BAHAN PEMAHAMAN ALKITAB
Yakobus 1:2-3
PENCOBAAN
2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, 3 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.
Dalam bahasa Yunani kata ujian diterjemahkan
dari kata dokimion (kata benda) yang artinya sebuah ujian, percobaan dan apa
yang asli. Kata ini juga berarti yang ditemukan dan disetujui asli setelah
pengujian dengan fokus pada hasil yang tak terhindarkan atau pembuktian. Dari
kata sifat dokimos atau dexomai yang artinya diterima dengan benar keasliannya
setelah lolos atau lulus ujian. Dapat divalidasi atau dinyatakan sah; benar;
sempurna; tiada cela (dusta, palsu); sesuai dengan hukum/peraturan. Dapat
diverifikasi atau diperiksa tentang kebenaran laporan dan pernyataannya. Kata
ini berasal dari kata dasar dokimazo dan dokime, kata yang digunakan untuk
membuktikan (menguji, memeriksa, meneliti) dan mengkorfimasi (menyetujui dan
menganggap layak) keaslian sesuatu. Kata itu semua berasal dari akar kata dokeo
yang artinya menganggap dan menyatakan benar.
Sementara kata pencobaan diterjemahkan dari
kata Yunani peirasmois yang artinya uji coba atau coba-coba. Kata ini berasal
dari kata peirasmos yang artinya percobaan, godaan, masa percobaan, pengujian,
dicobai, dan musibah atau penderitaan. Kata ini ada di antara godaan atau
ujian, tergantung konteksnya (bdk. Kej. 4:7, Rm. 12:17-18). Jika itu perasaan
positif, maka disebut ujian dan jika perasaan negatif maka itu godaan. Jika itu
positif, maka ini adalah ujian atas kesetiaan, integritas, kebajikan atau
keteguhan seseorang. Secara umum kata ini berarti percobaan dan membuktikan
karakter dan ketabahan iman seseorang melalui kesulitan dan kesengsaraan.
Kata ini berasal dari kata dasar peirazo yang
artinya untuk membuktikan, mencoba, menguji dan menggoda. Kata ini diartikan
menggoda (arti negatif, bdk. Mat. 16:1, 19:3, 22:18, 35, Mrk. 8:11, 10:2,
12:15, Luk. 11:16, Yoh. 8:6, Yak. 1:13, 14). Kata ini diartikan menguji (arti
positif, bdk. Mat. 4:1, Luk. 22:28, 1Kor. 10:13 dan Yak. 1:12)
Memperhatikan perikop Yakobus 1:2-3, pengertian
tersebut menolong kita untuk memahami bahwa ada sebuah kebahagiaan jika
seseorang jatuh (peripesete = mungkin jatuh ke dalam, dari kata peripipto =
jatuh ke tengah-tengah, terlibat dalam, benar-benar dikelilingi oleh) ke dalam
berbagai pencobaan (peirazo). Mengapa disebut bahagia? Karena jika dapat melihat
pencobaan itu dari perasaan atau sudut pandang positif, maka itu adalah sebuah
ujian (dokime) dan bukan godaan. Lebih tepat melihat hal itu dari sudut pandang
iman sehingga menjadi ujian iman. Ujian atas iman ini menghasilkan
(memproduksi) ketekunan (daya tahan, ketabahan dan kesabaran, bdk. Roma 5:3-4
dan 2Ptr. 1:5-8).
Dalam rangka membedakan peirazo sebagai godaan
dan ujian dibutuhkan hikmat (sophias, sophia) yaitu kebijaksanaan, wawasan,
keterampilan dan kecerdasan yang dari Allah (bdk. Dan. 1:4). Hikmah itu
bersumber bukan hanya dari pengalaman iman tetapi juga ketajaman membedakan apa
yang baik dan yang jahat (bdk. Rm. 12:2). Hikmat yang lahir dan bersumber dari
hidup yang saleh di hadapan Allah pendamai, peramah, penurut, penuh belas
kasihan, dan buah-buah yang baik [bdk. Gal. 5:22-23], tidak memihak dan tidak
munafik [3:17]) serta yang tidak lahir dari nafsu manusia, dari setan-setan,
dari iri hati, dari mementingkan diri sendiri dan dari dusta (bdk. 3:14-16).
Hikmah yang dimaksud adalah hikmat yang ada dalam Kristus Yesus (bdk. 1 Kor.
1:30-31, 2 Korintus 13:5).
Karena ini adalah ujian iman, maka selain
melihat hal itu dari sudut pandang iman, dibutuhkan hikmah dari Allah yang
murah hati dengan cara meminta hal itu dengan iman, dengan kesungguhan dan
tidak dalam kebimbangan.
DISKUSI:
1. 1. Jika
penulis surat Yakobus menganggap sebuah kebahagiaan jika jatuh ke dalam
berbagai-bagai pencobaan, bagaimana perasaan Saudara? Ceritakanlah pengalaman Saudara
sendiri!
2. Bagaimana membedakan peirazo sebagai godaan dan peirazo sebagai ujian? Berikanlah contoh nyata yang pernah Saudara alami atau Saudara lihat melalui pengalaman orang lain!
3. Berdasarkan pengalaman dan cara pandang Saudara, apa yang membuat Saudara menjadi tekun dan mengalami kematangan iman? (Iman yang matang = dewasa, bdk. Ef. 4:12-15, 1 Korintus 13:11-12 dan Ibrani 5:12-14).