TANTANGAN DALAM PELAYANAN
Niken
Nababan, MTh.
Disampaikan pada peneguhan OJT Pengurus PMKT 16
Februari 2015
Eksposisi 2 Korintus
11:23b – 30
PENDAHULUAN
Di dalam perjalanan
pelayanan murid-murid Kristus yang ditulis dalam Alkitab, tidak ada satupun
yang berjalan dengan mulus, tanpa tantangan. Penderitaan selalu menghadang dan
harus dilewati demi tercapainya misi Allah melalui diri mereka. Rasul Paulus
banyak menuliskan berbagai penderitaan yang dialaminya. Mungkin tidak ada manusia
yang menginginkan penderitaan, termasuk Paulus sebagaimana yang ditulisnya
dalam 2 Korintus 12:8.
Dalam mengerjakan
tugas pelayanan kita sering menimbang-nimbang berat tidaknya bagian-bagian
tugas yang harus kita kerjakan. Mungkin tidak ada yang dengan sengaja memilih
untuk mengerjakan yang sukar. Seorang siswa yang akan masuk ke Perguruan
Tinggi, cenderung memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan kemampuan. Di
satu sisi hal itu ada benarnya. Namun di sisi lain, sesungguhnya itu merupakan
potret manusia yang tidak mau mengalami kesusahan. Manusia pada umumnya tidak
mau meninggalkan zona nyaman dengan memilih hal-hal yang diperkirakannya tidak
akan kesulitan mengerjakannya. Kalau pun ada, ia tergolong manusia luar biasa.
Paulus adalah salah satu sosok yang luar biasa itu.
Di awal Tuhan
memanggilnya, Paulus seketika mengalami penderitaan (Kis. 9:8) dan dia mengetahui penderitaan-penderitaan
yang akan dialami selanjutnya (Kis. 9:15-16). Namun Paulus merespon panggilan
Tuhan dengan doa puasa dan segera melakukan tugas yang diberikan kepadanya tanpa
membantah, bahkan tidak bertanya apapun. Kita dapat belajar banyak dari sosok
Paulus untuk menguatkan kita dalam menghadapi tantangan pelayanan yang
seringkali menimbulkan penderitaan bagi kita.
MACAM-MACAM
PENDERITAAN PAULUS
1.
Penderitaan Dalam
Penjara (ayat 23-25)
Dalam Kis
16:23 dituliskan bahwa Paulus ditempatkan dalam penjara paling tengah. Bentuk
penjara Roma adalah bulat. Paling tengah berarti paling dalam, paling ketat
penjagaannya, diperuntukkan bagi para penjahat yang paling tinggi tingkat
kejahatannya. Namun fakta arkeologi menunjukkan adanya penemuan dua buah
penjara bawah tanah yang gelap, pengap, dan sempit, hanya berukuran secukupnya
seseorang tidur. Kemungkinan besar Paulus juga pernah dipenjarakan di tempat itu.
- Didera di luar batas.
Didera adalah dicambuki dengan cemeti dengan perlakuan
yang sangat sadis, tak mengenal perikemanusiaan.
- Disesah lima kali masing-masing tiga puluh sembilan kali pukulan.
Disesah adalah hukuman cambuk yang hanya diperuntukkan
bagi tahanan Yahudi. Cambuknya dibubuhi biji timah, dan ujungnya diberi
tulang-tulang yang runcing. Bagaimana kita dapat membayangkan penderitaan
Paulus pada saat disesah dengan cambuk semacam itu? Hal ini menggambarkan bahwa
Paulus seorang yang sangat kuat, namun diakuinya bahwa kekuatannya tersebut
adalah karunia Tuhan (2 Kor. 12:9).
- Dilempari batu satu kali.
2.
Penderitaan Dalam
Perjalanan (ayat 26-27)
Dalam
perjalanan pelayanannya, Paulus banyak mengalami bahaya banjir karena di masa
itu sangat sedikit sungai yang berjembatan; sering dihadang penyamun; mau dibunuh
oleh orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi. Paulus mengalami begitu banyak
penderitaan yang tak terhitung lagi.
SIKAP PAULUS
TERHADAP PENDERITAANNYA
1.
Penderitaan tidak
mengurangi fokus pelayanan Paulus (ayat 28-29).
Meskipun
Paulus mengalami begitu banyak penderitaan, namun hal itu tidak mengurangi
fokus pelayanannya. Penderitaan tidak membuatnya lalai atau malas. Apapun
kondisi yang sedang dihadapinya, Paulus tetap memperhatikan jemaat-jemaat Tuhan
dengan mengorbankan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk melayani mereka. Bahkan
Paulus berempati terhadap kondisi jemaat. Paulus memiliki hati yang peka dan
belas kasih terhadap jemaat, serta tidak mementingkan dirinya sendiri.
Jika kita
refleksikan pada diri kita sendiri, apa yang dilakukan Paulus adalah hal sulit
yang mungkin jarang kita terapkan. Ketika kita sedang susah, kita cenderung
sulit memikirkan kesusahan orang lain. Penderitaan sering membuat kita
kehilangan fokus pelayanan dan sibuk memikirkan bagaimana kita mengatasi
permasalahan dalam hidup kita. Sikap Paulus ini menjadi pelajaran bagi kita
agar penderitaan tidak menggoyahkan fokus kita pada pelayanan. Kita tidak
mungkin dapat mengatasinya sendiri selain hanya dengan pertolongan Roh Kudus.
2.
Paulus bangga
dengan penderitaannya (ayat 30).
Paulus mengemukakan latar belakang kesukuan (11:22),
penderitaan dan pengorbanan dalam pelayanan (11:23-29), serta pengalaman
spiritualnya (11:30-33; 12:1-10), seolah-olah untuk meninggikan dirinya demi
mempertahankan kredibilitasnya di hadapan rasul-rasul palsu pada jaman itu.
Pernyataan-pernyataan Paulus tersebut untuk membukakan kebenaran kepada jemaat
agar terlepas dari pengaruh rasul-rasul palsu. Secara manusia, penderitaan
tidak mungkin dibanggakan kecuali untuk menyombongkan kekuatan diri sendiri.
Paulus dahulu begitu bangga dengan kekuatannya dan kekuasaannya untuk menganiaya
murid-murid Kristus, tetapi setelah perjumpaannya dengan Kristus hal itu
berbanding terbalik. Paulus justru bangga dengan penderitaannya jika dia harus
mati karena Kristus, bahkan hidupnya hanya didedikasikan bagi Kristus (Filipi
1:21). Kebanggaan ini memiliki arti kebergantungan kepada Kristus. Dalam
penderitaannya justru Paulus dapat melihat dan merasakan kebaikan Tuhan
kepadanya (2 Kor. 12:5-10).
Jika Paulus bangga dengan penderitaannya menjadi murid
Kristus, bagaimana dengan kita? Mempertahankan prinsip kebenaran firman Tuhan
sering membuat kita menderita. Kita bisa dijauhi teman karena tidak memberi
contekan saat ujian. Kita bisa diejek karena tidak mau bergabung dalam
pergaulan yang menyesatkan. Kita kurang memiliki waktu bersenang-senang karena
harus mengerjakan tugas pelayanan. Dapatkah kita bangga dengan hal-hal
tersebut? Ataukah kita justru malu dengan penderitaan kita?
APLIKASI
Tantangan pelayanan
kita di masa sekarang dalam konteks dunia mahasiswa tentulah tidak seberat
tantangan yang dihadapi Paulus. Ada empat hal yang dapat menjadi tantangan
pelayanan kita.
1.
Diri Sendiri
Diri
sendiri merupakan tantangan yang terbesar dalam pelayanan. Dalam 2 Kor. 4:7-11
Paulus menggambarkan kerapuhan manusia dengan perumpamaan bejana tanah liat. Bejana
bisa diisi oleh berbagai macam barang yang indah dan berharga, namun jika jatuh
ke lantai bejana itu akan hancur berkeping-keping dan tidak mungkin diperbaiki
seperti semula. Demikianlah manusia adalah makhluk yang lemah dan berdosa.
Tuhan memberkati kita, memberi kita kehidupan, mencukupkan segala keperluan
kita, namun kita tidak dapat menolong diri kita sendiri selain hanya bergantung
pada belas kasih Allah. Kita telah jatuh ke dalam dosa dan sangat rentan untuk
terus melakukan dosa. Kelemahan dan dosa inilah yang menjadi tantangan terbesar
yang dapat menggoyahkan komitmen kita melayani Tuhan. Contoh tantangan dari
dalam diri kita adalah memerangi kemalasan, mempertahankan integritas di saat
lelah atau sakit, tetap disiplin menghadiri pelayanan meskipun hujan deras atau
panas terik.
2.
Studi
Setiap orangtua
menuntut anak-anaknya untuk menyelesaikan studinya tepat waktu. Di samping itu,
kegiatan perkuliahan dan tugas-tugas dalam studi juga akan semakin berat dan semakin
banyak setiap semesternya. Hal-hal itulah yang menjadi tantangan bagi mahasiswa
dalam pelayanannya. Kita perlu mengatur (mengelola) hidup kita dengan cermat
agar dapat mengerjakan semua kewajiban studi dan dapat juga mengerjakan semua
kewajiban pelayanan. Agar semua dapat dikerjakan, dibutuhkan pengorbanan yang
mungkin cukup besar bagi beberapa orang, misalnya mengurangi waktu bermain atau
jalan-jalan, tidur lebih malam dan bangun lebih pagi dari yang lain, perlu lebih
berhikmat untuk menjaga kesehatan.
3.
Keluarga
Contoh tantangan
dalam keluarga adalah larangan dari orangtua yang biasanya didasari kekuatiran bahwa
hasil studi akan jelek jika kita terlibat dalam pelayanan. Maka kita harus
dapat meyakinkan orangtua kita dengan membuktikan bahwa pelayanan tidak membuat
studi kita mundur, bahkan sedapat mungkin mengupayakan menjadi mahasiswa yang
berprestasi. Tantangan yang lain adalah adanya anggota keluarga yang sakit atau
ekonomi keluarga yang memburuk sehingga menuntut kita untuk lebih banyak
memberikan perhatian kepada keluarga. Dalam kondisi tertentu kadangkala kita
memang harus melepaskan pelayanan kita demi keluarga.Yang harus kita perhatikan adalah bagaimana kita dapat mengerjakan pelayanan tanpa mengabaikan keluarga kita.
4.
Teman atau pacar
Pergaulan cukup mempengaruhi pelayanan kita. Teman
dekat kadang berkontribusi menggagalkan komitmen kita, terlebih lagi pacar. Jika
pacar tidak mendukung pelayanan kita, itu akan menjadi masalah yang sulit
dipecahkan. Kita ingin membagi hidup untuk keduanya tapi terbentur dengan waktu
dan tenaga. Jika pelayanan tetap dipertahankan, akan terjadi konflik yang bisa
mengakibatkan rusaknya hubungan. Begitu pula sebaliknya jika mengabaikan
pelayanan demi pergaulan, tentu akan mengacaukan seluruh pelayanan yang ada,
termasuk rusak pula hubungan dengan teman-teman pelayanan. Maka kita perlu
hikmat dari Tuhan dalam memilih teman, khususnya pacar. Hendaknya mereka adalah
orang-orang yang memberikan dampak positif bagi kita atau sebaliknya.
PENUTUP
Apakah kita sedang
menghadapi tantangan dalam pelayanan kita? Mari kita periksa apa saja tantangan
yang kita hadapi dan di mana sumber tantangan itu. Selanjutnya kita harus
berjuang menghadapi setiap tantangan itu dalam pimpinan dan kuasa Roh Kudus. Kita
memusatkan perhatian pada Tuhan, bukan pada tantangan itu, karena Tuhan lebih
besar dari pada semua kesulitan yang kita hadapi.
Let's do everything for Jesus Christ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar