PERTUMBUHAN KARAKTER DALAM KTB
Oleh:
Niken Nababan
(Week End PKTB/CPKTB PMKT, 9-10 Juni 2012)
(Week End PKTB/CPKTB PMKT, 9-10 Juni 2012)
Anggota sebuah Kelompok
Kecil, atau juga dikenal sebagai Kelompok Tumbuh Bersama (KTB), terdiri dari
bermacam-macam pribadi yang berbeda satu sama lain. Setiap orang yang mau masuk
ke sebuah KTB, memiliki motivasi, harapan, latar belakang, dan karakter yang berbeda-beda.
Sebagai pemimpin KTB (PKTB), menjadi tugas kita untuk mempersatukan semua
perbedaan tersebut, sehingga setiap anggota KTB (AKTB) dapat memiliki visi dan
misi yang sama bagi kelompoknya. Lalu bagaimana caranya kita dapat merubah para
anggota dari pribadi yang bermacam-macam menjadi satu kelompok yang
bersatu-padu?
Seperti halnya manusia bertumbuh dari masa bayi ke masa
kanak-kanak, lalu ke masa remaja, kemudian ke masa dewasa, dan akhirnya ke masa
tua, demikian juga suatu KTB haruslah mengalami proses pertumbuhan. Untuk dapat
bertumbuh menjadi dewasa, maka PKTB perlu memahami keberadaan masing-masing
AKTBnya. Selain dalam kelompok, PKTB perlu memiliki hubungan pribadi
dengan AKTB agar dapat memahami perasaannya, harapannya, karakternya, masalah
yang dihadapinya, dan sebagainya. Pertumbuhan KTB sangat dipengaruhi oleh
pertumbuhan AKTB.
Pertanyaan penting yang berkaitan dengan pertumbuhan adalah: Apa
yang dimaksud dengan “menjadi dewasa”?
Ada beberapa jenis kedewasaan.:
·
Kedewasaan fisik:
memiliki tubuh yang berkembang sehat.
·
Kedewasaan intelektual:
memiliki pemikiran yang terlatih dan cara pandang yang selaras.
·
Kedewasaan moral: tahu
membedakan mana yang baik dan mana yang jahat.
·
Kedewasaan emosional:
memiliki kepribadian yang seimbang, sanggup untuk mengembangkan relasi-relasi
dan melaksanakan tanggung jawab.
·
Kedewasaan rohani:
kedewasaan di dalam Kristus; memiliki hubungan yang dewasa dengan Kristus.
Paulus menuliskan tentang kedewasaan Kristen dalam Kolose 1:28-29,
”Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan
tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang
kepada kesempurnaan dalam Kristus. Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan
dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam
aku.”
Ada “di dalam Kristus” bukanlah seperti perabot yang ada di dalam
rumah kita, atau dompet yang ada di dalam saku baju kita, melainkan seperti
ranting yang melekat pada pokok anggur, atau otot-otot yang ada dalam tubuh
manusia. Dengan demikian, “di dalam Kristus” berarti terhubung dengan Kristus
secara personal, secara vital, dan secara organis. Dalam pengertian ini maka
menjadi dewasa berarti memiliki sebuah hubungan yang dewasa dengan Kristus
dalam penyembahan, iman, kasih, dan ketaatan kita kepada-Nya.
Kedewasaan diterjemahkan dari kata “kesempurnaan” (Yun. teleios), kata yang sama tertulis dalam
Ibrani 7:11 dan 12:2, mempunyai makna pencapaian sebuah tahapan yang paling
puncak, utuh, menyeluruh. Maka seseorang yang memiliki hubungan yang dewasa
dengan Kristus berarti telah menjadikan Kristus sebagai Imam yang abadi
seutuhnya atas hidupnya untuk selama-lamanya. Hal itu bisa terjadi jika ia
bersedia menjadi murid Kristus yang mau diajar dan dibentuk menjadi serupa
dengan-Nya. Pemuridan adalah satu-satunya yang dikerjakan oleh Yesus untuk
menyatakan misi Allah bagi dunia.
Model Pemuridan Yesus
KTB adalah model pemuridan yang meneladani Tuhan Yesus. Secara
etimologis, definisi dari murid adalah “pembelajar”. Pemahaman cultural
sebagaimana yang ada pada abad pertama tentang murid adalah seorang “pengikut”.
Definisi yang lain berfokus pada karakter dan perilaku. Menjadi murid Kristus
berarti bersedia melakukan lima hal berikut:
1. Menaklukkan diri untuk mengikuti ajaran Yesus.
2. Mempelajari firman Yesus.
3. Mempelajari bagaimana Yesus melayani.
4. Mencontoh hidup dan karakter Yesus.
5. Mencari dan mengajar murid-murid lain bagi
Yesus.
Yesus memanggil kita untuk hidup dengan cara yang berbeda,
melangkah keluar dari status quo, dan
masuk ke dalam hidup yang Dia rencanakan bagi kita dalam kekekalan, yaitu hidup
yang telah disediakan-Nya lewat karya kayu salib. Lukas 9:23 menulis, Kata-Nya
kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku”. Iman
tidak sekedar percaya di dalam kepala bahwa Yesus adalah Kristus melainkan
harus dibuktikan dengan mengikuti-Nya. Dietrich Bonhoeffer berkata,
“Kekristenan tanpa pemuridan adalah Kekristenan tanpa Kristus”.
Transformasi Dalam Pemuridan
Menjadi murid Kristus harus mengalami proses pertumbuhan. Di dalam
proses pertumbuhan tentu terjadi perubahan atau transformasi. Tuhan menggunakan
Firman, hubungan dengan sesama, dan segala keadaan sebagai kombinasi yang kuat
untuk membentuk kita. Sementara keadaan jasmani kita berubah, Tuhan juga
bekerja dalam hidup kita untuk membentuk kehendak kedagingan kita menjadi
tunduk pada kehendak-Nya (Fil. 2:13). Apa yang kita inginkan saat ini, pasti
berbeda dengan apa yang kita inginkan lima tahun yang lalu. Inilah bukti bahwa
Tuhan telah mengubah kehendak kita seiring dengan makin dalam dan eratnya
hubungan kita dengan Tuhan. Maka sangat penting bagi PKTB untuk memperhatikan
setiap anggotanya agar terjadi perubahan pribadi atau transformasi seperti yang
dikehendaki-Nya.
Bill Hull dalam buku Choose The life menulis lima jenis
transformasi yang harus terjadi dalam pemuridan.
1. Transformasi pikiran:
percaya apa yang Yesus percayai, artinya meyakini bahwa hidup yang
digambarkan-Nya dalam Khotbah di Bukit bisa dijalani saat ini juga (Mat. 5-7).
2. Transformasi karakter:
bersedia diubahkan menjadi serupa dengan gambar-Nya, yaitu memancarkan karakter
Yesus dan mempengaruhi orang-orang di sekitar kita dengan cara yang sama
sebagaimana Yesus mempengaruhi orang-orang di sekitar-Nya (Fil. 2:5-8).
3. Transformasi hubungan:
mengasihi orang lain seperti Yesus mengasihi; ”supaya kamu saling mengasihi,
seperti Aku telah mengasihi kamu.” (Yoh. 15:12).
4. Transformasi pelayanan:
melayani dengan kerendahan hati dan penaklukan diri; ”Sama seperti Anak
Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mat. 20:28).
5. Transformasi
kepemimpinan: meniru model kepemimpinan Yesus, artinya mengambil peran sebagai
pelayan yang mengorbankan segalanya dan menerima dengan rela untuk tidak
dianggap penting oleh sekitarnya.
Transformasi Karakter dalam KTB
Karakter adalah salah satu bagian yang harus dibangun agar terjadi
perubahan menuju ke arah serupa dengan karakter Yesus. Untuk dapat membangun
karakter kita harus memahami terlebih dahulu tentang apa yang dimaksud dengan
karakter.
Definisi karakter
menurut English Dictionary:
·
Karakter adalah suatu
kualitas yang dimiliki oleh seseorang yang membedakan dirinya dengan orang
lain.
·
Kepribadian
(personality) adalah seluruh karakter dan sifat alami yang dimiliki oleh
seseorang.
Definisi karakter menurut Merriam Webster Online Dictionary:
·
Etymology:
Inggris: character; Latin: character mark, distinctive quality; Yunani: charaktēr.
·
Karakter berasal dari
kata benda Charassa yang berarti sebuah tukikan, lekukan, penajaman,
penggoresan atau penulisan diatas batu. Semula digunakan sebagai tanda dimana
satu hal terpisah dari yang lain.
· Attributes or
features: atribut
atau fitur yang membentuk dan membedakan individu satu dengan lainnya atau kelompok satu dengan lainnya (menyangkut
masalah etnik atau suku dan bangsa).
·
Nature : sosok asli,
sifat utama yang menandai seseorang secara menonjol.
·
Quality : kualitas diri
kita, karakteristik yang khas.
·
Temperament : perangai,
tabiat, watak
·
Inner Personality :
kepribadian dalam diri kita
·
Disposition :
kecenderungan kita, keunggulan moral
·
Spirit : hasrat,
keinginan , kehendak, keteguhan
Psikolog Lawrence Pervin mendefinisikan karakter moral sebagai
"disposisi untuk mengekspresikan perilaku dalam pola yang konsisten di
berbagai situasi."
Melalui berbagai
definisi tersebut maka dapat kita simpulkan, karakter berarti adalah
kualitas/watak yang dimiliki seseorang sehingga dapat membedakan dirinya dengan
orang lain. Lebih dalam lagi, pengertian karakter adalah jumlah keseluruhan
dari sisi positif dan negatif dalam kehidupan seseorang yang diwakilli oleh
pemikiran, nilai, motivasi, sikap, perasaan dan tindakan.
Karakter merupakan
gabungan dari “pembawaan lahir” atau “temperamen" yang kita dapatkan dari
orang tua (factor genetic) dan lingkungan kita, yang secara tidak sadar dapat
mempengaruhi seluruh perbuatan, perasaan, dan pikiran kita.
Karakter Kristen adalah kualitas yang dimiliki oleh seorang
Kristen yang mencerminkan dan memancarkan kemuliaan Kristus di dalam dirinya.
Membentuk karakter Kristen berarti membentuk seseorang untuk memiliki
kualitas/watak Kristus dengan cara menjadi serupa dengan Kristus dan meneladani
Kristus dalam hidupnya, serta hidup sesuai dengan kebenaran Alkitab.
Setiap
manusia pasti mempunyai karakter yang berbeda dengan yang lain. Manusia sebagai
makhluk individu-sosialis mempunyai karakter sosial yang kuat berbeda dengan
makhluk-makhluk hidup lainnya. Seorang pemimpin KTB
bertanggungjawab untuk mengembangkan dan membentuk karakter Kristen di dalam
diri anggota-anggotanya sebagai seorang pribadi, serta memadukan berbagai
karakter anggotanya tersebut sehingga menjadikan sebuah KTB yang harmonis.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui dalam mengembangkan karakter adalah:
a. Mengembangkan apa yang
ada padanya, tetapi tidak memaksakan apa yang tidak ada padanya.
b.
Setiap anggota memiliki
potensi yang sama untuk berkembang dan terus-menerus bertumbuh.
c.
Setiap anggota
memerlukan keyakinan diri untuk berkembang.
d.
Menyerahkan setiap
anggota pada kuasa Tuhan Yesus .
e.
Pemimpin perlu memiliki
kasih, kesucian, kebajikan, keadilan, keberanian, kedisiplinan dan sebagainya.
Penyelarasan Karakter dalam Kelompok
Telah disebutkan di atas bahwa setiap anggota KTB pasti memiliki
karakter yang berbeda satu sama lain. Untuk menjalin hubungan yang harmonis
dalam KTB, pemimpin KTB harus menumbuhkan persahabatan di antara AKTB dengan
cara menyelaraskan karakter anggota satu dengan lainnya. Karakter tentu saja
tidak bisa disamakan melainkan dipadukan atau diselaraskan. Semua dimulai dari
pemimpin yang harus menyelaraskan karakternya sendiri dengan karakter semua
anggotanya, lalu menyelaraskan seluruh karakter anggotanya. Bagaimana
caranya? Mari kita bandingkan dua gambar di bawah ini. Seperti apa posisi kita
agar dapat menyelaraskan semua karakter dalam kelompok kita? Jika kita sudah menjadi
pemimpin KTB, mari kita periksa diri kita bagaimana kita memposisikan diri
selama ini sebagai pempimpin KTB?
Apakah sebagai pemimpin yang menjalankan program, yang penting
maju ke depan tanpa melihat kondisi anggotanya dan menempatkan diri lebih
tinggi dari anggotanya?
Ataukah sebagai pemimpin yang menempatkan diri sama dengan
anggotanya dan selalu memperhatikan kondisi setiap anggota?
Memimpin KTB bukanlah sekedar menjalankan kegiatan bersama, atau
mengembangkan teknik-teknik hubungan antar personal, melainkan memberikan diri
dan hati untuk menjadi berkat bagi anggota-anggotanya. David G. Benner dalam
buku Sacred Companion (Sahabat Kudus) menulis, ”Persahabatan rohani adalah
menjadi berkat dengan memberi keramahan, kehadiran, dan dialog”. Dengan
demikian, sangat jelas bahwa pemimpin KTB harus memposisikan diri seperti pada
Gambar A. Kita diciptakan untuk satu sama lain. Tidak ada seorangpun yang dapat
hidup sendirian, bahkan jika ia seorang yang sangat tertutup sekalipun. Orang
membutuhkan relasi dengan orang lain. Namun membuat relasi itu harmonis,
apalagi membuatnya bertumbuh, kenyataannya sangat sukar dilakukan. Pemimpin
bukan hanya bertanggungjawab menjadikan KTB yang harmonis, melainkan juga harus
menjadikan KTB yang bertumbuh.
Cara Menumbuhkan Kepekaan Terhadap Karakter AKTB
Menemukan
dan Membentuk karakter diri
Instropeksi dan penggalian diri merupakan suatu syarat utama di
dalam membentuk karakter Kristen dalam diri sendiri. Seseorang yang hanya bisa
melihat orang lain dan tidak menggali dirinya sendiri tidak akan pernah
memiliki karakter yang agung. Jika kita bisa mengetahui kelemahan kita sendiri
dan bukan kelemahan orang lain, maka kita bisa menghindarkan diri dari berbagai
kesalahan. Seorang pemimpin KTB tidak mungkin dapat membangun karakter
anggota-anggotanya tanpa mengenal karakter dirinya sendiri.
Langkah-langkah untuk menumbuhkan karakter ke arah Kristus:
1. Penemuan diri
Pemimpin yang tidak mengenal dirinya sendiri,
tidak mungkin bisa menumbuhkan karakter secara sehat di hadapan Tuhan, baik
bagi dirinya maupun bagi anggotanya.
2. Penghargaan diri
Pemimpin yang tidak menghargai diri sendiri
tidak mungkin bisa bertumbuh dengan sehat, apalagi menolong anggotanya
bertumbuh.
3. Kepercayaan diri
Setelah mengenal dirinya, pemimpin harus
memiliki kepercayaan diri yang kuat untuk berkembang di atas dasar iman kepada
Yesus.
4. Pengembangan diri
Pemimpin harus tekun melatih diri untuk
pertumbuhan pribadinya dan menjadi teladan yang memotivasi pertumbuhan
anggotanya.
Mengasihi
seperti Yesus mengasihi
Yesus memerintahkan,
“Kasihilah seorang akan yang lain sama seperti Aku mengasihi kamu”. Jika
Yesus mengasihi orang lain, maka kita sebagai pengikut-Nyapun harus mengasihi
orang lain. Kristus ada demi kita. Maka kita sebagai pemimpin KTBpun ada demi
anggota-anggota KTB, bukan untuk memuaskan keinginan kita sendiri.
Paulus menghidupi perintah Yesus dan mengajarkannya kepada Timotius,
anak bimbingnya. “Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku,
pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku. Engkau telah ikut
menderita penganiayaan dan sengsara seperti yang telah kuderita di Antiokhia
dan di Ikonium dan di Listra. Semua penganiayaan itu kuderita dan Tuhan telah
melepaskan aku dari padanya. Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada
kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat
orang yang telah mengajarkannya kepadamu.” (2 Tim. 10-11, 14)
Ayat-ayat di atas menunjukkan adanya sebuah jalinan relasi, yaitu
mengerjakan pekerjaan bersama-sama, meluangkan waktu bersama-sama, mengenal
satu sama lain dengan akrab, dan belajar bersama-sama untuk semakin teguh dalam
iman. Inilah perwujudan kasih yang Yesus inginkan, bukan sekedar ada, melainkan
hidup di dalam sebuah KTB. Pemimpin KTB harus menghidupi kasih Yesus dan
menghidupkan kasih itu dalam KTB. Perwujudan kasih yang dapat dilakukan
pemimpin KTB terhadap AKTB adalah:
o
Memberikan diri bagi
AKTB.
o
Menyediakan waktu luang.
o
Mau mendengar.
o
Mendoakan secara
teratur.
o
Mengajar dan melatih
AKTB.
Menaklukkan
diri untuk menerima orang lain
”Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan
perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa
Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil
rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Fil. 2:5-7).
Kalimat “menaruh pikiran” berasal dari kata phroneo (Yun), artinya “punyailah pikiran”; “bersikaplah”; let be (mentally) disposed . Dalam
bahasa aslinya, ayat ini merupakan perintah, bukan saran atau anjuran. Paulus
mengajar kita untuk menjadi pribadi yang tidak menuntut pengakuan dari orang
lain; menjadi orang yang rela untuk dianggap tidak penting; atau dengan kata
lain, mau merendahkan diri dan rela untuk diperlakukan tidak sebagaimana yang
kita inginkan. Dengan sikap demikian seorang pemimpin KTB akan mampu menerima
karakter apapun yang dipunyai anggota KTBnya dan lebih mudah untuk mendorong
anggota-anggotanya bertumbuh.
Yesus telah mengosongkan diri-Nya, artinya Dia tidak menganggap
popularitas-Nya pada saat itu sebagai hal yang penting untuk diperhitungkan.
Yesus punya hak untuk berkuasa atas manusia namun tidak dipergunakan-Nya.
Justru Dia merendahkan diri menjadi orang yang paling rendah di antara semua
orang. Yesus meminta seorang pemimpin harus mau mengorbankan haknya untuk
melayani orang lain. Keangkuhan bisa menjadi rintangan terbesar untuk
meneladani kehambaan Yesus. Mari kita siapkan diri kita menjadi pemimpin yang
berkarakter Kristus.
Referensi
Alkitab
Bill Crowder, Sorotan Iman
(The Spotlight of Fath): Memahami Arti Berjalan Bersama Allah, Discovery
House, Jakarta, Cet. 1, 2008.
Bill Hull, Choose The Life:
Memilih Hidup Serupa Yesus, Literatur Perkantas Jawa Timur, Cet. 1, April
2012.
Bill Hybels, Becoming a
Contagious Christian, Literatur Perkantas Jawa Timur, Cet. 1, Mei 2012.
David G. Banner, Sacred
Companions (Sahabat Kudus), Literatur Perkantas Jawa Timur, Cet. 1, Maret
2012.
John Piper, Brother, We are not Professional: Suatu Permohonan
bagi Para Gembala untuk Kembali Melayani dengan Radikal, Pionir Jaya, Cet.
1, Juli 2011.
Mary Setiawani dan Stephen Tong, Seni Membentuk Karakter Kristen, Lembaga Reformed Injili Indonesia,
Surabaya, Cet. 4, 2005.
N. T. Wright, Hati &
Wajah Kristen: Terwujudnya Kerinduan Manusia dan Dunia, Waskita Publishing,
Jakarta, Cet. 1, 2012.
Steve Barker, Buku Pegangan
Pemimpin Kelompok Kecil, Perkantas, Jakarta, 1982.