MENENTUKAN
PRIORITAS HIDUP
Oleh: Niken Nababan
Persekutuan
Umum SVT UGM
15 Des 2012 pukul 4 sore di Griya PMKT
Dasar Prioritas Hidup
Setiap
orang mempunyai peran dalam hidupnya sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial. Setiap hari kita dikelilingi oleh orang-orang yang harus kita temui
atau kita layani, serta dipenuhi berbagai kegiatan yang harus kita kerjakan. Kita
sering diperhadapkan dengan banyak hal yang tidak mungkin kita lakukan semua. Kita
sangat terbatas oleh waktu, tenaga, pikiran, dan kemampuan. Maka kita perlu
membuat skala prioritas agar hidup kita menjadi teratur dan indah untuk
dijalani.
Prioritas
artinya mendahulukan sesuatu yang kita anggap lebih penting dibandingkan dengan
hal-hal yang lain. Dasar
utama dalam menentukan prioritas hidup adalah Tuhan. Kolose 1:16 “karena
di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada
di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun
kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia
dan untuk Dia.” Ayat ini sangat jelas menunjukkan bahwa manusia diciptakan
oleh Tuhan dan hidupnya harus dipersembahkan untuk Tuhan. Tujuan hidup ini menjadi
sangat penting agar kita berjalan terarah dan dapat menentukan prioritas dengan
tepat.
Tujuan hidup
setiap orang percaya harus didasarkan pada kehendak Tuhan seperti yang tertulis
dalam Yesaya 30:1 “Celakalah anak-anak
pemberontak, demikianlah firman TUHAN, yang melaksanakan suatu rancangan yang
bukan dari pada-Ku, yang memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh dorongan
Roh-Ku, sehingga dosa mereka bertambah-tambah,”. Orang-orang yang menjalani
hidup tanpa tunduk pada kehendak Allah akan mencapai kegagalan dan kesia-siaan.
“Bukan setiap orang yang berseru
kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang
melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” (Mat. 7:21).
Urutan Prioritas Hidup
Yesus adalah
contoh terbaik bagi kita dalam menentukan urutan prioritas hidup. Kita juga
dapat belajar dari tokoh-tokoh lain dalam Alkitab. Berikut ini adalah urutan
prioritas hidup menurut Alkitab:
1. TUHAN
Alkitab menjelaskan bahwa mengasihi
Tuhan harus menjadi prioritas utama dan yang pertama (Matius 22:37-38; Lukas
10:38-42). Tuhan adalah sumber segala keberhasilan dalam kehidupan kita. Kalau
kita menjadikan Tuhan sebagai prioritas pertama dalam hidup kita, maka kita akan
berjalan dalam kuasa dan mujizat Tuhan. Orang-orang yang melakukan hal-hal
besar dalam Alkitab adalah yang mengutamakan Tuhan lebih dari segalanya.
Percobaan pertama, kedua dan ketiga
yang ditulis dalam Injil Matius 4:1-11, Iblis mencobai Yesus agar Dia membalik
urutan prioritas, menjadikan ambisi pribadi di atas kehendak Bapa. Tetapi Yesus
menolaknya karena bagi Yesus "Makanan-Ku
ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan
pekerjaan-Nya.” (Yohanes 4:34).
2. Keluarga
Kalau kita mengutamakan Tuhan maka
kita harus mengasihi keluarga kita. Keluarga tidaklah hanya sebatas keluarga
inti, tetapi komunitas di sekitar kita menjadi keluarga kita, yang menempati
prioritas kedua setelah Tuhan (Mat. 12:46-50). Keluarga Yesus adalah juga
wanita- wanita yang mengikut Dia dan melayani Dia sejak di Galilea sampai ke
Salib, mereka hadir saat Ia disalib. Keluarga Yesus juga termasuk Yohanes,
murid yang dikasihi-Nya.
Tuhan Yesus mengecam orang Farisi
yang melegalkan orang untuk tidak memberi lagi tunjangan untuk orang tuanya
jika uang tersebut telah dipersembahan. Prioritas yang salah dari orang Farisi
ini dikecam Yesus. Orang Farisi menempatkan dana pelayanan lebih penting
daripada dana tunjangan untuk pemeliharaan orang tua di masa pensiun. Orang
Farisi mengajar jika seseorang telah memberi persembahan, ia tidak perlu lagi
menghormati orang tuanya. Itu artinya mereka menempatkan pemasukan kas lebih
penting daripada mentaati Firman Tuhan untuk menghormati orang tua. “Tetapi jika ada seorang yang tidak
memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan
lebih buruk dari orang yang tidak beriman.” (1 Tim. 5:8).
Yohanes 2:1-11; Yesus penuh belas
kasihan sehingga bersedia menolong pemilik pesta perkawinan yang sedang menghadapi
masalah namun Yesus tidak memenuhi permintaan Maria dalam hal menunjukkan jati
diri-Nya sebagai Mesias karena belum saatnya. Keluarga mendapat perhatian besar
oleh Yesus namun ditempatkan di bawah ketaatan-Nya kepada Bapa.
Markus 4:33-34 “Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman
kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak
berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala
sesuatu secara tersendiri”. Yesus memberi kepada orang banyak perumpamaan,
tetapi kepada keluarganya, ia memberi porsi lebih. Ini menunjukkan bahwa Yesus
menempatkan keluarga (keluarga inti maupun keluarga rohani) lebih utama dibanding dengan orang lain.
3. PEKERJAAN/STUDI/PELAYANAN
Kalau
kita berkata mengutamakan Tuhan, kita harus mengerjakan tugas yang Tuhan
berikan dengan sebaik mungkin, entah itu sebagai pekerja, pelajar dan pelayan
Tuhan. Cara Yesus menetapkan prioritas dalam masa-masa pelayanan-Nya sangat
cermat sehingga semua hal dapat dikerjakan-Nya dengan rapi dan arah yang jelas
sesuai dengan misi Allah bagi diri-Nya. Mari kita perhatikan bagaimana Yesus
mengatur waktu untuk menjalankan misi-Nya di dunia.
·
Masa Persiapan mendapat porsi lebih dalam hal
waktu yaitu 30 tahun. Orang Israel menetapkan usia 30 sebagai usia kedewasaan
menurut Taurat, di mana pada usia 30 tahun seorang Lewi baru boleh memulai
pelayanannya (Lihat Bil. 4:3 dst.).
·
Masa Pelayanan dilaksanakan secara efektif
setelah matang dalam masa persiapan, hanya dalam waktu 3,5 tahun. Yesus melatih
diri dengan doa dan puasa, bertanggung jawab dengan tugas-tugas-Nya, melayani
sungguh-sungguh orang-orang dengan bermacam karakter, mengajar dengan penuh
integritas, melatih murid-murid secara intensif.
·
Masa hasil dipetik sampai masa kekekalan
4.
PRIBADI
Kalau kita mengutamakan
Tuhan, maka kita harus merawat sebaik-baiknya tubuh jiwa dan roh yang Tuhan
berikan kepada kita. 3 Yohanes 1:2 “Saudaraku
yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam
segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja.” Tidak menjaga kualitas hidup pribadi
bisa membuat tiga prioritas dalam hidup kita di atas kandas.
Tuhan Yesus
memperhatikan kesehatan tubuh-Nya, bahwa Dia butuh istirahat dan makan, dan
ketika kepentingan pribadinya tertunda dia tetap mencari waktu untuk saat
pribadi dengan Bapa (Markus 6:31-46).
Saat-saat
terakhir hidup Yesus menunjukkan siapa Dia sebenarnya bagi manusia dan
bagaimana Dia menetapkan prioritas dalam hidup-Nya di dunia. Perkataan Yesus di
kayu salib menggambarkan urutan prioritas-Nya dalam hidup.
1. Ada dua perkataan yang ditujukan kepada Bapa (Eloi-eloi
lama sabatani, Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang
mereka perbuat).
2. Ada dua perkataan yang ditujukan kepada keluarganya,
Maria keluarga intinya dan Yohanes keluarga rohaninya (Ibu, inilah anakmu,
Inilah Ibumu).
3. Ada 1 perkataan yang ditujukan untuk diri pribadi (aku haus).
3. Ada 1 perkataan yang ditujukan untuk diri pribadi (aku haus).
4. Ada satu perkataan yang ditujukan kepada penjahat di
sebelah kanannya, menjadi sasaran misinya untuk memenuhi kehendak Bapa dalam
hidup-Nya, yaitu menyelamatkan orang berdosa (hari ini juga engkau akan ada
bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus; Luk 23:43).
5. Ada perkataan yang ditujukan pada dunia, Bapa, dan Iblis
(Sudah selesai).
Prioritas Dalam Hal
Prinsip Hidup
Kita
perlu belajar mengerti prioritas yang benar dalam hal prinsip hidup agar dapat
menentukan pilihan yang tepat. Berikut ini adalah tujuh prioritas mengenai
prinsip hidup:
1. Karakter di
atas Kemampuan
Hidup perlu kemampuan. Tanpa kemampuan kita tidak
dapat mengerjakan apa-apa dengan baik. Sungguh pun demikian kemampuan bukanlah
segalanya. Tuhan mengutamakan karakter di atas kemampuan. Di samping itu kita
pun harus menitikberatkan karakter di atas kemampuan dalam menilai orang,
jangan menilai orang atas dasar kemampuannya semata.
Dalam 1
Korintus 1:26, Paulus
mengingatkan jemaat di Korintus untuk tidak lupa diri dan terus mengingat
siapakah diri mereka sebenarnya. Kadang setelah mencapai status tinggi dalam
masyarakat, kita lupa akan keberadaan diri kita. Pada akhirnya kemampuan
menjadi tolok ukur dalam kita menilai dan menghargai orang.
Janganlah sampai kita meninggikan kemampuan di atas
karakter. Hargailah usaha anak menajamkan kemampuan tetapi pujilah anak atas
dasar karakternya.
2. Keutuhan
Diri di atas Kegiatan
Sebagai anak Tuhan sering kali kita terlibat dalam
pelayanan baik di gereja maupun di luar gereja. Sudah tentu ini baik. Namun
adakalanya kita menjadi terlalu sibuk; kita sukar menolak permintaan orang dan
terus mengiyakan tugas pelayanan yang diembankan. Pada akhirnya kita melalaikan
satu hal yang penting yakni menjaga kehidupan yang utuh. Itu sebabnya kalau
tidak berhati-hati, kegiatan pelayanan yang tinggi akan menyita banyak dari
kehidupan pribadi maupun keluarga. Alhasil, baik kehidupan keluarga ataupun
pribadi menjadi kacau dan berantakan.
3. Ketaatan di
atas Keefisienan
Kadang ketika membaca Firman Tuhan terlintas seutas
pikiran, "Betapa banyaknya perintah Tuhan!" Pada kenyataannya hanya
satu yang dituntut Tuhan, yaitu ketaatan. Suatu hari Tuhan Yesus sedang berada
di rumah seseorang bernama, Simon, penderita kusta. Tiba-tiba datanglah seorang
wanita dengan buli-buli berisikan minyak narwastu yang mahal. Ia memecahkan
buli-buli itu dan menuangkan minyaknya ke atas kepala Tuhan. Bagi banyak
orang-termasuk murid Tuhan-tindakan ini merupakan pemborosan uang alias tidak
efisien. Namun dengarlah perkataan Tuhan, "Biarkanlah dia. Mengapa kamu
menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku."
(Markus 14:6)
Pada dasarnya efisiensi berarti menghasilkan
sebanyak-banyaknya dengan modal seirit mungkin. Efisiensi adalah lawan dari
pemborosan. Ternyata di mata Tuhan efisiensi bukanlah segalanya. Ada satu hal
lain yang lebih bernilai yakni ketaatan. Ketaatan kepada Tuhan kadang-kadang
melanggar hukum efisiensi. Jika kita memprioritaskan efisiensi dengan kaku,
kita pun akan kehilangan tuntunan Tuhan.
4. Kecil di
atas Besar.
Menjadi besar adalah idaman kita semua. Bahkan dalam
pelayanan sekali pun, kita merindukan menjadi besar. Ada satu hal yang mesti
kita camkan: Tuhan memakai kita untuk menggenapi rencana-Nya. Tuhan meminta
kita memfokuskan pada yang kecil sebab Ia tidak ingin kita jatuh ke dalam dosa
kecongkakan. Dengarlah Firman Tuhan lewat Yakobus 4:6, "Allah menentang orang yang
congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."
Tatkala Ia tengah mengajar tentang kerendahan hati,
Tuhan menggunakan seorang anak sebagai pokok acuan-Nya, "Ingatlah, jangan
menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini." (Matius 18:10).
Tuhan tahu kelemahan dan kecenderungan kita. Itu sebabnya Ia meminta kita untuk
mengutamakan yang kecil, bukan yang besar.
5. Memberi di
atas Menerima
Tidak banyak orang yang bersedia memberi-tanpa
menerima apa pun. Biasanya kita memberi karena kita menerima sesuatu, baik dari
orang yang bersangkutan atau dari orang lain. Sebagian orang terus berusaha
untuk memberi tanpa pamrih, tetapi ada orang yang hanya ingin menerima. Namun
Tuhan mengajarkan kepada kita untuk memberi. Dengarlah seruan-Nya yang dicatat
di Matius 20:28, "Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani
melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang." Melayani adalah memberi baik itu jasa atau
barang dan Tuhan memberi nyawa-Nya.
Dalam hidup kita mesti berusaha untuk mencari
kesempatan memberi, bukan mencari kesempatan untuk menerima. Jika memang kita
butuh, jangan sungkan menerima sebab mungkin saja Tuhan tengah memelihara kita
lewat bantuan yang ditawarkan orang.
6. Proses di
atas Produk
Makin hari kita semakin menjadi masyarakat yang tidak
sabar. Kita ingin melihat hasil atau produk; bila tidak melihat hasilnya,
dengan cepat kita menyimpulkan bahwa upaya itu telah gagal dan semua upaya yang
gagal harus dilenyapkan. Itu bukanlah prioritas Tuhan. Ia lebih mementingkan
proses daripada produk. Jadi fokuskan perhatian justru pada prosesnya, memberi
kesempatan, memeringati, mengajarkan, dan menunggu.
7. Tuhan di
atas Segalanya
Sebetulnya, jika kita jujur, kita mesti mengakui bahwa
kita menginginkan keduanya, dunia dan surga. Kita ingin mendapatkan surga yang
kekal, tetapi kita juga mendambakan dunia yang memuaskan. Sayangnya impian itu
tidak akan menjadi kenyataan, sebab Tuhan tidak memberi kita kesempatan
memiliki keduanya. Apa pun itu yang hendak kita lakukan, kita harus bertanya,
"Tuhan, apakah kehendak-Mu dalam hal ini ?" Dan kemudian kita harus
menaati-Nya.
Penerapan
1.
Tetapkan tujuan hidupmu.
2.
Temukan beberapa peran ganda yang ada padamu dan tetapkan
prioritas dalam setiap peran tersebut.
3.
Perhatikan bahwa urutan prioritas akan sangat
mempengaruhimu dalam hal:
·
Mengatur waktu
·
Mengatur uang
·
Mengambil keputusan
·
Bergaul
·
Membangun kebiasaan
4.
Evaluasi kegagalan atau keberhasilanmu dalam menetapkan
prioritas hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar