life by grace
Do everything for Jesus Christ
“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya,
ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.
Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu,
tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.”
(Matius 7:24-25)
Senin, 08 Juli 2024
Minggu, 15 Oktober 2023
BAHAN PEMAHAMAN ALKITAB
Yakobus 1:2-3
PENCOBAAN
2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, 3 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.
Dalam bahasa Yunani kata ujian diterjemahkan
dari kata dokimion (kata benda) yang artinya sebuah ujian, percobaan dan apa
yang asli. Kata ini juga berarti yang ditemukan dan disetujui asli setelah
pengujian dengan fokus pada hasil yang tak terhindarkan atau pembuktian. Dari
kata sifat dokimos atau dexomai yang artinya diterima dengan benar keasliannya
setelah lolos atau lulus ujian. Dapat divalidasi atau dinyatakan sah; benar;
sempurna; tiada cela (dusta, palsu); sesuai dengan hukum/peraturan. Dapat
diverifikasi atau diperiksa tentang kebenaran laporan dan pernyataannya. Kata
ini berasal dari kata dasar dokimazo dan dokime, kata yang digunakan untuk
membuktikan (menguji, memeriksa, meneliti) dan mengkorfimasi (menyetujui dan
menganggap layak) keaslian sesuatu. Kata itu semua berasal dari akar kata dokeo
yang artinya menganggap dan menyatakan benar.
Sementara kata pencobaan diterjemahkan dari
kata Yunani peirasmois yang artinya uji coba atau coba-coba. Kata ini berasal
dari kata peirasmos yang artinya percobaan, godaan, masa percobaan, pengujian,
dicobai, dan musibah atau penderitaan. Kata ini ada di antara godaan atau
ujian, tergantung konteksnya (bdk. Kej. 4:7, Rm. 12:17-18). Jika itu perasaan
positif, maka disebut ujian dan jika perasaan negatif maka itu godaan. Jika itu
positif, maka ini adalah ujian atas kesetiaan, integritas, kebajikan atau
keteguhan seseorang. Secara umum kata ini berarti percobaan dan membuktikan
karakter dan ketabahan iman seseorang melalui kesulitan dan kesengsaraan.
Kata ini berasal dari kata dasar peirazo yang
artinya untuk membuktikan, mencoba, menguji dan menggoda. Kata ini diartikan
menggoda (arti negatif, bdk. Mat. 16:1, 19:3, 22:18, 35, Mrk. 8:11, 10:2,
12:15, Luk. 11:16, Yoh. 8:6, Yak. 1:13, 14). Kata ini diartikan menguji (arti
positif, bdk. Mat. 4:1, Luk. 22:28, 1Kor. 10:13 dan Yak. 1:12)
Memperhatikan perikop Yakobus 1:2-3, pengertian
tersebut menolong kita untuk memahami bahwa ada sebuah kebahagiaan jika
seseorang jatuh (peripesete = mungkin jatuh ke dalam, dari kata peripipto =
jatuh ke tengah-tengah, terlibat dalam, benar-benar dikelilingi oleh) ke dalam
berbagai pencobaan (peirazo). Mengapa disebut bahagia? Karena jika dapat melihat
pencobaan itu dari perasaan atau sudut pandang positif, maka itu adalah sebuah
ujian (dokime) dan bukan godaan. Lebih tepat melihat hal itu dari sudut pandang
iman sehingga menjadi ujian iman. Ujian atas iman ini menghasilkan
(memproduksi) ketekunan (daya tahan, ketabahan dan kesabaran, bdk. Roma 5:3-4
dan 2Ptr. 1:5-8).
Dalam rangka membedakan peirazo sebagai godaan
dan ujian dibutuhkan hikmat (sophias, sophia) yaitu kebijaksanaan, wawasan,
keterampilan dan kecerdasan yang dari Allah (bdk. Dan. 1:4). Hikmah itu
bersumber bukan hanya dari pengalaman iman tetapi juga ketajaman membedakan apa
yang baik dan yang jahat (bdk. Rm. 12:2). Hikmat yang lahir dan bersumber dari
hidup yang saleh di hadapan Allah pendamai, peramah, penurut, penuh belas
kasihan, dan buah-buah yang baik [bdk. Gal. 5:22-23], tidak memihak dan tidak
munafik [3:17]) serta yang tidak lahir dari nafsu manusia, dari setan-setan,
dari iri hati, dari mementingkan diri sendiri dan dari dusta (bdk. 3:14-16).
Hikmah yang dimaksud adalah hikmat yang ada dalam Kristus Yesus (bdk. 1 Kor.
1:30-31, 2 Korintus 13:5).
Karena ini adalah ujian iman, maka selain
melihat hal itu dari sudut pandang iman, dibutuhkan hikmah dari Allah yang
murah hati dengan cara meminta hal itu dengan iman, dengan kesungguhan dan
tidak dalam kebimbangan.
DISKUSI:
1. 1. Jika
penulis surat Yakobus menganggap sebuah kebahagiaan jika jatuh ke dalam
berbagai-bagai pencobaan, bagaimana perasaan Saudara? Ceritakanlah pengalaman Saudara
sendiri!
2. Bagaimana membedakan peirazo sebagai godaan dan peirazo sebagai ujian? Berikanlah contoh nyata yang pernah Saudara alami atau Saudara lihat melalui pengalaman orang lain!
3. Berdasarkan pengalaman dan cara pandang Saudara, apa yang membuat Saudara menjadi tekun dan mengalami kematangan iman? (Iman yang matang = dewasa, bdk. Ef. 4:12-15, 1 Korintus 13:11-12 dan Ibrani 5:12-14).
Rabu, 01 September 2021
BAGAIMANA JIKA SAYA KEHILANGAN SEMUANYA?
Tidak berlebihan bila masa pandemi Covid-19 ini disebut sebagai masa yang mencekam. Seluruh dunia tidak terluput dari serangan makhluk kasat mata itu. Berita duka terdengar setiap hari. Masyarakat berbagai kalangan tanpa terkecuali telah terkena dampak ekonomi dan sosial. Kekayaan tidak bisa membeli kesehatan, rumah besar tidak bisa memberikan kenyamanan, kendaraan mewah tidak bisa membawa pada kebebasan menuju ke tempat yang diinginkan. Banyak orang mengalami penderitaan bertubi-tubi karena pandemi Covid-19 ini, dan tak seorangpun tahu kapan akan berakhir.
Penderitaan dalam Alkitab adalah peristiwa nyata yang dialami umat Allah, bukan imajinasi, bukan pula ilusi. Ada tiga hal penyebab penderitaan. Pertama, penderitaan karena dosa warisan dari Adam dan Hawa. Kedua, penderitaan karena dosanya sendiri. Ketiga, penderitaan karena diijinkan Allah untuk suatu maksud yang baik. Yang harus kita percayai, penderitaan kita bukan datang dari Allah melainkan dari Iblis. Allah hanya mengijinkan penderitaan itu terjadi dan Allah ikut terlibat dalam penderitaan kita agar dapat melaluinya untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Firman-Nya dalam surat Ibrani menunjukkan bagaimana Allah menggunakan bagian-bagian hidup yang menyakitkan untuk pertumbuhan dan kebaikan orang percaya di masa yang akan datang. (Ibrani 12:2-6)
Salah satu tokoh yang ditulis dalam Alkitab dengan penderitaan dahsyatnya adalah Ayub. Alkitab menggambarkan Ayub sebagai seorang yang saleh, jujur, takut akan Allah, menjauhi kejahatan. (Ayub 1:8) Dia diberkati Tuhan dengan kekayaan yang luar biasa besarnya, bahkan disebutkan sebagai orang terkaya di wilayah kediamannya. Ayub bersungguh-sungguh melaksanakan kewajibannya sebagai imam bagi keluarganya. Ayub sangat memperhatikan kesejahteraan rohani anak-anaknya, memperhatikan kelakuan dan gaya hidup mereka, tekun mendoakan dan melakukan apa yang perlu agar anak-anaknya terhindar dari kehidupan dosa. (Ayub 1:4-5)
Oleh perbuatan Iblis, Ayub mengalami penderitaan dalam seluruh aspek hidupnya. Secara jasmaniah; ia kehilangan seluruh kekayaan, seluruh anak, dan kesehatannya. Secara sosial; ia dicemooh istrinya, dihakimi sahabatnya, diasingkan masyarakat. Secara rohani; ia kesepian, ketakutan, putus asa, merasa ditinggalkan Allah. Namun betapapun dahsyatnya penderitaan yang dialami, Ayub tetap setia dan menaruh pengharapan kepada Allah. Ayub tetap bersyukur, memuji Tuhan, dan tidak menyalahkan Allah. Ayub tetap mau mengoreksi diri dengan mempertanyakan kesalahan yang mungkin dilakukan tanpa diketahuinya. Itu menunjukkan bahwa Ayub memiliki sikap penerimaan penuh atas kedaulatan Allah pada dirinya. (Ayub 1:21-22; 9:1-4) Pada akhirnya oleh karena kesetiaan Ayub itu Allah memulihkan keadaannya.
Dari kisah Ayub ini kita dapat belajar untuk bersikap dengan benar apabila kita kehilangan semua yang kita anggap berharga. Kita belajar menerima segala penderitaan yang terjadi dengan sikap tidak menyalahkan Allah, tetap bersyukur, tetap beriman kepada Allah, instropeksi diri, dan berpengharapan bahwa Allah telah menyediakan yang terbaik bagi kita. Bila demikian kita akan dapat menjalani kehidupan yang sangat sulit di masa pandemi ini dengan perasaan damai dan sukacita. Saya akhiri tulisan ini dengan satu ajakan, mari kita menaati protokol kesehatan dan aturan Pemerintah sehubungan dengan pandemi ini, sebagai wujud kasih kepada diri sendiri dan orang lain, serta wujud ketaatan kepada Allah. (NDP)
Jumat, 22 Mei 2020
SIKAP IMAN KRISTEN TERHADAP PLURALISME AGAMA
Sabtu, 16 Mei 2020
MENGHADAPI BADAI KEHIDUPAN
Oleh: Niken Nababan