SEKARANG SUKA CITAKU PENUH
Yohanes
16:20
Oleh Niken Nababan
disampaikan dalam Ibadah
Paskah PMK Fakultas Peternakan UGM bersama anak-anak Panti Asuhan Griya Kasih Victory,
Kalasan, Yogyakarta, 28 April 2013
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi
dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah
menjadi sukacita.
PENDAHULUAN
Siapakah orang di dunia
ini yang tidak pernah menangis dan meratap? Jawabannya sudah pasti, tidak ada
seorang pun di dunia ini yang belum pernah menangis dan meratap, kecuali dalam
kondisi khusus, misalnya lahir cacat atau karena suatu penyakit. Setiap kita mempunyai
jiwa dan roh yang bisa mengalami bermacam-macam perasaan. Setiap kita pasti
pernah menghadapi situasi yang membuat kita bersedih sehingga kita menangis dan
meratap. Ayub mengalami situasi ini ketika musibah menimpanya. Nabi Elia juga
meratap ketika takut akan ancaman
musuhnya dan merasa tidak sanggup menghadapinya. Yeremia bahkan disebut sebagai
nabi peratap karena kesedihannya yang begitu mendalam melihat kerusakan moral
bangsa Israel. Nehemia menangis dan berkabung selama beberapa hari ketika
mendengar keruntuhan Yerusalem. Dan masih banyak lagi tokoh yang lain dalam
Alkitab. Tetapi semua tangisan dan ratapan itu berubah menjadi kelegaan dan
sukacita yang tak terhingga bukan hanya setelah mereka melewati penderitaan itu
melainkan juga di saat mereka masih mengalami penderitaa. Mengapa demikian?
Karena mereka hidup di dalam Tuhan.
DUKACITA
DI DALAM TUHAN
Apa arti dukacita di dalam Tuhan? Apakah berbeda jika dukacita
kita tidak di dalam Tuhan? Jika memang berbeda, lalu apa bedanya? Mari kita
perhatikan Yohanes 16:21, Seorang
perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan
anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa
seorang manusia telah dilahirkan ke dunia. Ayat ini menggambarkan bagaimana
seorang perempuan mengalami dukacita saat melahirkan. Seorang ibu yang mau
melahirkan anak mengalami kesakitan luar biasa yang tak bisa diceritakan secara
detail. Bahkan ada pepatah Jawa yang menggambarkan kesakitan seorang ibu ini
sebagai “sewu lara dadi siji” yang
artinya “seribu sakit menjadi satu”. Tak terbayangkan lagi bagaimana sakitnya
itu. Tapi hanya sedetik setelah bayi itu keluar dari perutnya, rasa sakit yang
luar biasa itu hilang seketika itu juga, digantikan oleh rasa gembira dan
syukur yang luar biasa besar.
Tuhan
Yesus begitu tepat dan cermat sekali dalam membuat perumpamaan untuk
menggambarkan apa artinya menangis dan meratap di dalam Tuhan. Kita tidak perlu
malu untuk menangis ketika kita sedang mengalami kesedihan. Mungkin kita sedang
menghadapi masalah atau berada dalam masa-masa sulit yang membuat kita harus
menangis dan meratap, itu adalah hal yang wajar. Yesus memberikan
jawabannya kepada kita. Kesedihan, air mata, dan dukacita merupakan hal yang
umum bagi setiap orang di dunia ini, bahkan bagi Yesus. Yohanes mencatat
peristiwa Yesus menangis ketika Lazarus, sahabatnya, meninggal. ‘Ketika Yesus melihat Maria menangis dan
juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya.
Ia sangat terharu dan berkata: "Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab
mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!" Maka menangislah Yesus.’ (Yohanes
11:33-35).
Yesus juga
menangis ketika melihat betapa umat Yerusalem telah begitu dalam terjerumus
dalam dosa. ‘Dan ketika Yesus telah dekat
dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: "Wahai, betapa baiknya
jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu!
Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu...”’ (Lukas 19:41-42). Air
mata yang begitu saja mengalir ke luar menunjukkan bahwa menangis adalah hal
yang wajar bagi setiap orang. Dalam
keadaan kita sedang menderita, Yesus memberikan pengharapan bahwa semua
kesedihan akan berakhir dengan sukacita jika kita tetap memegang teguh iman
kita kepada-Nya dengan membawa seluruh kesedihan kita kepada-Nya, bukan malah
menghindar dari-Nya. ‘Demikian juga kamu sekarang
diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira
dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.’
(Yohanes 16:22). Alkitab telah mencatat hal baik yang akan kita terima jika
kita menangis dan meratap di dalam Tuhan.
·
Yesus mengatakan bahwa orang yang berdukacita itu
berbahagia. Tentu saja tidak akan terjadi pada semua orang tetapi hanya bagi
orang-orang yang percaya dan menyerahkan hidupnya sepenuhnya kepada Yesus. Disebut
oleh Tuhan Yesus sebagai orang yang berbahagia, karena Allah akan memberikan
penghiburan kepadanya dengan sukacita ilahi yang sejati, bukan dengan sukacita
ala dunia yang mudah sirna dan mengecewakan. ‘Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.’ (Matius
5:4).
·
Tuhan Yesus menjanjikan penghiburan bagi mereka yang
menangis di dalam Tuhan. Penderitaan kita hanya sementara dan
akan berlalu tetapi penghiburan Tuhan adalah tidak terbatas, tersedia setiap
waktu, tidak pernah habis, dan tidak bisa hancur. “Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam
kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan
penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita,” (2 Thessalonians 2:16).
·
Yesus membuka tangan-Nya lebar-lebar untuk menyambut
setiap orang yang datang kepada-Nya menyerahkan segala permasalahan hidupnya.
Namun kita harus sepenuh hati membiarkan Tuhan berkarya dalam hidup kita. Tuhan
tidak dengan serta-merta mengangkat semua beban kita melainkan memberikan
kekuatan kepada kita untuk memikulnya bersama-sama dengan Dia. Seringkali Tuhan
mengijinkan kita mengalami penderitaan sebagai ujian keteguhan iman kita
kepada-Nya ‘Marilah kepada-Ku, semua yang
letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk
yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati
dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan
beban-Kupun ringan."’ (Matius 11:28-30).
·
Menderita sebagai pengikut Kristus adalah kasih
karunia. Hal ini dinyatakan oleh Petrus dalam suratnya yang pertama., ‘Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu
menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan
karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.’
(1 Petrus 2:20). Penderitaan karena
iman kepada Kristus adalah panggilan Allah bagi semua orang
Kristen. Allah memanggil kita untuk hidup kudus (1:15), untuk bertumbuh (2:2),
untuk menjadi saksi dan terang bagi orang lain (2:9), mengikut Yesus dalam
penderitaan yang tidak adil (2:21-24), dan untuk menerima berkat dari kasih
yang tidak membalas (3:9), dan kepada kemuliaan Kristus (5:10). Panggilan
ini berlaku dari dahulu, sekarang, dan sampai pada masa yang akan datang.
·
Rasul Paulus dapat merasakan kasih
karunia Allah yang besar justru di dalam kelemahannya. “Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan,
di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus.
Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” (2 Korintus 12:10).
CARA BERSERAH KEPADA TUHAN
·
Berdoa
·
Membaca Alkitab
·
Saat Teduh setiap hari
·
Ke Gereja
·
Ke pertemuan-pertemuan ibadah atau persekutuan
Sebagai manusia kita boleh
saja mengatasi kesedihan kita dengan rekreasi, curhat ke teman, saudara, atau
pembimbing rohani, namun penghiburan itu hanya sesaat dan terbatas. Maka yang
terutama, segenap hidup kita harus diserahkan sepenuhnya kepada Tuhan, bukan
setengah-setengah. Bersama Tuhan kita akan kuat dan diberi kesanggupan untuk
melewati berbagai perkara yang terjadi dalam kehidupan kita. Meski seumur hidup
kita akan terus menghadapi masalah, namun kita tetap bersukacita karena
kemenangan demi kemenangan yang kita peroleh. Dukacita kitapun berubah menjadi
sukacita.
Penyerahan diri kepada
Tuhan inipun harus merupakan penyerahan diri yang hidup. Artinya, penyerahan
diri dengan perjuangan yang nyata dalam menjalani kehidupan kita. Contohnya,
kita sudah rajin belajar tapi nilai ujiannya tetap buruk. Pertama yang
dilakukan adalah bersyukur dan menyadari bahwa pencobaan yang kita alami adalah
hal biasa, jauh lebih ringan dibandingkan penderitaan Tuhan Yesus. Kedua,
datang kepada-Nya bukan berarti hari-hari hanya dipenuhi dengan doa, baca
Alkitab, dan ke Gereja saja, melainkan kita juga harus belajar lebih keras lagi
dengan usaha yang paling maksimal. Rasul Yakobus menyatakan dalam suratnya, “Demikian juga halnya dengan iman: Jika
iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”
(Yakobus 2:17).
SEKARANG SUKACITAKU PENUH
Yesus
tahu bahwa waktunya tidak akan lama lagi tinggal di bumi bersama-sama dengan
murid-murid-Nya. Yesus sangat mengasihi murid-murid-Nya dan memberitahukan
bahwa Ia akan meninggalkan mereka. Kepergian-Nya akan membawa dampak yang
sangat tidak menyenangkan bagi murid-murid-Nya. Yesus tahu bahwa Murid-murid-Nya
akan menangis, meratap, dan berdukacita karena kehilangan Yesus, tetapi
di lain pihak orang-orang Yahudi akan bergembira karena mengira kematian Yesus
adalah kemenangan bagi mereka. Karena itulah Yesus memberikan penguatan kepada
murid-murid-Nya supaya berani menghadapi kematian Yesus dan penderitaan yang
akan mereka alami. Yesus meneguhkan murid-murid-Nya agar mempunyai keyakinan
dan pengharapan penuh bahwa kematian-Nya di kayu salib akan memberikan sukacita
yang besar bagi orang-orang yang menerima-Nya karena hanya dengan cara itu
manusia dapat diselamatkan dari dosa. Seluruh dukacita akan berubah menjadi
sukacita bagi murid-murid Yesus dan bagi setiap orang yang menerima dan percaya
bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat manusia.
Penyertaan
Tuhan kepada kita tidaklah setengah-setengah, maka sukacita yang kita terima
juga tidak setengah-setengah. Tuhan memberikan sukacita yang penuh kepada
setiap orang yang datang dan meminta kepada-Nya. “Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.”
(Yohanes 16:24b). Yang Tuhan kerjakan ini bukanlah hanya menyelesaikan
persoalan kehidupan kita di dunia ini saja tetapi juga persoalan yang jauh
lebih besar dari pada itu yaitu kehidupan sesudah kita mati. Puncak pekerjaan
Yesus di dunia ini adalah kerelaan-Nya mati di kayu salib untuk menggantikan
kita yang seharusnya menerima hukuman kekal. Maka sukacita kitapun penuh karena
Tuhan telah menyediakan tempat di surga bagi kita yang percaya kepada Kristus.
PENUTUP
Segala
yang ada di dunia ini hanya sesaat saja. Kita lahir sesaat, hidup sesaat dan
matipun sesaat, namun hanya ada satu kepastian untuk keabadian, Dia-lah Yesus
Kristus Tuhan kita yang telah mengalahkan dukacita itu dalam waktu sesaat dan
merubahnya menjadi sukacita yang abadi. Yesus menjanjikan sukacita kepada kita
setelah mengalami kesedihan karena Ia setia mengasihi dunia. Kita tidak perlu
takut dan gentar karena apapun pergumulan kita Yesus dapat menggantikannya
dengan sukacita asal kita percaya dan menyerahkan hidup kita sepenuhnya ke
dalam tangan-Nya. Penderitaan dan kedukaan bisa kita alami kapan saja. Dunia
banyak menawarkan penghiburan, tapi semua itu hanya sesaat. Dunia juga bisa
menawarkan keselamatan, tapi semuanya hanya semu dan akan cepat berakhir. Hanya
Tuhanlah Penghibur sejati dan Pemberi keselamatan kekal. Mari datang kepada
Tuhan dan Ia siap menyambut kita dengan kasih-Nya yang kekal. Amin.
Catatan
Kecil:
Terharu hati saya melihat anak-anak Panti
Asuhan Griya Kasih Victory yang tetap bersukacita dan bersemangat meskipun
hidup di dalam keterbatasan. Mereka bersemangat memuji Tuhan, serius dalam
mengikuti ibadah, dan hafal ayat-ayat Alkitab. Nampaknya mereka telah diajar
dengan sangat baik oleh para pengurus panti untuk hidup mendekat kepada Tuhan.
Waktu yang singkat itu telah mengajarkan kepada saya untuk tidak menyia-nyiakan
karunia yang telah diberikan Tuhan. Rindu berbagi lagi dengan mereka.