah menyelesaikan tugas-Nya menyelamatkan kita dengan mati di kayu salib. Jika kita mengingat segala pengorbanan dan
penderitaan-Nya itu, masihkah kita tidak semangat melayani-Nya?
- Memandang kepada kekekalan (Kol 3:1-2).
Paulus tidak tawar hati sebab ia memandang kepada kemuliaan yang
akan datang (2 Kor
4:1, 6, 14). Janji kemuliaan yang akan diterima membuat
Paulus tidak pernah tawar hati tapi terus bersemangat memberitakan Injil. Marilah kita belajar meneladaninya.
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor,
biarlah rohmu menyala-nyala dan
layanilah Tuhan.
Roma 12:11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar