SPIRITUALITAS DAN KESIBUKAN
Oleh: Niken Nababan, disampaikan dalam PU Sekolah Vokasi Teknik UGM, 5 Nopember 2011
Kata spiritual (Yun. pneumatikos), berarti “bersifat roh” atau “berkenaan dengan roh”.
Dalam PB, kata ini banyak ditulis dan memiliki tiga arti yang berbeda. Sebagai
contoh, yang tertulis dalam kitab Korintus:
·
1 Kor. 2:15; 3:1 Ã tentang manusia
rohani;
·
1 Kor. 2:13; 9:11 Ã tentang hal-hal rohani;
·
1 Kor. 10:3-4; 15:44-46 Ã tentang benda-benda
rohani.
Spiritualitas Kristen berhubungan
dengan segala sesuatu dalam pengalaman hidup orang yang percaya Kristus. Intinya adalah suatu kesatuan yang lebih intensif dengan Allah yang dinyatakan di
dalam Yesus Kristus melalui Roh Kudus.
Kehidupan spiritualitas orang percaya
didasari oleh iman kepada Yesus Kristus. Dengan percaya dan beriman kepada
Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat yang telah menebus dosa-dosa dunia
dan yang telah bangkit, maka mereka menerima karunia Roh, yaitu Roh Kudus
tinggal di dalam kehidupan mereka. Berdasarkan karunia Roh yang diterima dan
tinggal di dalam hidup orang-orang percaya, maka kehidupan mereka yang lamapun
diperbarui. Mereka memiliki hidup yang baru, yang berada di dalam kasih Allah.
Sedikitnya ada tiga manifestasi Spiritualitas
Kristen di dalam kehidupan orang-orang percaya. Ketiga manifestasi spiritualitas
itu adalah:
·
Kehidupan
spiritualitas yang merupakan persekutuan yang intim bersama dengan Allah;
·
Kehidupan
spiritualitas yang ada di dalam komunitas orang percaya;
·
Kehidupan
spiritualitas yang dinyatakan di dalam praktek hidup sehari-hari.
Ketiga manifestasi spiritualitas ini
tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Mereka saling menyatu, memperkaya,
dan mengisi satu sama lainnya.
Sangat sering terjadi pemahaman yang
keliru mengenai spiritualitas di dalam kehidupan orang percaya. Di mana hal-hal
yang menyangkut kehidupan spiritualitas orang-orang percaya hanya dipahami
dalam kategori urusan-urusan batin atau rohani saja dan tidak kait-mengkait
dengan soal fisik atau jasmani (tubuh). Akibatnya, penekanan spiritualitas yang
demikian hanya fokus kepada aspek pengalaman spiritualitas yang berpusat kepada
diri sendiri.
Dalam
Roma 12:1, Paulus menasihatkan agar jemaat melakukan ibadah yang sejati, yaitu
mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Allah. Di sini Paulus mengajarkan bagaimana jemaat harus hidup
beriman dalam kehidupan sehari-hari menurut ajaran Kristus. Maksud
“mempersembahkan tubuh” adalah penyerahan diri kepada Allah secara
rohani/batiniah, bukan penyerahan pada tata cara ibadah. “Persembahan yang
hidup, yang kudus dan yang berkenan” menunjuk kepada segenap akal budi, jiwa,
dan raga yang terus-menerus diubahkan (ay. 2), lalu dipersembahkan sepenuhnya
kepada Allah dengan pengorbanan diri dan ketaatan melakukan perintah Allah.
Meskipun
demikian, bukan berarti ibadah yang kita lakukan secara rutin itu tidak bermakna
atau salah. Dalam Ibrani 10:25, dengan tegas Paulus memperingatkan agar jemaat
tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah. Jadi ibadah itu penting
tapi harus ada keseimbangan antara menyembah kepada Allah (vertical) dan mempedulikan
sesama kita (horizontal). Maka sesungguhnya kita tidak boleh memisahkan antara
yang rohani dan yang jasmani.
Pentingnya
Menjaga Spiritualitas Kristen
1 Petrus 5:8-11
(8) Sadarlah dan
berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum
dan mencari orang yang dapat ditelannya.
(9) Lawanlah dia
dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia
menanggung penderitaan yang sama.
(10) Dan Allah,
sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada
kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan
mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya.
(11) Ialah yang
empunya kuasa sampai selama-lamanya! Amin.
Petrus memberikan petunjuk dengan
sangat jelas mengapa kita perlu menjaga spiritualitas. Alasan yang pasti adalah
karena Iblis senantiasa menggoda kita untuk memutus hubungan dengan Kristus supaya
kita dapat dibinasakannya (ay. 8). Satu-satunya
cara untuk melawan Iblis hanya dengan iman yang teguh kepada Allah (ay. 9)
karena Allah satu-satunya sumber segala kasih karunia (ay. 10) yang berkuasa
terhadap segala sesuatu (ay. 11).
- KEJENUHAN ROHANI (Spiritual Burn Out)
- KEKERINGAN ROHANI (Spiritual Dehydration)
Kedua
hal ini merupakan tanda awal seseorang yang menuju kepada kebinasaan.
Spiritual
Burn out
Keadaan 'burn out' bisa diumpamakan sebagai sebuah motor, yang bensinnya
habis, bannya kempes, atau businya tidak berfungsi sekalipun sudah dibersihkan.
Seorang yang 'burn out' dapat mengalami
keadaan yang sangat menekan (stressfull),
depresi, dan hidupnya menjadi kacau. Dia dapat kehilangan keseimbangan dan
kehilangan kendali ego.
Contoh
Kasus Kejenuhan Rohani dalam Alkitab:
a.
Elisa
(1 Raja-Raja 19:4) Ã Elisa merasa putus asa dan bosan hidup karena
kehilangan kendali. Kejenuhan ini terjadi ketika Elisa mengandalkan diri
sendiri.
b.
Daud
(Mazmur 42:2-12; 2 Sam. 11:1-27) Ã Daud mengalami kejenuhan rohani
ketika dia mulai tidak berharap kepada Allah dan bahkan jatuh dalam dosa ketika
dia mengerjakan segala sesuatu menurut kehendaknya sendiri.
Jika ada satu bagian dari diri kita
mengalami kerusakan atau burn out,
harus segera dilakukan pemberesan atau perbaikan atau penyembuhan, agar
kerusakan itu tidak merembet ke mana-mana, seperti virus kanker, yang akhirnya
membinasakan kita.
Spiritual
Dehydration
Seseorang yang mengalami dehydration diartikan sebagai keadaan di
mana orang itu kehilangan terlalu banyak cairan dalam tubuhnya sehingga menjadi
sangat lemah dan sakit. Pengertian dehydration
dalam konteks rohani adalah keadaan
di mana seseorang kehabisan/tidak memiliki kekuatan rohani yang berasal dari
Firman Tuhan sehingga keadaan kerohaniannya menjadi lemah dan tidak memiliki
kuasa. Keadaan ini sering juga disebut sebagai ‘Kekeringan Rohani’.
Orang Kristen yang mengalami keadaan
kekeringan ini seringkali merasakan kehampaan yang membuatnya sulit untuk
merasakan sukacita dalam persekutuan dengan Tuhan. Namun demikian gejala-gejala
ini kadang sulit dikenali karena mudah disembunyikan, yaitu dengan cara
berpura-pura dan menganggap bahwa hal itu akan membaik dengan sendirinya dengan
cukup aktif dalam kegiatan-kegiatan rohani.
Jika seseorang sudah mulai merasa
kering rohani, harus segera dilakukan siraman rohani. Seperti tanaman yang layu
karena kekurangan air, jika tidak segera disiram air lagi, lama-kelamaan dia
akan menjadi kering, lalu mati. Maka terhadap seseorang yang mengalami
tanda-tanda kekeringan rohani inipun harus segera dilakukan penyegaran rohani
dan pemulihan, agar ia tidak semakin lemah imannya, lalu akhirnya mengalami
kebinasaan.
Saran-saran Praktis Menjaga
Spiritualitas
a.
Ambil
waktu istirahat di tengah kesibukan kita sebelum menjadi terlalu lelah. (Perlu manajemen waktu)
b.
Ambil
waktu rekreasi/retreat pribadi setelah tugas-tugas panjang untuk menyegarkan
kembali hidup kita.
c.
Sadari
bahwa kekuatan kita datangnya dari Allah sendiri.
d.
Prioritaskan
waktu untuk persekutuan dengan Tuhan (butuh penyerahan diri dan pengorbanan).
e.
Pujilah
Tuhan dan ucaplah syukur senantiasa. (Akan membuat kita untuk selalu ingat Tuhan)
f.
Latihlah
pola hidup teratur (makan, olah raga, kegiatan). (Kesehatan tubuh sangat penting!)
g.
Secara
berkala lakukan evalusi terhadap tujuan dan prioritas hidup yang Tuhan tentukan
bagi kita.
h.
Singkirkan
rasa malu dan sombong untuk mengakui keadaan kita di hadapan Tuhan.
i.
Selain
Alkitab, baca juga buku-buku rohani/ atau dengarkan lagu rohani. (Dapat menolong kita
untuk bangkit dari kelemahan).
j.
Lakukan
latihan dengan menolong masalah orang lain. (Saat menolong orang lain, kita dapat menemukan pemecahan masalah kita sendiri).
k.
Berhenti
hanya mencari berkat-berkat Tuhan saja tapi carilah sang Pemberi berkat.
Penutup
Sebagai pengikut Kristus kita harus selalu
menjaga spiritualitas kita setiap hari. Sesibuk apapun kita, sebanyak apapun
kegiatan kita, kita harus menyediakan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan dan
dengan sesama kita. Segala yang kita punyai dan yang bisa kita capai adalah
anugrah Tuhan semata. Tanpa Tuhan kita tidak akan bisa berbuat apa-apa. Karena itu
kita harus selalu mengucap syukur, memuji Tuhan dan mendekatkan diri kepada
Tuhan agar spiritualitas kita terjaga, sehingga kita dimampukan melawan godaan
Iblis yang senantiasa menginginkan kita jatuh ke dalam dosa dan menuju
kebinasaan.
Amin.
Referensi
1 Michael Downey, Current Trends
Understanding Christian Spirituality: Dress Rehearsal for a Method, dalam http:
//www.spiritualitytoday.org/.
2 Mark A. McIntosh, Mystical Theology: the Integrity of Spirituality and
Theology (Malden, Massachusetts: Blackwell Publishers, 1998).
3 Jerry White, Kuasa Penyerahan Diri (Bandung,
Yayasan Kalam Hidup, 1999).
4 Our Heritage: Keunikan & Kekayaan
Pelayanan Mahasiswa (Jakarta,
Perkantas, 2006).
5
Richard Lamb, Menjadi Murid Yesus di
Kehidupan Nyata (Jakarta, Perkantas, 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar