DINAMIKA IMAN GIDEON
Niken
Nababan
PENEGUHAN
RAKORD PANITIA RUT PMKT UGM
27
Februari 2014
Hakim-hakim
6:11-24
PENDAHULUAN
Kitab Hakim-hakim
menuliskan bahwa bangsa Israel kembali melakukan apa yang jahat di mata Tuhan
maka Tuhan menyerahkan mereka di bawah kekuasaan bangsa Midian. Hidup bangsa
Israel sangat menderita dan miskin. Setiap kali orang Israel selesai menabur,
datang orang Midian, orang Amalek dan orang-orang dari sebelah timur mengambil
hasil panen mereka. Ditengah penderitaan itulah bangsa Israel mulai ingat Tuhan
dan berseru pada-Nya. Siklus ini terus berulang, Tuhan kemudian membangkitkan
seorang hakim dan mereka hidup aman. Namun ketika hakim itu mati, mereka
kembali melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Inilah siklus keberdosaan yang
terus terjadi secara berulang dalam kehidupan bangsa Israel.
Dibandingkan dengan hakim-hakim yang lain, dinamika perjalanan iman Gideon ini dicatat dengan sangat lengkap dalam Alkitab. Kisah Gideon dimulai ketika Allah memilihnya menjadi pemimpin seluruh bangsa Israel. Tuhan bahkan menyebutnya sebagai pahlawan yang gagah berani. Kehidupan Gideon dimulai dengan gelombang di titik awal (Psl. 6), mencapai puncak ketika Gideon berhasil menjadi seorang penakluk (Psl. 7), dan sampai pada fase tenggelam (Psl. 8), dimana Gideon mulai berkompromi dengan dosa dan mengakhiri karyanya dengan gelap.
TUHAN MEMANGGIL GIDEON MELALUI MALAIKATNYA (ayat 11-12)
Tuhan memanggil dan
mengutus Gideon untuk menyelamatkan bangsa Israel, akan tetapi Gideon meragukan
panggilan Tuhan tersebut. Ia ingin melihat tanda berupa mujizat yang bersifat
supranatural dan spektakuler (ayat 15). Permintaan Gideon ini dilatarbelakangi
oleh kondisi bangsa Israel yang hidup menderita di bawah jajahan orang Midian
sehingga mereka membuat tempat persembunyian, yakni gua-gua dan kubu-kubu (Hak.
6:2). Ketika Tuhan memanggil Gideon pun didapati ia sedang bersembunyi dalam
tempat pengirikan gandum (ayat 11). Kondisi bangsa yang demikian itulah yang
menyebabkan Gideon meragukan pemeliharaan Tuhan dan berkesimpulan bahwa Tuhan
tidak menyertai bangsa Israel lagi karena Tuhan membiarkan orang Midian
menyiksa dan menyengsarakan bangsa Israel. Bangsa Israel merasa bahwa Tuhan
telah melepaskan umat-Nya dari mulut singa yang satu menuju ke mulut singa yang
lain.
Tanda persembahan yang
diminta Gideon ini menunjukkan bahwa dia membutuhkan konfirmasi panggilan Tuhan
terhadapnya. Tuhan mengabulkan semua tanda yang diminta Gideon karena Tuhan
ingin menguatkan iman Gideon yang rapuh. Gideon membutuhkan mujizat yang
bersifat supranatural dan spektakuler untuk meneguhkan panggilan yang ada pada
dirinya agar dia dapat melihat Allah yang Maha Besar.
Di dalam penjajahan
bangsa Midian, orang Israel berseru pada Tuhan dan Ia mendengar keluh kesah
itu. Ia mendengar dan mengutus seorang nabi dan mengingatkan mereka akan
perbuatan-Nya yang dahsyat mengeluarkan mereka dari perbudakan di Mesir.
Tentang kisah ini mereka telah mengetahuinya sejak turun temurun, termasuk pada
Gideon. Namun semua itu jadi berbeda ketika Malaikat TUHAN datang dan bertemu
dengannya secara personal. Kalau iman kita dikaitkan dengan iman mayoritas,
kita merasa aman karena dapat bersembunyi dibaliknya. Namun jika harus
dikaitkan dengan personal, maka menjadi sangat sulit bagi kita untuk
menerimanya.
Ketika Tuhan datang
secara pribadi pada Gideon, maka ia segera mempertanyakan keberadaan Tuhan dan
pemeliharaan-Nya seperti yang pernah ia dengar dari cerita nenek moyang (ayat
13). Dengan kata lain ia bertanya apakah Tuhan sekarang sama dengan Tuhan yang
pernah ia dengar ceritanya dari nenek moyangnya. Pergumulan iman ini tidaklah
mudah. Ia mencoba meminta penjelasan dengan mengutarakan semua fakta yang
sebaliknya kepada Tuhan. Kenyataannya bangsa Israel tidak bebas, berada di
bawah penjajahan bangsa Midian, dan hidup menderita.
Dinamika iman Gideon menunjukkan sebuah kenyataan yang mungkin terjadi dalam hidup kita masing-masing. Pergumulan iman adalah pergumulan terhadap keberadaan dan janji Tuhan. Kita mudah menghadapinya jika ini menyangkut iman Kristen secara umum, tetapi sulit jika berkaitan dengan iman personal. Kita terlalu lemah untuk memahami Tuhan maka tidaklah heran kalau kita cenderung melakukan negosiasi dengan Tuhan seperti halnya yang dilakukan Gideon. Di satu sisi kita tahu bahwa Allah itu baik, tetapi di sisi lain kita tidak mampu memahami kehendak-Nya atas diri kita pribadi. Itu sebabnya di dalam pergumulan iman, kita sering mengalami keraguan akan karya Allah dalam kehidupan kita.
Keinginan Gideon akan sesuatu yang spektakuler dari Tuhan menjadi cerminan bagi kita bahwa manusia cenderung lebih suka pada sesuatu yang bersifat spektakuler, atau setidaknya yang nampak baik menurut ukuran mata dan pikiran kita. Orang yang hidup di jaman Perjanjian Lama berpendapat jika ada mujizat berarti Allah menyertai sehingga mereka menuntut Tuhan agar memberikan tanda untuk setiap permohonan mereka. Sekarang Tuhan pun memberikan tanda-tanda pada kita, yang pasti melalui Firman-Nya yang tertulis. Allah tidak selalu memberikan tanda-tanda yang spektakuler pada kita.
KELEMAHAN
GIDEON ( ayat 13-21)
Respon Gideon terhadap
panggilan Tuhan menunjukkan bahwa Gideon adalah seorang yang lemah imannya dan
tidak mempunyai cukup pemahaman tentang Allah yang dapat berkarya dengan
dahsyat dalam diri setiap umat-Nya.
Tiga hal yang menunjukkan kelemahan Gideon adalah:
1. Kenyataan bahwa
bangsa Israel dalam keadaan sangat menderita akibat penjajahan oleh bangsa
Midian. (ayat 14)
Kenyataan ini membuat
Gideon mempertanyakan kebaikan Allah dan pemeliharaan Allah terhadap bangsa
Israel. Gideon ingin memastikan apakah janji Tuhan pada nenek moyangnya tetap
berlaku sampai masa kehidupannya? Ia bertanya apakah Tuhan itu baik dan bagaimanakah
pemeliharaan Tuhan itu. Jika Ia baik, apa buktinya? Jika Ia memelihara,
bagaimana saya mengalaminya? Kenyataan yang ada membuatnya sulit menerima semua
ini. Gideon mengemukakan pertanyaan penting yang akan mempengaruhi perjalanan
imannya di kemudian hari. Pertanyaan ini menjadi semacam pertaruhan iman
Gideon, yang juga menjadi pola seluruh perjalanan iman kita secara pribadi.
Begitu rapuhnya iman
Gideon dan jauh sekali pengertiannya akan jalan Tuhan. Gideon menuntut Allah
melakukan hal-hal yang baik bagi bangsa Israel namun dia tidak mengerti apa
yang telah dilakukan bangsa Israel kepada Allah. Gideon tidak mengerti mengapa
Allah membiarkan bangsa Israel jatuh ke dalam penjajahan bangsa Midian. Kita
pun sering mengalami hal yang sama. Kita menuntut Allah melakukan hal-hal baik
yang kasat mata, namun kita sering lupa apakah kita sudah cukup taat pada
kehendak-Nya. Pertanyaan yang perlu ada untuk kita setiap saat adalah, apakah
kita selalu dapat mengucap syukur atas karya-karya-Nya dalam hidup kita? Apakah
kita selalu taat pada setiap firman-Nya bagi kita?
2. Kaumnya adalah kaum
yang terkecil di antara semua kaum. (ayat 15)
Gideon mempertanyakan
apakah mungkin kaum yang kecil ini dapat menyelamatkan bangsa Israel yang
besar, yang dalam keadaan sudah demikian terpuruk. Secara bersama-sama saja
bangsa Israel tidak dapat mengatasi penderitaannya, bagaimana mungkin kaum yang
paling kecil dapat menyelamatkan bangsa yang demikian besar. Ini menunjukkan
betapa Gideon tidak mampu memahami kuasa Allah yang dahsyat bagi kaumnya dan
bagi dirinya sendiri padahal dia telah mengetahui cerita tentang kedahsyatan
Allah dalam kehidupan bangsa Israel di masa lalu. Lalu bagaimana dengan keadaan
kita sekarang? Kita sering menjadi kelompok yang terkecil dan itu sering
membuat kita meragukan kekuatan yang akan Allah berikan pada kita untuk dapat
mengatasi masalah seluruh kelompok yang besar.
3. Gideon adalah orang
termuda di dalam kaumnya. (ayat 15)
Gideon mempertanyakan,
sebagai kaum terkecil saja adalah hal yang sulit dipercaya bisa menyelamatkan
bangsa Israel, bagaimana mungkin dia orang yang paling muda, paling tidak
berpengalaman, dapat menyelamatkan bangsa yang besar? Gideon semakin ragu dengan
dirinya sendiri, yang berarti dia telah meragukan Allah akan berkarya dalam
hidupnya. Siapa Gideon dapat menjadi cerminan untuk melihat siapa kita.
Kemudaan kita, kelemahan kita, kekurangan kita, tidak menjadi halangan bagi
Allah untuk memilih kita menjadi pelaku misi Allah. Jika Allah telah memilih
kita maka Allah pasti akan memberi kekuatan dan memperlengkapi kita dengan
senjata-senjata yang diperlukan untuk mengatasi semua permasalahan kita.
ALLAH
MEMENUHI JANJI DAN MENYERTAI UMATNYA (ayat 16 , 21, 23)
Gideon bukanlah
seorang pemimpin yang penuh percaya diri, namun malaikat Tuhan menyebutnya
sebagai pahlawan yang gagah berani. Di sini kita dapat melihat keunikan Allah
dalam memilih hamba-Nya dan kesabaran-Nya untuk mengajar hamba-Nya itu.
Panggilan Allah seringkali tidak dapat kita duga seperti apa yang kita
pikirkan. Secara ukuran manusia, seorang pemimpin haruslah seorang yang kuat,
cerdas, dan berani. Namun Allah justru sering memilih yang sebaliknya.
Panggilan dan pilihan Allah tidak pernah salah karena Allah akan menyertai
hamba-Nya dalam mengerjakan tugas panggilannya.
Sebagaimana yang
dialami Gideon, di masa sekarang kita pun sering mengalami hal yang sama. Tuhan
memilih bukan karena siapa dan apa kita tapi karena Tuhan mengasihi dan
mempercayai kita untuk melakukan tugas besar pelayanan. Tuhan punya maksud
tertentu untuk kita secara pribadi dan untuk umat-Nya secara keseluruhan. Dan
Tuhan berjanji selalu menyertai kita. Jika Tuhan telah menepati janji
penyertaan-Nya pada Gideon, maka Tuhan juga akan memenuhi janji-Nya untuk menyertai
kita dalam mengerjakan tugas pelayanan kita. Sebab janji Tuhan kepada Gideon
juga merupakan janji Tuhan kepada kita.
Setelah melalui
pergumulan iman yang dimuai dari keraguan dan ketidak percayaan diri, Gideon
sampai pada titik pemahaman bahwa dia telah salah dalam merespon panggilan
Tuhan. Gideon menyesali sikapnya itu dan pandangan-Nya tentang Allah berubah
seketika (ayat 22-23). Penyesalan ini bukan hanya dalam kata-kata namun
ditunjukkannya dengan perbuatan yang nyata. Dengan Mezbah yang didirikannya
menunjukkan bahwa Gideon kini memiliki iman yang teguh akan kebaikan dan
pemeliharaan Tuhan atas bangsa Israel. Bahkan dia menyatakan bahwa Tuhan itu
keselamatan, seakan-akan Tuhan telah menyelamatkan bangsa Israel padahal itu
belum terjadi (ayat 24).
PELAJARAN POSITIF DARI
KARAKTER GIDEON
Pelajaran yang dapat
kita petik dari dinamika iman Gideon untuk kita terapkan dalam kehidupan
kita, adalah sebagai berikut:
1. Peduli
dan tanggung jawab kepada bangsa.
Gideon cukup memiliki
kepedulian kepada bangsanya dan merasa perlu ikut bertanggung jawab
menyelesaikan masalah bangsa. Gideon tidak hanya memikirkan
kepentingannya sendiri. Meskipun diawali dengan keraguan dan tidak percaya
diri, dia merespon panggilan Tuhan dengan sepenuh hati. Dalam kelemahannya
dia berjuang untuk memiliki keberanian mengerjakan tugas panggilan Tuhan
demi keselamatan bangsanya.
PENERAPAN
Kita belajar untuk
tidak mementingkan diri sendiri. Setiap hal yang kita kerjakan dalam tugas
panggilan pelayanan hendaklah kita peduli pada teman di bagian yang lain,
bukan hanya melihat pada bagian kita sendiri.
2. Rendah
hati.
Gideon mengakui
kelemahan dirinya. Di satu sisi dia tidak percaya diri dan takut, tapi
di sisi lain menunjukkan bahwa Gideon seorang yang rendah hati. Dia
menyadari kelemahannya dan hal itu membuat dia berserah pada pertolongan
Tuhan.
PENERAPAN
1.
Kita belajar rendah hati mengakui kelemahan kita pada teman
sepelayanan agar terbentuk satu tim pelayanan yang bisa saling melengkapi dan
mendukung satu sama lain.
2.
Kita belajar rendah hati di hadapan Tuhan agar kita tidak merasa
dapat berjalan dengan kekuatan sendiri melainkan memiliki penyerahan
diri penuh akan pertolongan Tuhan.
3. Bersyukur
atas karunia Tuhan.
Gideon menyadari
kelemahannya dan menerima apa yang dikaruniakan Tuhan pada dirinya. Dia
tidak minta kekuatan yang lebih besar dan tidak berambisi menjadi
seorang pemimpin. Dia melakukan tugas dengan apa yang ada pada dirinya dan
taat pada pimpinan Tuhan.
PENERAPAN
Kita belajar bersyukur
dengan karunia dan talenta yang diberikan Tuhan kepada kita serta
menggunakan karunia dan talenta itu dengan maksimal untuk mengerjakan
tugas pelayanan kita, menurut kapasitas kita masing-masing.
4. Membuat
perubahan dari kesalahan yang dilakukan.
Setelah Gideon tahu
bahwa keraguannya kepada Tuhan itu salah, diapun segera merubah sikapnya.
Dia tidak ragu lagi akan panggilan Tuhan dan menaati semua yang
diperintahkan Tuhan kepadanya. Keraguannya berubah menjadi keyakinan yang
teguh kepada janji Tuhan. Meskipun bangsa Israel belum selamat tapi dia
sudah meneguhkan imannya dan memiliki pengharapan yang kuat bahwa Tuhan
akan menyelamatkan bangsa Israel.
PENERAPAN
1.
Kita belajar untuk mau mengakui kesalahan, menyadarinya dan
tidak putus asa.
2.
Kita belajar dari kesalahan itu untuk membuat perubahan yang
lebih baik.