TANTANGAN DALAM KELOMPOK
TUMBUH BERSAMA
Oleh Niken DP Nababan
Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) adalah kelompok
kecil, terdiri dari tiga sampai lima orang anggota, yang secara rutin bertemu
untuk belajar bersama tentang Firman Tuhan, saling berbagi pengalaman, saling
mendukung dalam menjalani kehidupan, dan saling mendoakan. Sejak KTB mulai terbentuk
setiap anggotanya akan banyak menghadapi tantangan. Hal itu dimungkinkan
terjadi karena anggota KTB terdiri dari berbagai macam karakter, latar belakang
pendidikan, keluarga, sosial dan budaya. Selain perbedaan anggota, juga karena
adanya pertumbuhan dalam KTB. KTB selalu berjalan dinamis, ada pertumbuhan dan
perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan-perubahan yang terjadi ini akan menjadi
tantangan tersendiri yang bahkan kadang-kadang menimbulkan konflik dalam KTB.
KTB memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1. Penggembalaan
KTB adalah tempat terjadinya penggembalaan.
Pemimpin KTB (PKTB) adalah gembala dan Adik KTB (AKTB) adalah yang
digembalakan. Meski PKTB berperan sebagai gembala, namun PKTB harus menciptakan
suasana saling menggembalakan dalam kelompoknya. PKTB harus mengajar dan
melatih AKTB menjadi gembala untuk mempersiapkan AKTB bila kelak menjadi PKTB. Pengajaran
dan latihan penggembalaan ini dilakukan saat pertemuan kelompok.
Alkitab memakai contoh domba untuk menjelaskan
penggembalaan yang tertulis dalam kitab Yehezkiel 34:2-5. Tantangan bagi
anggota KTB adalah membuat penerapan-penerapan praktis seperti yang harus
dilakukan seorang gembala.
a.
Tidak
menggembalakan dirinya sendiri (ayat 2,3)
Dalam dua ayat ini dituliskan dimana para
gembala hanya memikirkan diri sendiri dan hanya mau mengambil keuntungan dari
domba-dombanya. Mereka telah mengkhianati tugas yang sesungguhnya. PKTB harus
jauh dari sikap seperti itu. Sebagai gembala yang benar PKTB harus tanpa pamrih
membimbing, mendampingi, dan mengingatkan AKTB akan kasih Tuhan.
b.
Menguatkan
yang lemah (ayat 4)
Seorang PKTB harus menyediakan waktu dan
tenaganya untuk menolong AKTB yang sedang dalam kelemahan rohani dan jasmani.
PKTB bisa melakukan kunjungan, menelpon, mendoakan, dan menemani AKTB untuk saling
menguatkan satu sama lain. Ingat bahwa PKTB harus menciptakan budaya penggembalaan
pada semua AKTB.
c.
Mengobati
yang sakit dan terluka (ayat 4)
PKTB meski bukan dokter tetap bisa menolong
AKTB yang sedang sakit dan mengajak AKTB yang lain untuk ikut merawatnya, misalnya
dengan bergantian menemani di Rumah Sakit atau mendampingi saat menjalani
pemulihan rawat jalan baik sakit jasmani maupun rohani.
d.
Membawa
pulang yang tersesat (ayat 4)
Bila ada anggota yang meninggalkan kelompok,
atau bahkan telah menjauh dari imannya kepada Kristus, PKTB wajib mencarinya
sebisa mungkin bersama-sama dengan AKTB yang lain. PKTB dapat mengajak AKTB
yang lain untuk mendoakannya dan bersama-sama membawanya kembali kepada imannya
dan pada kelompoknya kecuali jika ia telah mendapat pembinaan dalam komunitas
yang lain.
e.
Tidak
menginjak-injak dengan kekerasan dan kekejaman (ayat 4)
PKTB harus mendasarkan semua tugasnya pada
kasih karunia Allah dan kebenaranNya. Saat memberikan disiplin rohani harus
dilakukan dengan sikap mengoreksi, bukan menghukum atau menghakimi.
2. Pengajaran
KTB adalah tempat
terjadinya pengajaran Firman Tuhan yang mendalam dengan adanya diskusi, tanya
jawab, contoh nyata, dan praktek kehidupan. Pengajaran Alkitab dalam KTB
membuat anggota-anggotanya bisa benar-benar memahami Firman Tuhan dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan pimpinan Roh Kudus. Pola pendalaman
Alkitab dalam KTB bukanlah satu orang mengajar dan yang lain hanya mendengarkan
secara pasif melainkan Bersama-sama belajar. Memimpin acara pada pertemuan kelompok
bukanlah tugas PKTB semata tetapi tugas seluruh anggota secara bergiliran. Dengan
demikian seluruh anggota mempunyai kesempatan belajar yang sama dalam menumbuhkan
pengertian tentang Alkitab serta mengembangkan talenta dan karunianya
masing-masing.
3. Komitmen
KTB adalah tempat
anggota-anggotanya belajar membuat komitmen dan belajar memenuhinya dengan segala
konsekuensi yang terjadi. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, komitmen adalah
perjanjian atau keterikatan untuk melakukan sesuatu semacam kontrak.
Konsekuensi untuk
memenuhi komitmen dalam KTB antara lain:
1.
Mengabaikan
keinginan diri sendiri.
2.
Melawan
hambatan yang ada seperti malas, cuaca buruk, tugas menumpuk, dan sebagainya.
3.
Merasa
sendiri atau berbeda di antara lingkungannya terlebih di antara orang-orang
yang tidak seiman.
Seringkali seseorang tidak berani mengambil
komitmen karena takut menghadapi konsekuensinya. Padahal keberanian berkomitmen
adalah sarana latihan kedewasaan pribadi yang efektif. Komitmen untuk melakukan
berbagai hal dalam KTB dapat menyehatkan kehidupan rohani, meningkatkan
pertumbuhan karakter, dan melatih pengembangan diri. Jika seseorang mengambil
komitmen dalam KTB dan dapat memenuhinya sampai akhir maka dapat dipastikan dia
akan memperoleh buah yang luar biasa, yang bukan hanya dapat dinikmatinya
sendiri namun juga dapat dinikmati orang lain di sekitarnya.
Lima hal yang dapat membuat seseorang gagal
memenuhi komitmen:
1.
Kelemahan
rohani:
-
Belum
lahir baru
-
Hubungan
pribadi dengan Tuhan rendah
-
Kehilangan
semangat
2.
Kelemahan
pribadi
-
Watak
dasar/karakter/temperamen
-
Tidak
terlatih disiplin dalam keluarga
-
Memiliki
trauma tertentu
3.
Kelemahan
fisik
-
Mudah
sakit
-
Memiliki
penyakit bawaan, akut, atau kronis
4.
Komitmen
yang mentah
-
Tidak
serius pada waktu membuat komitmen
-
Tidak
memahami makna komitmen
-
Ragu
akan kemampuan menerima konsekuensi dari komitmen
-
Terpaksa
saat membuat komitmen
5.
Lingkungan
-
Tidak
didukung keluarga
-
Pergaulan/teman-teman
di sekitarnya
-
Tawaran
keindahan dunia
4. Relasi Personal
KTB adalah tempat anggotanya mulai belajar
menjalin relasi lebih dalam dengan orang lain. KTB adalah relasi orang-orang
terdekat setelah keluarga. Di dalam KTB anggota dapat menceritakan pergumulan
terdalam, bahkan yang bersifat rahasia sekalipun. Setiap anggota dapat belajar
menumbuhkan rasa empati, mendengarkan, menasihati, mengajar, dan menegur. Di sinilah
sesungguhnya dimulainya pemuridan sebagaimana yang dicontohkan Tuhan Yesus bersama
tiga orang murid terdekatNya yaitu Petrus, Yakobus, dan Yohanes sebagaimana
tertulis dalam Matius 17:1; 26:37; Yohanes 13:23.
Untuk membangun dan menjaga relasi yang baik
dalam KTB maka semua anggota harus mengembangkan hal-hal berikut:
1.
Menyatakan
kebenaran Firman Tuhan.
2.
Membuang
sifat dan sikap buruk yang ada pada dirinya.
3.
Menerima
sifat dan sikap orang lain.
4.
Dapat
mempercayai dan dipercayai.
5.
Bersedia
membagi hidup.
6.
Membangun
komunikasi yang baik dengan menjaga lidah.
Tidak ada seorang pun murid Kristus yang dapat
hidup sendiri dan menghadapi semua tantangan dalam hidupnya. KTB menjadi tempat
yang efektif bagi murid untuk belajar dan bertumbuh imannya. Di dalam KTB murid
juga dilatih melewati tantangan sehingga ia menjadi kuat dan mampu menghadapi
semua tantangan dalam kehidupannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar