“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya,

ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu,

tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.”

(Matius 7:24-25)

Sabtu, 11 Juni 2011

BAGAIMANA POSISI PEREMPUAN DI GEREJA?


BAGAIMANA POSISI PEREMPUAN DI GEREJA?
(1 Timotius 2:11-12)

Latar Belakang

Surat Paulus ditulis kepada Timotius di Efesus pada sekitar tahun 65 M. Paulus menulis surat ini ketika ia berada di Korintus. Tidak ada masalah-masalah khusus di Efesus. Surat ini bertujuan untuk menasihati, mendorong dan memberikan pengarahan kepada Timotius mengenai beberapa urusan dan persoalan di gereja. Efesus adalah kota pelabuhan di mulut sungai Cayster, di pantai Barat Asia Kecil, sekarang dikenal sebagai Turki. Di sana terdapat kuil yang dipersembahkan untuk Dewi Artemis.

Perundang-undangan setelah pembuangan meletakkan lebih banyak larangan atas perempuan. Mereka tidak lagi diijinkan untuk beribadah bersama laki-laki. Kesaksian mereka tidak diterima di pengadilan dan mereka tidak boleh mengajarkan Torah. Pada zaman PB ada beberapa perubahan. Tetapi ada bukti dalam Yudaisme setelah 70 M, laki-laki Yahudi masih bersyukur kepada Allah bahwa mereka tidak dilahirkan sebagai perempuan. Dalam Gal. 3:28 Paulus menyatakan persamaan rohani antara perempuan dan laki-laki dalam hubungan dengan Yesus. Namun peranan yang ditetapkan Allah bagi mereka dalam pernikahan jelas berbeda (Ef. 5:22-23).

Posisi Perempuan Pada Waktu Itu

Paulus menasihatkan agar perempuan berdandan dengan pantas dan sopan, dan jangan berkepang-kepang dengan perhiasan dan pakaian yang mahal (ay. 9). Kata “pantas” (Yun. aidos) mengandung arti merasa malu bila menampakkan bagian tubuh. Tulisan ini memberi gambaran bagaimana sikap para perempuan Efesus pada waktu itu sehingga Paulus merasa perlu memberikan nasihat yang demikian.

Ayat 13 merupakan argumentasi Paulus untuk tanggung jawab laki-laki sebagai pimpinan dan pembina rohani baik di rumah maupun di gereja (lih. Ef. 5:23), didasarkan pada maksud Allah dalam penciptaan. Allah menciptakan laki-laki dahulu agar memimpin dan mengatur keluarga. Perempuan diciptakan kemudian sebagai pendamping dan penolong laki-laki (Kej. 2:18).

Ayat 14 merupakan argumentasi Paulus didasarkan pada akibat yang merusak setelah Adam dan Hawa mengabaikan larangan Allah. Hawa bertindak terlepas dari Adam (tidak tunduk kepada suami) dan Adam mengabaikan tanggung jawab sebagai pemimpin di bawah Allah dengan menyetujui ketidaktaatan Hawa.

Dalam kondisi perempuan yang demikian, yang jauh dari peran bagaimana seharusnya seorang istri dan ibu, maka Paulus melarang perempuan untuk mengajar dan memerintah laki-laki. Sebaliknya dia menasihati agar perempuan hidup dalam kepatuhan kepada suami (ay. 11) dan kesederhanaan (ay.15).

Pendapat Saya Sekarang

Perempuan boleh mengajarkan kebenaran firman Allah di gereja maupun di rumah. Pemberitaan Injil dan tugas pelayanan adalah tanggung jawab semua orang baik laki-laki maupun perempuan. Yesus sendiri sangat menghargai pelayanan perempuan, contohnya, Martha dan Maria, saudara Lazarus. Yesus juga memakai perempuan untuk menjadi saksi tentang diri-Nya (kisah perempuan Samaria di Yoh. 4). Kesimpulannya, perempuan boleh mengajar tetapi perannya sebagai istri yang patuh kepada suami sebagai pemimpin keluarga harus tetap dijalankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar