Live to Love
(Ditulis oleh Niken Nababan untuk halaman Fokus Buletin PMKT UGM edisi Februari 2011)
Ketika Yesus bertanya kepada
Petrus, apakah Petrus mengasihi-Nya, Petruspun menjawab bahwa ia mengasihi
Yesus (Yoh. 21:15-17). Yesus mengulang pertanyaan itu karena jawaban Petrus
tidak sesuai dengan keinginan Yesus. Yesus menginginkan agaphe, kasih murni tanpa syarat, namun Petrus hanya mau memberikan
philia,
kasih karena hubungan persaudaraan. Yesus sangat mengerti keterbatasan Petrus
yang tidak akan bisa memberikan agaphe,
maka pada pertanyaan ketiga nilai kasih diturunkan menjadi philia.
Jauh hari sebelum kejadian itu,
Yesus telah memberikan perintah baru kepada murid-murid-Nya, bahwa murid-murid
harus saling mengasihi seperti Yesus mengasihi mereka (Yoh. 13:31-35). Kasih
yang dimaksud di sini adalah agaphe.
Kasih yang diajarkan berulang-ulang telah dijadikan sebagai hukum yang terutama
di atas seluruh perintah Allah, juga menunjukkan bahwa Yesus meletakkan kasih
sebagai dasar dari semua perintah-Nya.
Sebagaimana halnya Yesus
memaklumi Petrus, Dia juga memaklumi kita yang sangat terbatas ini. Namun perintah
untuk memiliki kasih agaphe itu tetap
berlangsung selama kita hidup di dunia ini. Artinya Tuhan menginginkan kita
selalu belajar untuk bisa memiliki kasih agaphe.
Itu juga sebabnya mengapa Yesus menanyakan hal itu kepada Petrus sampai tiga
kali. Karena Yesus ingin Petrus melakukan kasih agaphe, bukan philia.
Yesus memberi kesempatan kepada Petrus untuk berpikir dan belajar mengasihi
dengan kasih agaphe.
Tuhan tidak menilai pencapaian
kita sejauh mana bisa mengasihi, tapi Dia melihat usaha kita ke arah itu. Usaha
untuk terus belajar memiliki kasih agaphe,
kasih murni tanpa syarat, kasih tanpa pamrih, kasih bukan hanya karena mereka teman
sepelayanan, tapi kasih kepada semua orang termasuk kepada mereka yang memusuhi
kita. Semua kita lakukan di dalam pimpinan Roh Kudus yang akan menolong dan
menyempurnakan usaha kita untuk memiliki kasih agaphe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar